Part 3

143 19 6
                                    

Ryosuke hanya merenung sendirian di kamar barunya, memikirkan bagaimana hidupnya selanjutnya. Rasa sedih tiba tiba menghampirinya, ia merindukan sosok papanya. Ia kembali teringat hari dimana untuk terakhir kalinya ia melihat dan bicara dengan papanya. Rasa bersalah kembali menyelimuti Ryosuke. Kalau saja mereka tidak bertengkar pagi itu, semua ini tidak akan terjadi, pikir Ryosuke.

Andai papanya masih ada, ia tidak akan berada di sini. Di kehidupan yang sangat asing baginya. Ia merasa mulai besok hidupnya akan berubah total. Ia tidak akan bisa menjalani hidupnya dengan bebas lagi, walaupun hidupnya akan jauh lebih berkecupan dibanding saat tinggal dengan papanya.

"Pantas saja Daiki sangat manja, diperlakukan dengan istimewa begini," dengus Ryosuke. "Tapi aku laki-laki, masa harus dimanja kayak dia juga," keluhnya.

"Permisi!"

Suara teriakan itu mengalihkan pikiran Ryosuke. Ia keluar dari kamar untuk melihat siapa yang berteriak. Saat sampai di depan pintu, asisten rumah tangga-nya datang membawa sebuah paket berukuran sedang.

"Tadi Ibu telepon, katanya akan ada paket untuk Ryo, mungkin ini paketnya," kata ART itu seraya menyerahkan paket tersebut pada Ryosuke.

Ryosuke menerimanya, lalu membaca alamat pengirimnya yang ternyata dari sekolah Daiki. Ryosuke membawa paket tersebut ke kamar dan langsung membukanya. Ternyata isinya adalah peralatan dan seragam sekolah.

"Wow!" seru Ryosuke seraya memandangi seragamnya satu persatu.

Ryosuke mencoba semua seragam barunya. "Keren!" pujinya sambil bergaya di depan cermin.

Setelah puas mencoba, ia pun merapikan kembali semua seragamnya. Ia sudah tidak sabar ingin cepat-cepat memakai seragam itu besok pagi.

***

Merasa bosan hanya berdiam diri di kamar, Ryosuke memutuskan untuk turun. Dilihatnya jam yang sudah menunjukkan waktu makan siang. Karena perutnya juga sudah lapar, ia memutuskan untuk makan siang dulu. Setelah makan siang, ia memilih bersantai di ruang nonton sambil membaca komik.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16 lewat, tak lama kemudian Daiki tiba di rumah.

"Tadaima!" ucap Daiki yang langsung melemparkan tasnya ke sofa.

"Okaeri," balas Ryosuke tanpa mengalihkan pandangannya dari komik yang dibacanya.

Beberapa menit kemudian, ART-nya datang membawakan dua gelas minuman dingin. Daiki pun langsung menyeruput minumannya hingga setengah.

"Ryo," panggil Daiki karena Ryosuke masih asyik dengan komiknya.

"Hm." Ryosuke hanya bergumam pelan.

"Coba ceritakan bagaimana kehidupan Ryo sama Papa di luar negeri," kata Daiki ingin tahu.

"Lain kali saja. Sudah sana, mandi dulu. Kamu bau," kata Ryosuke sambil mengibaskan tangannya.

Daiki pun spontan mengangkat tangannya lalu mengendus tubuhnya. "Nggak bau, kok!" protes Daiki tak terima.

Ryosuke hanya terkekeh pelan. Sementara Daiki merengut kesal.

"Ryo nggak asik." Daiki menghentakkan kakinya, lalu bangkit hendak meninggalkan Ryo.

"Tunggu," cegah Ryo sebelum Daiki melangkah.

"Apa lagi?" sahut Daiki ketus.

"Bodyguard-mu mana?" tanya Ryosuke yang baru menyadari kalau Daiki pulang sendiri.

"Sudah pulang, dan Dai jamin besok dia nggak akan datang lagi," kata Daiki dengan senyum penuh kemenangan.

"Kamu nakalin bodyguard kamu lagi?" tanya Ryosuke, mengingat cerita Mamanya yang bilang Daiki selalu nakal pada bodyguardnya.

Forbidden Love ✅Where stories live. Discover now