_________
Hingga pada akhirnya, aku hanya ingin mengatakan. Aku membencimu.
__________________
Akhirnya Revan sudah mendarat di bandara, hari menujukan gelapnya, padahal belum waktunya langit berubah warna, ini masih siang, hari cukup mendung.
Setelah itu Revan berniat untuk langsung pergi ditempat teman-temannya menjemputnya.
Setelah mendapat persetujuan, akhirnya Revan mengurungkan sebentar niatnya, segera ia susul Jhony.
"Pa, Papa ikut kerumah sakit?"
"Lo gak ikut bang? ini pacar lo loh yang di RS" celetuk Raka membuat Aleta dan Lucky mengerutkan dahinya.
"Atha pacaran Ma?" bisik Lucky pada Aleta.
"Mama gak tau Pa" Aleta menggeleng.
"Bentar ya om tante" Revan berbicara pada Aleta juga Lucky, menarik tangan Jhony menjauh sedikit kearah mereka.
"Nama anak Papa siapa?" tanya Revan berbisik.
Jhony terdiam, untuk apa Revan menanyakan ini?
"Untuk apa Revan?"
"Revan mau ketemu, nyambung silaturahmi" ucapnya bohong.
Jhony menghela nafas, sedikit tak percaya apa yang diucapkan Revan.
"Stella Jessica" ucap Jhony.
Stella?
Demi apa? Stella? bukan kah Atha pernah bilang bahwa keluarga gadis itu pernah menghancurkan keluarga Atha? tapi? tunggu-tunggu, apa tante Ghista memang seperti itu?
Hati Revan sudah memanas, Stella?
"Anak kelas 11 Pa?" tanya Revan menahan emosi.
"Kamu kenal?"
Tring!!
Dion: Dimane lo van?
"Revan duluan Pa, udah ditunggu"
Revan berjalan cepat, hatinya sudah panas, sejenak ia bisa merasakan rasa sakit yang dirasakan oleh Atha.
Tepukan cepat membuat Dion menoleh cepat.
"Cepet banget lo kayak copet" degus Dion.
"Mana yang lain?"
Dion diam menatapnya, "Kok lo tambah tampan?"
Revan mengerutkan dahinya, merampas kunci yang ada ditangan Dion.
"Banyak komen nitizen julid" ucap Revan membuka pintu mobil.
"Ehhh mobil gue!" Dion berlari kearahnya.
"Bentar-bentar" Revan yang sudah mendudukan dirinya dikursi pengemudi merogoh sakunya, mengambil ponselnya.
Dion menatap kesal dari luar, "Lama amat nyet!"
"Udah gue pesenin ojol, tunggu ya, dadah.." Revan melambaikan tangannya membawa mobil Dion.
Dion menatap dengan melongo.
* * *
Nata: Van? udah sampe? bisa kesini? gak?
Revan mengentikan mobil Dion didepan taman, sejenak membalas pesan tidak penting dari Nata.
Revan: Kebanyakan tanda tanya lo.
Nata-Panggilan masuk.
Hallo Revan!
Cepet lo kesini!
"Kemana? ngapain?"
Atha kangen lo, dia udah sadar
Cepet lo kesini.
Jangan macem-macem lo, ini gue speaker.-ucap Nata sedikit pelan.
"Gak bisa, gue ada urusan!" Revan mematikan telfonnya.
Setelah itu ia jalankan lagi mobil itu dengan kecepatan diatas rata-rata, sedikit kasihan dengan Atha, Vanno, Raka? mereka semua sedang sakit.
Tapi Atha dan Vanno? mereka tidak patut dikasihani.
Sedangkan sekarang Revan sedang berada difase emosi memuncak di ubun-ubun.
"Stella emang dari keluarga yang suka ngehancurin keluarga orang" desis Revan sambil memasuki komplek perumahan gadis itu.
Klakson dengan segala ketidaksabaran pun dibunyikan Revan dengan penuh amarah.
"Stella" panggil Revan memukul pagar yang masih tertutup rapat.
"Mas..Mas, jangan ngamuk" ucap seorang dari balik pagar terbuka itu.
"Ada Stella?"
"Gak ada Mas, kerumah sakit sama Ibu tadi" ucap bapak penjaga rumah Stella.
"Kalo boleh tau nama Mama Stella siapa?"
"Bu Ghista Mas, apa ada yang perlu saya sampaikan?" ucapnya ramah.
Sejenak Revan mengingat nama tak asing itu, benar saja, itu Nama yang disebut Lucky tadi.
"Hmm, gak usah Pak" Revan tersenyum lalu kembali masuk kedalam mobil.
"Pasti dia jengukin Atha!"
Hatinya memanas, disana ada Mona dan Raka, bagaimana Mamanya bisa tahan melihat Ghista dan Jhony?
Revan menancapkan gasnya cepat.
Ia sudah berada didepan rumah sakit, segera ia turun, entah bagaimana nantinya Revan akan terus berusaha memperbaiki semuanya, kecuali hubungannya dengan Atha.
Revan berada sudut ruangan, dimana mereka melihat keberadaan Ghista dan Stella juga Jhony sedang bercengkrama dengan Lucky juga Aleta.
Revan mulai melangkah kearah ruangan dengan pintu terbuka itu, namun ia mendapati Clara dan Nata.
"Revan! baru aja dateng?" Nata mendekat kearahnya.
"Jangan brisik lo berdua" sahut Revan muak.
"Hmm, lo mau ketemu Atha?" tanya Clara.
"Lo ngapain kesini?" Revan justru bertanya pada mereka berdua.
"Nungguin Atha, Vanno" sahut Nata.
Revan tersenyum sedikit, lalu mengangguk, sejenak ia menuju kearah pintu yang terbuka ini.
Revan mengetuk pintu itu.
"Itu om Jhony kan Papa Revan? tapi kok dia bareng Stella? mana Stella bawa nyokapnya gitu, udah kayak keluarga gak sih?" bisik Clara pada Nata yang masih memandang Revan.
"Gue juga mikir gitu"
"Revan? ayo masuk" Aleta beranjak dari duduknya.
"Revan?" tanya Ghista.
Revan berusaha tersenyum, "Maaf siapa ya?" tanya Revan mengarah ke Ghista.
Ghista hanya tersenyum padam, Aleta dan Jhony pun hanya bisa memandang.
Atha menggerakan sedikit matanya, berusaha membuka matanya karena suara yang ia inginkan untuk datang.
Revan? batinnya.
Stella? lirik Atha dengan tatapan kecil.
"Papa! Mama kemana? katanya Mama disini?" ucap Revan sedikit dengan nada membentak.
Stella yang terduduk diam disamping Ghista pun terbelalak kaget, Jadi? Kak Revan? anak Papa?
Apa? om Jhony Papa Revan? jadi? Tante Mona udah cerai? - batin Atha.
Ghista menatap Stella yang tercengang, lalu menggerakannya pelan, Stella melotot kearah Ghista, dan Ghitsa mampu menangkap sinyal dari Stella.
Ghista tersenyum tipis kearah Stella dan mengangguk.
"T-tadi keluar sama Raka" jawab Jhony.
"Terus? sekarang dimana? Revan ada perlu!" bentak Revan.
Atha mendengar itu, hatinya benar-benar kacau, ia berusaha membuka mata dengan sekuat mungkin, agar Revan melihat nya.
Namun disela Revan menunggu Jhony berbicara, ia melihat bahwa Atha sedang melihatnya dengan wajah takut.
Revan keluar, muak dengan semuanya, ia menendang pintu dengan keras, Jhony pun bangkit dengan wajah penuh amarah.
Namhn Lucky menahannya, "Sudah, biarkan dia sendiri dulu"
Aleta hanya diam, lalu menatap Atha.
"Sayang?" Aleta mendekat.
"Ma.." lirih Atha pelan.
"Iya mau apa Atha? apa ada yang sakit?" tanya Aleta.
"Tolong, bawa mereka pergi" ucap Atha dengan nada sangat pelan.
Aleta terdiam, ada apa?
"Kenapa sayang" Aleta menyibak rambut yang membuat wajah Atha sedikit tertutup.
"Tolong Ma, bawa mereka keluar, Atha gak mau lihat mereka"
Aleta menggeleng pelan, "Jangan gitu sayang"
Atha menutup matanya dengan lengannya, setidaknya ia lebih tenang jika tidak melihat keberadaan mereka, tapi tetap saja didalam pikriannya hanya muncul Revan, Revan dan Revan.
Aleta hanya diam dan mewajarkan, mungkin mood Revan juga Atha sedang tidak baik.
"Nah kan bener gue bilang!" pukul Clara menguping pembicaraan diruangan.
"Kenapa muka lo kaya seneng gitu sih?"
Clara mendegus, "Soudzon banget sih lo, gue bangga karna gue bener!"
Nata tertawa, "Yaudah iya, kalo orang bener pasti baik kan?"
"Enggak juga, kenapa lo tanya itu"
"Cuma mau numpany senderan doang, gue ngantuk" ucap Nata.
"Dasar jomblo" ucap Clara kesal.
"Yang bilang"
TBC