Hujan hampir turun, sesegera mungkin saya melajukan mobil untuk memastikan seseorang, pasalnya dia sama sekali belum pulang ke rumahnya. Lokasi terakhir yang dikirimkan Aditya adalah Tempat pakaian muslimah Aisyah, untungnya tidak terlalu jauh dari lokasi saya saat ini
15 menit kemudian akhirnya saya bisa menemukan orang itu, seorang gadis yang tengah duduk menunggu hujan reda, wajahnya terlihat kusam dan juga khawatir, tangannya mengikat kerudung yang digunakan sepertinya sobek.
Sebelum menemui gadis itu, saya memutuskan untuk membelikannya kerudung baru
Tanpa sepatah kata saya langsung menyodorkan kerudung itu padanya, dia terlihat senyum, namun saya tidak terlalu menatapnya hanya saja ekor mata saya masih bisa memastikan bahwa dia tengah tersenyum
"Maaf kak i—ini bu—"
"Iya buat kamu" Setelah gadis itu memakaikannya, saya merasa lega, dia juga nampak sedikit lebih tenang
"Kak, makasih banget udah nolongin aku, oh iya nama aku Zahra, nama kaka?
"Arfan" setelah menjawab pertanyaannya, dia nampak bingung, apa dia tau kalau saya adalah orang yang selalu mengiriminya pesan singkat berupa salam?
Dari ekor mata saya bisa melihat dia mengeluarkan ponsel nya, otak saya bekerja dengan cepat sehingga saya bisa membacanya bahwa dia pasti akan test saya dengan mengirimkan pesan. Namun sebelum itu hp saya sudah di silent.
"Kenapa liatin saya seperti itu? Ada yang aneh?"
"Nggak kok, eum kak Arfan lagi jemput atau nung—"
"Nunggu seseorang" balas saya dengan singkat
Hening diantara kami, hingga akhirnya saya bertanya
"Kamu tidak pulang? Hujan sudah reda"
"Nggak lagi nunggu kaka jemput" balas Zahra apa adanya
"Motornya?"
"Oh itu bukan motor aku, tapi punya sahabatku dia pulang duluan kar—"
"Oh"
Pasti saat ini dia sedang mengumpati saya berkali kali, siapa yang tidak kesal dengan orang jika pembicaraannya selalu dipotong?
From:Aditya
Fan, gue otw kesana
Oke
Akhirnya saya memutuskan untuk pura pura menerima telfon dari ummi, saya beralibi agar menghindar darinya. Setelah itu saya pura pura menekan endcall dan berlalu pergi meninggalkannya
Saat itu hanya satu yang ingin saya pastikan, yaitu kamu baik-baik saja
Setelah melajukan mobil beberapa meter dari lokasi tadi, saya mengecek ada beberapa pesan W.A dari Zahra
To:Zahra
Ftr
Maksudnya FTR apa?
Haduhh gue tuh gak ngerti
Bahasa lo tau gak. Yg jelas dong
Sampai jumpa
Setelah mebalas pesan pada Zahra saya melajukan kembali mobil dan bersiap untuk bertemu dengan keluarganya, ya keluarga Zahra
💫💫💫
Zahra membuka mulut membentuk huruf O jadi dia lelaki kurang kerjaan itu?
"Sudah-sudah cepat makan kue nya keburu dingin gak enak, ya tau sendiri kan yang dingin tuh kayak gimana" Ucap Aditya sambil melirik kode pada Arfan, niatnya menyindir malah disemprot tatapan tajam dari kedua orangtua nya Meika dan Hardanies
"Makan dulu yuk, Fan, Ra" ajak Meika
"Nggak, kalian aja. Zahra capek mau tidur"
"Marah ya ra?" Tanya Aditya sambil melahap kue cubit yang dipesannya tadi
"Nggak kok, Zahra emang capek beneran"
"Udah ya Zahra ke atas dulu" Zahra melangkahkan kakinya menaiki anak tangga dengan tergesa gesa, alasannya agar tidak ada penolakan dari kedua orangtuanya. Zahra memang sangat lelah hari ini, mood nya sedang naik-turun seperti rollercoaster
5 menit kemudian Zahra keluar dari kamarnya, masih mengenakan seragam sekolah ditambah kerudung maroon yang ditenteng tangan kanannya. Zahra menyerahkan kerudung itu pada Arfan
"Makasih kak, aku kembaliin" Arfan menerimanya dengan tangan berat. Sepertinya Zahra marah pada Arfan, apa benar itu? Apa selama ini Arfan salah? Apa dia tidak suka jika Arfan mengirimnya pesan salam?
"Zahra, mau kemana lagi? Ini ada Arfan masa ditinggalin sih?" Ucap Meika yang mendapati Zahra hendak naik lagi ke atas
"Zahra capek bun, mau istirahat" setelah itu ia melirik Arfan sebentar "Kak Arfan maaf ya," Zahra berlalu begitu saja dan mengunci kamarnya
"Wajar,palingan juga lagi ada masalah sama teman disekolah. Mood nya naek-turun teroos" ucap Aditya
💫💫💫
Setelah mandi dengan air hangat tubuhnya terasa lebih baik dari sebelumnya, Zahra berbaring diatas kasur sambil mengecek beberapa pesan yang belum dibaca, salah satunya dari Revan
From:Revan
Ra, maafin gue ya
Please jangan marah sama gue
Kita bisa ketemuan lagi?
Ada sesuatu yang harus kita bicarakan
Iya, udah gue maafin kok
Mau bicara apa?
Kalo soal hubungan maaf Van,
Gue emang gak bisa
Hmmm
Besok aja deh disekolah
Pulang sekolah gue jemput
Pake apa?
Heh sejak kapan nanyanya gitu?
Gak suka ya sama kendaraan gue?
Bukan begitu, gue cuman gak mau
Berduaan aja, jangan suudzon
Pake mobil papah
Ngajak Ela lagi juga boleh
Zahra tak membalas pesannya lagi, ini sudah cukup jelas. Zahra tidak ingin bermusuhan dengan siapapun sekalipun mantannya, jujur saja Zahra memang masih ada rasa pada Revan, namun kali ini Zahra belajar untuk bersikap biasa saja dan menghapus rasa itu.
Astaghfirullah,, ELA!!
Zahra langsung menekan tombol call pada kontak Ela, 10 detik kemudian terdengat suara krusak-krusuk
"La? Lo denger suara gue kan?"
"Iya apa ra?"
"Gimana keadaan papa lo? Udah baikan? Sorry ya gue belum bisa jenguk
"Yaelah kayak ke siapa aja. Alhamdulillah lebih baik tapi ya gitu"
"Yagitu gimana maksdunya?"
"Besok gue gak bisa sekolah"
"Loh kenapa?"
"Ibu gue mau antar kaka wisuda jadi gak ada yang nunggu papa di RS, alhasil gue harus izin dulu sekolah"
"Yahh lo sih gak punya adik, kaka cuman satu jadinya ribet'kan"
"Hehehe lo juga sama gak punya ade"
"Eh iya ya? Hahaha"
"Ra, udah dulu ya, gue mau mandi dulu"
"Okee, Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
End call
Tok!tok!tok
Zahra membuka pintu kamarnya nampak sang bunda dengan membawakan nasi lengkap dengan lauk pauknya, air putih juga
"Ya allah bun, kok bawain Zahra makan sih kan bisa ngambil sendiri"
"Gak papa bunda kangen nyuapin kamu" Zahra menutup kembali pintunya. Mereka berjalan ke arah balkon kamar dan duduk disana. Cuaca yang cerah, senja yang Indah bersama orang terkasih.
"Sini, bunda suapin kamu makan" Zahra pun mengangguk, memajukan wajahnya dan membuka mulutnya
"Kamu ketemu sama Arfan dimana?" Sekejap Zahra menahan kunyahannya, kenapa bunda nanya kak Arfan?
"Waktu nunggu kak Adit jemput, tadi" balas Zahra seadanya. Mulutnya ia buka kembali karena makanannya sudah habis. Meika mengangguk angguk sambil tersenyum
"Bunda juga kenal sama kak Arfan?"
"Iya, kenal banget soalnya dia anak temen bunda waktu SMP dulu"
"Bunda gak pernah cerita, biasanya bunda suka cerita tentang anak anak temen bunda"
"Dia kuliah di luar Negeri,tapi cuman sebentar lagian bunda juga udah lama banget gak ketemu sama temen bunda itu"
"Ohh terus kenapa dia kesini?" Tanya Zahra seperti yang penasaran
"Bunda yang ajak"
"Iya, Zahra tau bunda tadi juga sudah bilang" ucap Zahra sedikit kesal
"Maksud Zahra tuh ada apa dia kesini? Ada keperluan apa"
"Katanya mau ketemu sama kamu" detik selanjutnya Zahra menatap sang bunda dengan tatapan tajam, mulai mencium aroma aroma tidak enak. Hmmm
"Kok Zahra?"
"Gak tau"
Pembahasan mengenai Arfan cukup sampai disana. Zahra tak berniat untuk kepo, mungkin hanya silaturahmi.
Zahra meneguk air minumnya sampai habis, semilir angin membuat kerudungnya sedikit terangkat keatas,
"Bunda suka kamu sekarang pake hijab" ucap Meika tulus. Zahra tersenyum sangat manis
"Alhamdulillah bun, hidayah dari Allah"
"Istiqomahin ya," Zahra membalas dengan beberapa kali anggukan
"Zahra juga masih belajar, Zahra pingin berubah. Tapi kadang suka ada temen Zahra yang bilang cuman pansos lah, sok suci lah terus yang paling parahnya Zahra dibilang cuman cari muka didepan guru supaya nilai Zahra dikasih tambahan. Padahalkan Zahra cuman pingin jadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, emangnya mereka siapa sih sok tau banget" Zahra terbawa emosi mengingat kejadian beberapa hari yang lalu tentang teman temannya yang men-judge tanpa tau alasannya.
Padahalkan memakai hijab bagi perempuan itu wajib hukummya. Bukan menunggu akhlak yang baik, tetapi jika sudah baligh sebaiknya menutup aurat
"Gak papa itu ujian buat kamu yang penting kamu istiqomah" Meika dan Zahra menutup pintu balkon karena cuaca semakin dingin dan gelap
"Oh iya ra, besok Arfan jemput kamu ke sekolah"
"Loh kok jadi kak Arfan? emangnya mang Dodi kemana?"
"Ada. Pokoknya besok kamu dijemput sama Arfan titik gak ada penolakan" sang Bunda berlalu pergi sambil menutup pintu kamar Zahra. Ya baiklah, oke fine, salah satu cara jitu sang bunda jika tak ingin ada penolakan, melengos pergi tanpa menanggapi lawan bicara berkata apapun
Jangan lupa vote dan komennya guys, sangat sangat ditunggu sekalih.
Tunggu next part👌