๐Š๐ž๐ญ๐ข๐ค๐š ๐“๐š๐ค๐๐ข๐ซ ๐Œ๏ฟฝ...

By Vllya_

30.7K 2.7K 112

Sudah terbit bersama Firaz Media Publisher๐Ÿ’“ Versi Wattpad masih terdapat beberapa typo dan kesalahan lainnya... More

PROLOGโœ“
MS. Dirgantara
Rutinitas
Dia
Tentang Rindu
Maaf
Kamu Hebat!
Bingung
Holi-yeay
Tentang Dendam
Fracas!
Police Office & Hospital
Grup Random
Kembali
New Class
Sebuah Tawaran
Lolos?!
Ibukota
Mawar dan Durinya
Dia Telah Pergi
Keajaiban Tuhan
Nightmare
Penghargaan
Pulang
Kenapa?
Perih
Cepat Pulih, Bang Dirga
Sebuah Kejanggalan
Cuma Lelah
Sebuah kenyataan
Kenapa Harus Gue?!
M. Margantara Danuarta
Tamparan
Dika, Senja, dan Lapangan Basket
Fatal
Fatal (2)
Sebuah Permintaan
Bunda, Dirga Capek.
Bahagia yang Sesungguhnya
Terima Kasih
Maaf Untuk Andara
Drop!
Senja dan Sebuah Izin
Don't Go
Keputusan dan Kenyataan
Tentang Kehilangan
Satu dari Dua
Rest In Peace, Margantara
Dirga dan Lukanya | Ending
EPILOG
Sebuah Kabar Bahagia
OPEN POโœจ

Misi

621 65 1
By Vllya_

Setelah sekian lama menunggu waktu yang tepat, akhirnya dia bisa melihat titik terang dari rencananya sekarang. Dendamnya akan segera tuntas ketika segerombolan anak buahnya menjalankan misi yang telah dirancang ini.

Beberapa hari ini berjalan dengan mulus. Sudah seminggu terakhir ia meminta anak buahnya untuk mengawasi Dirga. Putra sulung Fairuz yang nasibnya akan dibuat semalang mungkin. Mereka mengirimkan seorang lelaki yang umurnya hanya berselang berapa tahun dengan Dirga untuk bersekolah di SMA Cakrawala. Dengan begitu, proses pengintaian pun berjalan dengan lancar.

Jika kalian bertanya bagaimana caranya lelaki suruhan itu bisa berhasil masuk ke Cakrawala? Jawabannya adalah dengan menggunakan dokumen palsu. Tim mereka sudah membuat semuanya sehalus mungkin, demi kelancaran misi, mereka menghalalkan semua cara.

Dirga sendiri tampaknya tidak pernah menyadari bahwa dia diawasi secara diam-diam. Target yang mereka kirimkan dengan gampangnya menjalin pertemanan palsu dengan anak itu. Ah, Dirga memang terlalu bodoh. Tapi tak apa, itu semakin mempermudah rencana Lexi untuk mencelakainya.

Lexian Nicholas, nama lelaki berjubah hitam yang memegang komando pada sebuah tim bayaran bernama Uzi. Tim yang dibentuknya sendiri untuk memuluskan rencana balas dendamnya. Semua anggota Uzi adalah orang-orang yang di dalam dirinya tersimpan puluhan dendam-dendam pribadi. Orang-orang yang sudah terbiasa dengan budaya kekerasan, sudah terbiasa melakukan hal-hal keji yang melanggar norma dan hukum.

Dalam Uzi, mereka semua mendapat bayaran setelah selesai melakukan misinya. Uang yang dikeluarkan Lexi untuk tim ini tidaklah sedikit, ia rela menghamburkan semua harta demi tujuan utamanya yang akan dimulai sebentar lagi.

Lexi, membangun tim ini dengan dasar dendam pribadinya terhadap Fairuz, orang yang pernah menjadi teman seperjuangannya. Dulu, ia juga pernah di tempa bersama dengan Fairuz, di didik dengan sebegitu kerasnya demi menjaga kedaulatan negaranya.

Lexi juga bukan orang yang bodoh, bukan orang yang tak mempunyai pencapaian sama sekali. Ia orang pandai, bijaksana, dan berwibawa. Semua pencapaiannya sebenarnya luar biasa, namun ada beberapa hal yang membuatnya tidak puas.

Dia adalah anak kedua dari dua bersaudara dan mempunyai seorang kakak. Dulunya, pada masa pendidikan, ia pernah berjanji pada orangtuanya untuk menjadi lulusan terbaik saat wisuda nanti. Ia juga menjanjikan nilai yang bagus pada saat itu. Banyak sekali harapan-harapan baik yang selalu ia ceritakan pada orangtuanya, pun kakak semata wayangnya.

Lexi berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan semua impiannya. Ia mendedikasikan waktu juga tenaganya hanya untuk membahagiakan kedua orangtuanya. Menegaskan kepada mereka bahwa sebenarnya ia mampu menjadi sosok best of the best.

Hingga akhirnya hari itu tiba, semua harapan Lexi seolah dipatahkan dalam sekejap mata. Saat wisuda, nama Fairuz dipanggil sebagai peraih nilai tertinggi dan otomatis menjadi lulusan terbaik kala itu. Banyak orang memujinya, menyanjung seluruh jerih payahnya. Namun, itu semua berbanding terbalik dengan kehidupan Lexi.

Hasilnya tidak buruk, ia mendapatkan peringkat kedua pada saat itu, hanya berselang tipis dengan Fairuz. Namun, respon keluarganya sangat-sangat tidak menyenangkan. Hanya karena tidak bisa memenuhi janji untuk menjadi lulusan terbaik, orangtuanya langsung memakinya di tengah hamparan lapangan itu. Tak cukup sampai di situ, ketika pulang ke rumah pun ia tak henti-hentinya di caci oleh orangtuanya sendiri.

Mereka berkata bahwa Lexi hanyalah sampah yang tidak ada gunanya. Mereka tak henti-hentinya membanggakan Fairuz dan membandingkannya dengan Lexi. Mereka menyanjung Fairuz layaknya intan berlian sedangkan menjatuhkan Lexi seolah batu kerikil.

Di tengah rasa frustasinya, Lexi mengubungi seorang wanita yang saat itu masih berstatus sebagai pacarnya. Namun, bukannya membuat Lexi lebih baik, wanita itu malah dengan segera memutuskannya. Mengatakan bahwa ia malu bersandingkan seorang lelaki yang bahkan tak memiliki pencapaian barang sedikitpun. Tidak ada yang bisa dibanggakan.

Lexi merasa marah dan kecewa atas semua yang ia dapatkan hari itu. Tidakkah mereka sedikit membuka mata untuk melihat nilainya yang sebenarnya tak terlalu jauh dari Fairuz. Ia juga pantas untuk diapresiasi bukan? Ini juga tidak buruk, kan?

Aludra, sang kakak yang saat itu menjadi saksi hidup kemarahan orangtuanya hanya bisa memeluk Lexi dengan semua ketulusannya. Hanya dia satu-satunya orang yang Lexi punya ketika dunia saat itu menjauhinya. Aludra dengan setia mengelus punggungnya dan mengatakan bahwa ia harus lebih banyak bersabar. Wanita itu juga yang mengatakan bahwa ia akan selalu berada bersama Lexi apapun yang terjadi.

Tak peduli berapapun nilai Lexi, dan apa yang sudah dicapainya, Aludra tetap akan menyayanginya sepanjang masa.

"Terlepas dari siapa kamu, apa pencapaianmu, berapa perhargaan yang kamu raih, kakak akan tetap menyayangimu, mencintaimu dengan sepenuh hati. Tidak peduli apa yang mama papa katakan, kamu tetap yang terbaik di hati kakak."

Ucapan itu selalu tersimpan dalam memorinya. Ucapan indah dari seorang Aludra Nicholas yang ternyata menjadi ucapan terakhirnya.

Setelah menenangkan Lexi, Aludra pamit pergi dengan alasan ingin menemui seseorang. Padahal aslinya, ia sedang tidak tahan dengan suasana rumah yang sedang panas tak terkendali. Karena masih dalam suasana kacau, Lexi bahkan tidak menggubris kakaknya sama sekali. Namun, untuk waktu yang lama, Lexi menyesali itu. Hanya berselang setengah jam saja, kabar kematian Aludra sampai di telinganya.

Wanita satu-satunya yang ia miliki telah menemui kematian setelah ditabrak oleh orang yang tidak diketahui dan sayangnya tidak bisa ditemukan sampai sekarang. Saat itu, mobilnya terbalik di tengah jalan yang sepi kemudian meledak karena sambaran bensin yang menetes dari tankinya.

Jenazah Aludra bahkan jauh dari kata baik. Ia susah dikenali. Luka bakar di tubuh kakaknya pada saat itu menambah kemarahan luar biasa di dalam dadanya.

Nama Fairuz terus-terusan terngiang dalam benaknya. Jika bukan Fairuz yang merebut posisinya, mungkin orangtuanya akan baik-baik saja sekarang. Jika lelaki itu tidak merampas semua harapannya mungkin tak akan ada kemarahan yang seperti ini.

Ia bahkan mengutuk Fairuz di dalam hatinya karena secara tidak langsung ia adalah penyebab kematian Aludra. Ia menjadi penyebab ributnya keluarga Lexi yang membuat Aludra pergi dan berakhir kecelakaan.

Sejak saat itulah dendamnya tumbuh. Hasratnya ingin membalas kematian Aludra menjadi semakin besar. Terlebih sejak saat itu, ia sudah tak dianggap lagi oleh keluarganya.

Karena kemarahan yang luar biasa. Lexi mengakhiri karirnya di bidang pertahanan dan memilih berjalan sesuai keinginannya. Yakni, berputar arah menuju lingkaran hitam.

"Tuan." Semua ingatan pahitnya seketika buyar ketika seorang anak buahnya masuk kedalam ruangan.

"Ada apa, Kara?" Tanyanya dingin pada lelaki muda yang juga merupakan tangan kanannya.

"Andara sudah kami temukan," ujar Kara dengan tegas, membuat Lexi seketika langsung menajamkan matanya.

"Sudah dipastikan?" Tanya Lexi.

"Sudah, Tuan. Selama pengintaian, Gavin selalu melaporkan ada seorang wanita yang sering bersama dengan Dirga. Bahkan beberapa kali terlihat mereka pulang bersama. Wanita ini juga kerap kali menunggu Dirga di depan pintu kelasnya. Kami meyakini bahwa itu adalah Andara, Tuan." Kara terus menjelaskan informasi sesuai dengan yang Gavin berikan. Lelaki bernama Gavin ini adalah orang suruhan yang menyusup ke SMA Cakrawala.

"Kumpulkan semua anggota tim sekarang dan mulai atur strategi! Target utama kita adalah Andara. Alihkan perhatian Dirga terlebih dahulu, baru setelah itu celakai Andara. Buat dia semenyakitkan mungkin, bahkan dengan cara paling keji sekalipun. Buat Fairuz merasakan hancur yang sehancur-hancurnya. Jika perlu, habisi nyawa salah satu anaknya."

Glek!

Kara menelan ludah dengan susah payah. Apakah tidak berlebihan menghabisi nyawa seorang anak yang bahkan tidak tau menahu tentang masa lalu ayahnya.

Meski tergabung dalam kelompok setan, begini-begini Kara masih mempunyai hati nurani.

"Tuan, izin bertanya." Dengan segenap jiwa raga, Kara rela mengorbankan nyawanya saat ini hanya untuk sebuah pertanyaan.

"Apa?"

"Kenapa harus Dirga dan Andara? Bukankah Tuan menyimpan dendam untuk ayah mereka? Tidakkah Tuan sadar bahwa mereka hanya orang-orang tak bersalah yang harus kita habisi secara paksa. Apakah Tuan tidak ingin mengubah rencana saja? Biarlah kita mencelakai target yang sesungguhnya, jangan melibatkan orang yang bahkan tidak tau apa-apa."

Hebat, Kara! Hebat. Kau bahkan dengan songongnya berbicara panjang lebar seolah telah memiliki nyawa cadangan.

Lexi tampak menghela nafas, matanya menatap dalam kearah lelaki yang sudah berani-beraninya menegosiasikan rencanya.

"Kara," panggilnya dingin.

"Iya, Tuan."

"Saat kamu sudah memiliki harta, jabatan, keluarga juga anak, apakah kamu bahagia?"

"Tentunya bahagia, Tuan." Meski tidak tau kemana arah pembicaraannya, Kara tetap menjawab dengan sangat realistis.

"Mana yang lebih sakit? Kehilangan jabatan? Atau anak."

"Anak, Tuan," jawab Kara pasti. Di masa depan, jika ia diberikan pilihan jabatan atau anak, seratus persen bahkan seribu permil, ia akan tetap memilih anak.

"Kamu sendiri bahkan tau jawabannya, KENAPA MASIH BERTANYA?!" Bentak Lexi, marah.

"Tujuan kita adalah membuat Fairuz hancur. Membuatnya merasakan sakit yang setara dengan apa yang saya rasa. Percuma jika saya mengincar jabatannya, itu tak akan berguna. Jabatannya tidak akan turun ke saya juga. Namun, jika mengincar anaknya, mencelakai anaknya, bahkan menghabisi nyawa anaknya, bisa kamu bayangkan akan sehancur apa dia? Kehilangan seseorang yang sangat kamu cintai itu mampu membuatmu gila, paham?!" Ujar Lexi dengan suara yang cukup keras dan penuh penekanan.

"Dia bahkan tau bagaimana sakitnya kehilangan orang yang dicintai," batin Kara.

"Paham, Tuan." Sungguh hati dan mulut memang seringkali tidak sinkron. Hati menolak untuk melakukan, namun mulut selalu bersikukuh untuk mengiyakan.

"Keluar sekarang, dan segera siapkan tim!" Titah Lexi.

Dan tanpa basa-basi, Kara hanya bisa menjawab,

"Siap, Tuan."

***

Continue Reading

You'll Also Like

17.8K 1.4K 52
"Dan kalo lo suka matahari, gue bakal jadi awan putih yang berada di bawah sinar matahari." -Ervin Garavy Albirru. Awan yang mendung dan sering meng...
172K 22.1K 46
Laksana jantung dan jam dinding yang berdetak, hadirmu terus mengintari hariku tanpa tahu malu, tanpa tahu waktu, dan tanpa jeda. Hingga aku lupa, su...
151K 5.5K 50
"Kau yang membuatku terbang disetiap harinya tetapi kau juga yang menjatuhkanku kedasarjurang yang paling dalam dengan cara kau meninggalkanku untuk...
634K 2.6K 7
Judul awal : Maulana Fajri Tidak semua marah harus dilampiaskan Tidak semua sedih harus diperlihatkan Ada waktu dan tempatnya. Ada beberapa hal kenap...