Menjauh dari seseorang yang selalu dekat itu hampa.
Beberapa hari Revan hanya duduk sendiri tanpa adanya seorang Atha disebelahnya.
Semua akses komunikasi sudah ia blokir, bagaimanapun ia sudah tidak mau lagi berhubungan dengan Atha.
Bahkan ia sama sekali tak menghawatirkan gadis yang notabennya masih pacarnya itu saat sedang sakit.
Kedua kalinya ia terjatuh dalam lubang di orang yang sama.
Ternyata saat pengungkapan itu sudah terungkap, perilaku Atha kian membuat Revan sangat membenci yang namanya cinta.
"ATHA!" teriak Clara membuat Revan terbelalak kaget.
Gadis itu tersenyum manis sembari memegangi tali tasnya dengan senyuman penuh pesona.
"Akhirnya cecan kelas kita balik gais!" teriak ketua kelas membuat sorakan itu kian menjadi-jadi.
Aliran pendengaran Revan rasanya sedang dialiri oleh air yang mendidih, panas.
Atha masih tersenyum diambang pintu, lalu berjalan kearah tempat duduknya, namun senyumannya luntur ketika mendapati Revan yang tiba-tiba menjauh darinya.
Atha menghela nafas dan duduk, lalu melirik sekilas kearah Revan.
Revan menggeser dua kursi lalu ia baringkan tubuhnya dengan santai, dan menutupi wajahnya dengan lengan tangannya.
Namun Atha masih enggan untuk memulai, karena ia tahu saat ini Revan sedang kesal, karena tahu, bahwa Stella adalah adik tirinya.
* * *
Bel pulang berbunyi, sedari tadi tak ada percakapan sedikit pun antara Revan dan Atha, keduanya cukup lihai menyembunyikan kerinduan.
Setelah dirasa cukup muak, Atha mengedari pandangannya, ia tak melihat sosok yang ia cari dikelas ini.
Sesegera mungkin ia berlari mencari, dengan nafas memburu Atha pergi ke rooftop, tempat dimana Revan sering menyendirikan diri.
Tapi ini sudah pulangan? mungkinkan Revan masih disana? tapi hatinya mengatakan Revan disana.
"Revan?" panggil Atha pelan.
Revan yang melihat pun hanya membuang wajahnya, namun Atha terus melangkah mendekati kekasihnya.
"Are you still my lover?" ucap Atha sambil menggerak-gerakan bola matanya.
Revan masih diam, bahkan ia mulai melangkahkan kaki untuk segera pergi.
"ARE YOU STILL MY LOVER?" teriak Atha sambil menatap kesal penuh harapan.
Revan berhenti sejenak, lalu kembali turun dengan cepat.
Kini Atha tak melihat keberadaan Revan yang menghilang cepat, ia tersenyum tipis, "Are you still my lover?" lirihnya.
* * *
Seseorang memantulkan bola kearahnya, "Van, kuy main!" ucapnya.
Revan menatapnya dengan sorotan tajam.
"Jangan budeg woi!" celetuknya.
Revan berjalan cepat, menuju kearahnya, "Ngapain lo kesini?"
"Kak Revan!" panggil seseorang membuat Revan menoleh cepat.
"Ini buat Kakak!" Stella menyodorkan sebuah bekal kotak makan LAGI! tidak kah gadis itu takut dengan Atha yang sudah marah besar beberapa kali?
"Gak perlu!" Revan melemparkan kotak makan itu hingga 2 potong roti berceceran dilapangan.
Untung sekolah sudah sepi, "Mendingan gue makan aja tadi" ucap Vanno sedikit berusaha mencairkan suasana.
"Diem lo, ngapain lo kesini?" tanya Revan masih mengulang kalimat pertamanya tadi.
"Ada yang mau gue sampein" ucap Vanno masih medrible bola dengan santai.
Revan tak memperdulikannya, kini tatapannya mengarah kearah Stella yang terdiam.
"Lo gak usah sok peduli sama gue!" bentak Revan ganas.
Atha menatap ketiga pasang mata itu dibawah pohon, rasanya ingin kesana, tapi ia juga takut menjadi sasaran pahit Revan.
Atha menyelipkan rambutnya, ia mendudukan dirinya dikursi pinggir lapangan, mengambil buku diary nya dari dalam tas.
Ia menulis beberapa kalimat yang menujukan situasi dan keadaan hatinya saat ini.
Tangan lembutnya mulai memainkan pulpen yang mulai menari diatas kertas itu ditemani semilir angin yang ada.
Selamat sore.
Saat ini aku tak bisa banyak berbuat untukmu, rasanya aku ingin sekali menjelaskan kejadian kesalah pahaman itu.
Tapi aku sadar, saat ini kau tak lagi ingin mengenal ku, aku hanya bisa diam untuk semua kegundahan dihatiku.
Aku ingin kau kembali kedalam hubungan yang bergantung ini.
Are you still my lover?
Aku sudah mengulang pertanyaan itu tiga kali, tapi kamu hanya diam, apa arti dari semua itu?
Apa kamu sudah memutuskan ku secara diam juga?
Apalah artiku yang tak pernah kau nilai baik.
I still love you forever❤️
Atha menutup bukunya, sejenak melihat bentakan Revan kian menjadi pada Stella.
"Pergi! lo gak pantes ada di hadapan gue" usir Revan emosi.
Stella membalikan badannya dengan segala kerapuhan yang ada, apakah salah berbuat baik pada seorang kakak tiri yang ia cintai?
"Terlalu kasar lo sama cewek!" celetuk Vanno.
"Hm, gue lagi males buang tenaga buat bunuh lo kali ini, tapi gue cuma mau tanya" Revan menyunggingkan senyuman disudut bibirnya.
Atha bangkit dengan sebuah kalimat yang dapat ia dengar dari kejauhan itu.
"Oh oke, silahkan lo duluan" Vanno mempersilahkan Revan untuk bertanya lebih dulu.
"Apa yang lo lakuin malam itu?" ucapnya memelan nada bicaranya.
"Tunggu..Tunggu, malam? kapan?" Vanno meletakan jari telunjuknya didagunya.
"Saat gue hajar lo, sok lupa amat lo"
"Oh itu, jadi itu Atha gue suruh dikamar gue, gue tidur dikamar tamu" jelas Vanno singkat.
Revan merasa tak percaya dengan jawaban spontan itu, tapi rasanya ia cukup muak menanyakan ini, mana mungkin mereka mau mengaku?
Revan mengangguk singkat.
"Apa lo masih pacaran sama Atha?"
"Gak!"
"Bukan nya lo belum mutusin dia? apa alasan lo?"
"G-gue, gue udah gak ada perasaan, lagian gue macarin dia juga buat pelampiasan gue"
"Pelampiasan? pelampiasan apa?"
"Banyak tanya!"
"Jadi lo? udah putus?"
"Gue gak pernah pacaran sama dia, udahlah gak usah bahas cewek itu lagi! gue muak" Revan membalikan badannya mendapati sosok gadis yang mematung dibawah pohon rindang itu.
Matanya berkaca-kaca, raut wajah Revan menjadi gugup, Vanno yang melihat Atha pun terkejut, ia tak bisa menggambarkan betapa hancurnya hati Atha saat ini.
Atha berjalan pelan kearahnya, Revan pun hanya menghela nafas.
"Semua itu bener?" tanya Atha berhadapan ditengah lapangan.
"Apa semua itu bener?" tanya Atha sedikit membesarkan suaranya.
Revan diam memandangnya, wajah Atha sudah memerah akibat marah yang tertahan.
Oke, sudah 2 kali ia bertanya, tapi tak ada balasan, sama seperti pertanyaan tadi.
"APA SEMUA ITU BENAR?" bentak Atha memukul dada Revan.
"Gak" jawab Revan mencengkal tangan Atha.
Oke, sudah dapat jawaban, tidak? jadi tadi bohong?
"Are you still my lover?" tanya Atha pelan.
"Gak!" Revan menghempaskan tangan Atha yang ia cengkal tadi.
Revan pergi meninggalkan Vanno juga Atha yang masih diam dilapangan itu.
"Dia butuh waktu Tha" ucap Vanno pelan.
Atha mengangguk sesegunggukan, tak apa, mungkin nanti akan membaik.
TBC