Sujud Terakhirku [OPEN PO]

By Na_lattesea

453K 19.2K 658

Noted: [Kalau ada yang mau pesan novel Sujud terakhirku, kalian boleh hubungi aku, ya! Boleh DM di wattpad at... More

Prolog
01-Cowok kurang kerjaan
02-Rindu?
03-Pertemuan pertama(?)
04-Pertemuan pertama(2)
05-Calon suami
06-Lamaran
08-Dinding pembatas
09-Mengaguminya
10-Far away
11-Makhluk Teraneh
12-Sakit
13-Perjodohan (lagi)
14-Berusaha
15-Masih sama
16-Sisi lain Arfan(?)
17-Alasan
18-Memulainya
19-Gift
20-One step closer
21-Sabar dan Ikhlas
22-Laa tahzan
23-Coba lagi
24-Sabar dan Ikhlas(2)
30-Sesuatu
33-Ikhtiar sebelum bertawakal
PENGUMUMAN
INFO!

07-Yakin hanya 3 hari?

11.2K 697 7
By Na_lattesea

Kenyataannya, manusia hanya bisa merencanakan
Hasilnya biarlah Allah yang menentukan, karena itulah yang terbaik💫

"Sebenarnya kedatangan saya dan keluarga adalah untuk melamar putri bapak yaitu, Zahra"

Mereka semua terkejut kecuali keluarga Revan dan Zahra sendiri, dalam hati ia mengucap syukur berkali-kali, Revan melakukannya dan berarti memang benar dia masih punya rasa untuk Zahra

Walaupun Zahra tegang namun dalam hatinya juga ia tersenyum dan Zahra yakin Reina pasti akan menerima Revan

"Tidak bisa" ucap Meika dengan santai dan nampak tenang, lain lagi dengan Zahra yang terkejut mendengarnya

"Maaf saya tidak bisa menerimanya, karena Zahra sudah dilamar oleh orang lain" ucap Meika yang membuat semuanya terdiam

"Zahra kamu ikut bunda sekarang juga, bunda tunggu dikamar kamu" Meika langsung beranjak dari ruang tamu tanpa sepatah kata apapun lagi. Aditya pun langsung memberikan kode agar Zahra secepatnya pergi keatas.

Zahra berjalan gontai menuju kamarnya, ia kecewa atas kenyataan ini. Kenapa bundanya dengan mudah menolak Revan yang sudah jelas jelas mencintai Zahra, lain lagi dengan seorang Arfan yang sangat jauh berbeda dengan Revan.
Zahra memutar knop pintu dan langsung menerima tatapan teduh milik Meika

"Bunda kenapa nolak Revan?" Ucap Zahra dengan menahan kesal

"Karena sudah ada Arfan"

"Kenapa harus kak Arfan? Dia itu bukan kriteria Zahra bun, dia itu laki-laki yang cuek berbanding terbalik sama Revan!" Ucap Zahra dengan nada sedikit naik beberapa oktaf

"Dari mana kamu tahu?"

"Zahra sama kak Arfan udah kenal selama 3 hari, dan itu cukup buat Zahra menilai dia. Kak Arfan itu cuek,dingin,kaku,selalu serius!"

"Yakin cuman 3 hari?"

Zahra terdiam menunggu jawaban selanjutnya dari sang bunda

"Sekarang bunda tanya sama kamu, kamu kenal Revan sudah 1 tahun lebih'kan? Menurut kamu dia orangnya baik,sopan-santun,ramah,nyaman sehingga kalian berdua pacaran. Setelah itu kamu sadar kalo pacaran dilarang agama, yakin itu orang yang baik? Yakin Revan orang baik-baik yang ngajak kamu kejalan yang salah?"

"Tapi sekarang Revan udah buktiin kalo dia bener bener mau serius sama Zahra" Zahra terus membela

"Setelah kamu paksa dia?" Zahra tak bisa mengelak lagi, ia mengarahkan pandangannya ketempat lain

"Dulu bunda juga pernah mengalami yang namanya remaja, bunda juga bisa rasain apa yang kamu rasakan, bunda tau rasanya Cinta namun kita harus berkorban demi yang terbaik. Ayolah Zahra banyak yang sayang sama kamu, nak, termasuk bunda. Jangan tutup hati kamu dengan cinta yang berlebih. bunda,Ayah,kak Adit, semuanya sayang sama kamu dan ingin yang terbaik"

Zahra menangkup wajah dengan kedua tangannya, ia menangis entah apa yang membuatnya menangis.

"Bunda harap kamu mengerti dengan ucapan bunda tadi, ingat jangan menilai seseorang dari luarnya"

Meika pun keluar dan meninggalkan Zahra yang masih bergelut dengan pikirannya sendiri, ia bingung apakah ini waktunya Zahra untuk melepaskan Revan benar benar? Tapi Zahra tidak suka dengan sikap Arfan yang selalu serius bahkan jarang sekali tersenyum

💫💫💫

Zahra turun dari mobil setelah mengucap salam pada Arfan, pagi ini ia kembali diantar oleh Arfan sampai gerbang sekolah. Setelah menutup pintu mobil ia membalikkan badannya berharap Arfan mengatakan beberapa kalimat atau setidaknya kata yang bisa membuat Zahra yakin Arfan memang lelaki yang tidak cuek

Namun nyatanya tidak ada, Arfan meninggalkan Zahra begitu saja, bagaimana bisa dia menerima lamaran Arfan sedangkan Arfan sendiri seperti yang tidak mempunyai perasaan apapun padanya

"Zahra!!" Tanpa menoleh ia tahu suara siapa itu

"Lo dianter sama kak Arfan lagi?"

Zahra melanjutkan langkahnya tanpa menjawab pertanyaan dari Ela, ia sedang kesal padanya, karena semalam Reina mengetahui Zahra memaksa Revan untuk melamarnya siapa lagi kalau bukan Ela yang melapor pada Meika, karena hanya Ela yang tahu

"Ra lo kenapa sih"

"Pikir aja sendiri apa kesalahan lo!" Balas Zahra sewot

"Ya maaf gue cuman ngejalanin tugas aja si"

"Ah udah lah"

"Ra plis gue minta maaf ya ya ya" Ela menangkupkan kedua tangannya, dengan wajah memelas meminta belas kasih agar dimaafkan, ditambah lagi jurus puppy eyes nya.

"Iya iya ah"

"Yess Zahra emang sahabat terbaik gue"

"Ter-se-rah!" Ela membulatkan mata ketika Zahra baru saja meninggalkannya, aishh gue pikir dia udah maafin gue hh

💫💫💫


From:Kak Arfan
Assalamualaikum

Waalaikumussalam

Km plng jam brp

Kenapa emangnya?

Biar sy gk jmpt km dr jam
11 lgi

Jam 12
Guru guru nya mau ada rapat

Zahra memasukkan kembali ponsel nya kemudian melahap bakso yang dipesannya, ia menelusur setiap ruangan kantin tujuannya mencari seseorang yang tak lain adalah Revan. Ia sepertinya harus meminta maaf karena kejadian malam tadi

"Nyari siapa lo? Revan?"

"Hm"

"Katanya mau lupain tapi masih dicari, gimana sih lo gak istiqomah banget" semprot Ela yang makin kesini ia kesal dengan Zahra

"Belum bisa" walaupun dengan nada yang sangat rendah namun Ela masih bisa mendengarnya

Zahra melihat jam dipergelangan tangan kiri nya, sebentar lagi pulang tapi Zahra ingin bertemu dulu dengan Revan. Dimana Revan?

Drrtt.. drrttt
From:Revan

Mata Zahra berbinar setelah mendapat notifikasi W.A dari Revan

Ra, lo dimana?
Gue mau bicara sama lo
Sebentar aja

Gue juga mau bicara

Pulang sekolah gue tunggu
Di rooftop
Bebas ngajak Ela

Iya

Detik selanjutnya ia menarik tangan Ela dan beregas menuju Rooftop sekolah. Ela yang masih berteriak bertanya tanya ada apa Zahra hanya membalasnya dengan isyarat untuk diam saja. Setelah sampai, Zahra melambatkan langkahnya dan menelusur setiap penjuru rooftop yang membentang cukup luas.

Tempat ini memang sangat jarang disinggahi murid murid, karena tempatnya yang sepi dan cukup horor juga. Angin berhembus cukup kencang menubruk tubuh Zahra, ia masih mencari keberadaan Revan

"Zahra!"

Seorang lelaki tengah berjalan santai ke arahnya, ia sedang tersenyum ke arah Zahra,Ela yang menyaksikan itu secara langsung hanya bisa berkata dalam hati

Bodoh..

Apa yang dicari dari dia sehingga sahabatnya ini rela berbuat apapun padahal awalnya ia sendiri yang mendengar bahwa Zahra akan mengikhlaskan Revan, namun nyatanya Zahra sendiri yang menelan ucapannya

"Van, gue minta maaf soal semalam" ujar Zahra

"Iya, gak papa"

"Maaf ra, gue gak bisa" lanjut Revan

"Gue gak bisa perjuangin lo lagi, lebih baik gue ikhlas-in lo buat dia. Gue yakin dia orang yang lebih tepat dari gue" Otak Zahra sama sekali tidak bisa mencerna kata kata yang barusan Revan ucapkan,

"M-mmaksud nya?"

"Lebih baik gue nyerah aja ra, toh orangtua lo juga udah jodohin lo sama orang lain" Revan menundukkan kepalanya, lebih tepatnya menatap sepatu

Benarkah? Revan menyerah saja? Kenyataan terkadang memang tak seindah harapan, buktinya hari ini Revan memilih untuk menyerah, Zahra pikir Revan akan selalu memperjuangkan cintanya dan akhirnya mereka bahagia. Zahra sama sekali tidak pernah berpikir akan seperti ini

"Iya, makasih Van" Zahra memaksakan untuk tersenyum

"Gue minta maaf"

"Gak usah minta maaf, gue yang salah kok" Zahra menyesali namun entah apa yang ia sesalkan hatinya bergemuruh antara kesal dan marah

"Ra ayo pulang" Ela melempar tatapan serius pada Zahra

"Iya bentar Ela"

"Sekarang!!" Nada bicara Ela semakin meninggi membuat Zahra juga sedikit terkjeut

"Bentar El, gue lagi bicara sama Revan!" Zahra pun ikut tersulut emosi

"Gak bisa emangnya sekarang?!" Mata tajam Ela menembus mata Zahra, terlihat jelas bahwa Ela sedang marah, namun apa alasannya?

"Gak bisa!"

Astaghfirulloh

Ela menahan amarahnya yang sudah memuncak dengan perilaku keterlaluan Zahra kali ini. Sudah jelas Revan melepaskan Zahra untuk orang lain dan juga sebelumnya mereka memang sudah tidak ada hubungan apapun, lantas apa? Apa yang harus dibicarakan lagi?

"Gak ada yang perlu dibicarakan lagi kan? Semuanya udah jelas?" Ela menatap Revan dan Zahra silih berganti sikap periang dan recehnya hilang begitu saja, menjelma menjadi Ela yang serius dan disetiap katanya penuh tekanan, detik selanjutnya Ela menarik paksa tangan Zahra untuk segera pergi, walaupun Zahra memberontak agar dilepaskan nyatanya kekuatan Ela jika sedang marah bisa berkali kali lipat

💫💫💫

"Lepasin Ela!"

Ela pun melepaskan genggamannya setelah mereka sampai di parkiran. Selama mereka bersahabat dari SD sepertinya baru kali ini mereka bertengkar sehebat ini dan alasannya belum diketahui

"Lo kenapa sih ra? Gak malu sama hijab yang lo pakai?"

"Selama ini gue tahan kekesalan gue sama lo, Zahra!" Lanjut Ela dengan wajah yang merah

Hujan tiba tiba mengguyur cukup deras hingga membuat Zahra sulit untuk melihat dengan jelas, samar samar ia melihat Ela berjalan mendekatinya

"Kenapa ra, kenapa? Lo itu perempuan dan gak seharusnya ngemis cinta sama dia! Lo pantas dapatin yang jauh lebih baik dari dia! Gak harus dia Zahra!"

Sambil menahan marahnya, Zahra mengepalkan kedua tangannya, bajunya sudah basah semua beruntung hijabnya sama sekali tidak tembus pandang karena bahannya cukup tebal. Zahra sama sekali tidak menanggapi ucapan atau mungkin bisa dibilang uneg uneg yang selama ini ditahan oleh Ela. Ia melanjutkan langkahnya entah kemana tujuannya yang terpenting tidak disekolah ini dan tidak bersama dengan orang orang yang bisa membuat Zahra semakin pedih

Pedih dengan keadaanya sekarang, mengapa semuanya sangat rumit hanya karena satu orang yang tiba tiba datang tanpa ia undang. Yakin karena satu orang itu? Ataukah Zahra sendiri yang membuat semuanya rumit?

Tak terasa kakiknya sudah berjalan jauh dari arah sekolah dan ia tak tahu dimana ia berada sekarang, yang bisa ia lihat hanya pohon pohon tinggi dan lebat, petir juga bersahutan dari tiap penjuru, badannya sudah mulai dingin dan lemas

"ZAHRA!!"

PLAAKK!!!

Zahra memegang pipi kanannya yang terasa panas, tamparan yang diberikan oleh Cyntya tadi sangat keras. Entah dari arah mana Cyntya datang padahal awalnya tidak ada orang lain yang mengikutinya

"CEWEK MURAHAN LO!!"

"GAK TAU DIRI!!"

"GUE PASTIKAN LO GAK BAKALAN BAHAGIA SAMA REVAN!"

"Kak Cyntya mau Revan? Iya? Ambil sana!" mendengar balasan Zahra membuat emosi Cyntya semakin memuncak.

"Dan jangan ganggu gue lagi kak!" Bersamaan dengan itu Cyntya melihat ke-2 temannya yang sudah menunggu di mobil melambai lambaikan tangannya agar segera meninggalkan tempat itu

Zahra menangis bersatu dengan buliran air yang menyentuh wajahnya, ia menjatuhkan badannya ditengah jalan yang sepi tak ada satu kendaraan pun yang lewat. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangis sambil tersedu-sedu itu yang ia lakukan sekarang

Tiba tiba punggungnya tidak dijatuhi lagi dengan air hujan, apakah hujan sudah berhenti? Ia membuka wajahnya dan melihat ke arah depan, masih hujan bahkan sepertinya semakin deras. Zahra menatap keatas ia melihat ada payung yang melindunginya, Zahra mulai berdiri dan menatap siapa orang itu

-Jangan lagi rindu cinta
Ku tak mau ada yang terluka
Bahagia kan dia aku tak apa
Biar aku yang pura-pura lupa
Alvino Revan Farenza

Terimakasih sudah baca:)
Jangan lupa vote dan komennya🤗💫

Continue Reading

You'll Also Like

4.2K 587 30
🥈Juara 2 Writing Marathon with Penerbit Karoden Jateng 'Penyesalan itu datang di akhir, kalau di awal namanya pendaftaran', semboyan kata yang tepat...
29.1K 2.4K 22
Penipu gila yang manipulatif. Pemilik otak fotografis yang licik. Pria kelam dengan dunia hitam putih. Si angkuh yang disegani karena sorot gelap dom...
16K 1.4K 39
Uni gak pernah tahu alasan ayahnya mengirim ia ke pondok. Pun dengan Radi, tak pernah tahu bahwa pertemuannya dengan seorang wanita di halte membawa...
4.9M 152K 12
Marriage life. Afrah menolak untuk di jodohkan dengan tetangganya yang bernama Ibra. Padahal, dari segi apapun, dari segi manapun, Ibra itu sosok su...