Perfect Strangers (✔)

بواسطة adoravble

140K 14.9K 3.1K

Jerome dan Chelsea, dua orang yang harus terjebak di dalam ikatan pernikahan dengan rasa keterpaksaan. Setela... المزيد

00. Prolog
01. First Day in Bali
02. Second Day
03. The Night
04. Everything Begins Here
05. Not A Dream
06. Croissant
07. Surprise
08. Decision
09. Birthday Gift
10. She's Back
11. Trust Me
12. Someone You Loved
13. Lost Control
14. The Wedding
15. Loser
16. Something Different
17. Change Up
18. Cravings
19. One More Chance
20. Lay Your Head On My Shoulder
21. Sick
22. Please, Listen To Me
23. Too Afraid To Love You
24. Stay With Me
25. Hypnotized
27. Obsession
28. Welcome To The World
29. Protect You
30. Perfect Strangers
31. Epilog

26. A Day Full Of Happiness

5.7K 531 114
بواسطة adoravble

Jerome Hadinata, berhasil membuat istrinya kaget pagi ini. Lelaki berlesung pipi itu tiba-tiba masuk secara diam-diam ke kamar Chelsea dan membaringkan tubuhnya tepat di sebelah istrinya itu.

"Pagi." sapa Jerome setelah melihat Chelsea sedikit menggeliat. "Heh, bangun."

Jerome mendekatkan tubuhnya lagi, dan mensejajarkan wajahnya pada wajah damai Chelsea yang masih tertidur pulas. Ditatapnya wajah polos itu selama beberapa saat. Hingga tanpa disadari, ia mulai tersenyum hanya karena melihat wajah Chelsea dalam jarak sedekat itu.

Dapat Jerome lihat dengan jelas, kedua mata Chelsea yang masih terpejam, bulu mata lentiknya, hidungnya, dan bahkan bibir lembab berwarna merah muda itu. Semuanya tampak cantik dimata Jerome.

Lalu diam-diam tangannya tergerak menggapai kepala Chelsea, mengusap lembut rambutnya, dan merapikan beberapa anak rambut di sana. Cukup lama Jerome menikmati pemandangan cantiknya pagi ini, hingga akhirnya Chelsea sedikit demi sedikit membuka kedua matanya.

Sontak Chelsea tersentak kaget melihat wajah Jerome sudah berada di dekatnya tanpa ia sadari. Chelsea mengerjapkan kedua matanya beberapa kali, hingga saking tidak percayanya, wanita itu menyentuh permukaan pipi Jerome dengan jarinya.

"Lo pikir gue setan? Atau lo kira ini masih mimpi?" tanya Jerome, dan berhasil membuat mulut Chelsea menganga lebar.

"Ngㅡngapain elo di sini??"

Jerome menyeringai sebelum menjawabnya, "Lo gak inget apa yang kita lakuin tadi malem?"

"Hah?" Chelsea terlihat tambah bingung. Kedua matanya mengerjap lagi dan terlihat sedang mencoba mengorek ingatannya. "Tunggu, emang tadi malem kita ngapain?"

Melihatnya, tentu Jerome kini sedang menahan tawa geli. "Menurut lo, kita ngapain?"

"Jer, sumpah gue gak inget. Kiㅡkita ngapain?"

"Jadi gue doang yang sadar dan inget? Keterlaluan."

"Gue cuma inget kalau gue tidur setelah elo keluar dari kamar gue tadi malem. Kapan lo balik ke kamar gue? Dan kita ngapain?"

"Kok lo panik? Kan kita udah nikah."

"Jer?"

"Wajar kan hubungan 'begitu'?"

Jerome lagi-lagi menyeringai. Menjaili Chelsea pagi ini terasa menyenangkan.

"Lo bohong ya?" Chelsea tiba-tiba membuang selimutnya, lalu duduk dan mengambil guling untuk dilemparnya pada Jerome. "Gue pasti inget kalau tadi malem kita beneran 'begituan'. Lo pikir gue mabuk, hah??"

Jerome buru-buru menarik dirinya untuk menjauh. Kini ia sudah tertawa lepas hingga akhirnya membuat Chelsea cemberut.

"Lo tuh ya, bikin gue jantungan!" Chelsea kembali melempar bantalnya pada Jerome.

"Lagian lo percaya gitu aja."

"Gue 'kan masih bingung. Baru aja melek udah ada wajah lo yang nyolok banget di mata. Nyawa gue belum ngumpul juga udah lo bohongin."

Chelsea terlihat semakin mengerucutkan bibirnya, dan itu justru membuat Jerome semakin gemas dibuatnya.

"Jail banget kenapa sih!" Chelsea masih menggerutu, sedangkan Jerome hanya diam sambil senyum-senyum melihatnya.

"Jer! Dengerin gue enggak sih?"

Jerome masih tak menjawabnya, padahal Chelsea sudah mengeraskan suaranya.

"Lo kesambet apa senyum-senyum gitu? Lo kira gue bakal,ㅡ"

Tenggorokan Chelsea tercekat, mulutnya terkatup rapat, perkataannya terpotong begitu saja ketika Jerome tiba-tiba mendekatkan wajahnya lagi padanya.

Jerome memang sengaja melakukannya. Entahlah, rasanya ia merasa gemas dengan bibir lembab itu yang terus mengomel tanpa henti. Namun saat sudah dalam jarak sedekat ini, Jerome seperti pengecut yang tak berani untuk mengecup dan merasakannya. Seperti ada yang menahannya untuk mencicipi bibir ranum milik Chelsea.

Dan akhirnya, ia hanya bisa menelan ludahnya susah, lalu beralih menatap kedua mata Chelsea yang mengerjap kaget dengan apa yang sedang Jerome lakukan.

Sialnya, Jerome juga jadi merasa salah tingkah atas apa yang ia lakukan. Hingga akhirnya mulutnya secara kurang ajar mengeluarkan perkataan yang membuat Chelsea langsung mendorong tubuhnya hingga jatuh ke lantai.

"Chel, mandi gih. Lo bau."

Mulut Jerome memang kurang ajar. Niat ingin mencium bibir Chelsea langsung kandas, malahan ia mendapat hadiah mencium lantai kamar Chelsea.

Sial.

Setelah diusir dari kamar Chelsea, Jerome turun menuju lantai bawah sambil menepuk dahinya beberapa kali. Ia merasa telah melakukan hal yang bodoh. Seharusnya tadi ia bisa saja mendaratkan bibirnya pada bibir istrinya itu. Suasananya juga sangat mendukung, dan juga Chelsea terlihat sudah siap dengan apa yang akan Jerome lakukan. Tapi sial, mulutnya memang kurang ajar.

Jerome kini mendudukkan dirinya di sofa. Merasakan debaran jantungnya yang masih terasa cepat akibat memikirkan ciuman yang seharusnya ia lakukan. Benar-benar bodoh!

Sesaat setelah itu, Chelsea terlihat menuruni tangga dengan wajah masam. Jerome segera berlari mendekatinya, tapi Chelsea masih saja mendorong Jerome menjauh.

"Minggir, gue bau."

"Marah?"

"Enggak."

Jerome kembali mengikuti Chelsea ke dapur dengan perasaan bersalah. Dilihatnya Chelsea sedang membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa makanan dari sana.

"Mau masak?" tanya Jerome hati-hati,ㅡ takut diterkam ibu hamil yang sedang murka.

"Ya lo kira gue mau mandi di sini pakai bawang bombay?"

Jerome mengigit bibirnya sambil mengusap rambutnya kasar. Salah lagi, salah lagi. Dasar mulut sialan.

Lalu, tiba-tiba satu ide muncul dalam otaknya.

"Hari ini gue aja yang masak sarapan. Lo tunggu aja, atau bisa mandi dulu."

Lagi-lagi Jerome langsung menutup bibirnya rapat dan mengigitnya lagi. Bodoh, salah bicara lagi. 'Kan Chelsea jadi salah paham lagi mengira tubuhnya sangat bau.

"Emangnya gue sebau itu?" Chelsea mengerutkan dahinya dan menatap Jerome sebal.

Oh Tuhan, jadi memang benar bahwa laki-laki itu selalu salah?

"Enggak gitu maksud gue."

"Ya terus apa? Elo minta gue mandi terus." Chelsea berkacak pinggang dengan kedua mata berapi-api. "Oke, gue mandi sekarang!"

Dengan cepat Jerome menahan tangan Chelsea untuk pergi. Ditariknya tangan itu, hingga kini tubuh Chelsea sudah masuk dalam pelukannya. Semakin Chelsea memberontak untuk dilepaskan, semakin Jerome mengeratkan pelukannya.

Ini adalah pelajaran dari Julian, bahwa jika wanita sedang marah, pelukan adalah obat terampuh.

"Ngapain? Kata lo gue bau?" Chelsea mendongak menatap wajah Jerome.

Dan ternyata pelajaran dari Julian memang benar. Suara Chelsea tidak sekeras tadi, dan raut wajahnya juga sudah melunak. Hal itu membuat ujung bibir Jerome kembali naik ke atas. Kemudian membawa Chelsea dalam pelukannya lagi. Diciumnya puncak kepala Chelsea, menyesap wangi rambutnya yang membuatnya malah ketagihan.

"Lo pakai shampoo apa?" tanya Jerome.

"Kenapa?"

"Nanti gue beliin seratus botol."

"Hah?"

"Jangan ganti shampoo. Enak baunya, gue suka."



***

Chelsea tidak pernah menyangka bahwa Jerome Hadinata yang dikenalnya sebagai seorang laki-laki dingin, galak, dan bermulut pedas itu sekarang menjadi berbeda 180 derajat. Chelsea sadar, bahwa Jerome kini telah banyak berubah, dan Chelsea sangat menyukai perubahan sikap Jerome padanya.

Seperti tadi pagi, Jerome berusaha membuat sarapan meskipun Chelsea harus merelakan wajannya hangus karena ulah Jerome. Juga ketika siang, Jerome membantunya membersihkan apartemen, meskipun tadi Jerome sampai menyenggol sebuah guci cantik yang harganya selangit.

Relakan guci cantik itu, relakan wajan barunya, itu semua tidaklah penting. Baginya, perubahan sikap Jerome adalah hal yang paling penting. Dan seharian ini, Chelsea benar-benar tidak bisa menyembunyikan senyuman bahagianya. Bahkan ketika mereka kini sedang mendorong sebuah troli di pusat perbelanjaan, mereka terlihat seperti pasangan baru yang sedang kasmaran.

"Jer, gue pengen makan bubur ayam."

Jerome kemudian mengambil sebungkus bubur ayam instan di depannya. "Ini? Mau berapa?"

"Bukan itu." Chelsea buru-buru merebutnya, lalu menaruhnya kembali ke dalam rak. "Bubur ayam Pak Ujang, yang di deket toko gue."

"Emang masih buka jam segini?"

Chelsea menggeleng, "Enggak. Sampai siang aja bukanya."

"Ya udah besok sarapan ke sana."

"Besok lo 'kan udah masuk kerja." Chelsea mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.

"Tenang, gue bisa masuk siang." jawab Jerome seraya tersenyum dan mengusap puncak kepala Chelsea.

Chelsea semakin melebarkan senyum dan mendekatkan diri pada Jerome. Dipeluknya lengan suaminya itu, lalu lagi-lagi Jerome mencium puncak kepala Chelsea.

Mana malu mereka bermesraan di tempat umum seperti ini? Dunia ini hanya milik mereka berdua. Iya 'kan?

Sesampainya mereka di rumah, tak banyak yang mereka lakukan. Karena memang seharian ini juga mereka di rumah hanya melakukan aktifitas seperti biasa. Mengingat kehamilan Chelsea yang sudah memasuki minggu ke 34, yang memang Chelsea menjadi mudah lelah. Maklum saja, beberapa hari terakhir setiap malam Chelsea tak bisa tidur nyenyak karena kesulitan menemukan posisi tidur yang nyaman. Juga tentang persalinannya, jujur saja Chelsea merasa gelisah, dan juga sedikit takut.

Namun beruntungnya, kini Jerome telah berubah dari sebelumnya. Lelaki itu membantu Chelsea untuk menenangkan diri dan membuatnya merasa lebih aman. Seperti sekarang, mereka kini sedang berbaring di atas ranjang besar milik Jerome sambil membuat obrolan yang belum pernah mereka bicarakan.

"Jer, gue pengen persalinan normal."

"Iya."

"Tapi gue takut."

"Gue janji bakal temenin lo. Jadi, jangan takut."

Chelsea kembali tersenyum. Jawaban yang Jerome berikan sedikit mengusir rasa takutnya.

"Emang lo gak takut lihatnya?" Chelsea mendongak, setelah dari tadi ia sembunyi di pelukan Jerome.

"Enggak."

"Cih, yang bener?? Nanti lo pingsan di ruang persalinan gimana? Bisa-bisa anak gue lahirnya gak nangis, tapi malah ketawa karena lihat Papanya cupu."

"Kok lo ngeremehin gue? Gue kan mau jadi Papa keren."

Chelsea sedikit terkekeh mendengarnya. Obrolan seperti ini baru pertama kali ia lakukan dengan Jerome setelah hampir 8 bulan mereka menikah. Membahas tentang persalinan, tentang nama calon anak mereka, membahas tentang kamar dan bahkan membahas pembahasan yang terlalu jauh, ㅡseperti, dimana besok anak mereka akan kuliah.

"Gue gak mau jauh-jauh dari dia. Meskipun udah besar. Pokoknya dia di Indonesia aja kuliahnya. UI juga udah bagus, gak perlu repot-repot ke luar negeri." Chelsea dengan penuh keyakinan mengatakan itu pada Jerome. Sedangkan Jerome punya pendapat lain.

"Dia kan bakal jadi penerus perusahaan. Kalau dia mampu kuliah di Harvard atau Oxford, kenapa enggak?"

"Enggak pokoknya!"

"Kenapa sih?"

"Kalau dia pergi jauh, terus lo sibuk kerja, gue sama siapa?"

"Makanya kita perlu kasih dia adek lagi. Dua atau tiga anak lagi, rumah jadi rame."

Chelsea terdiam. Jerome pun ikut terdiam setelah sadar apa yang baru saja ia katakan.

Setelah itu, suara tawa Chelsea tiba-tiba terdengar. Ia mendadak merasa geli dengan isi obrolan mereka. Bahkan anak mereka saja belum lahir, tapi mereka sudah membahasnya terlalu jauh.

"Mending sekarang kita pikirin nama dia dulu. Kita terlalu jauh bahasannya, Jer." ujar Chelsea di sisa-sisa tawanya.

"Gue udah punya calon nama."

Sontak Chelsea menoleh menatap Jerome dengan kaget. "Siapa??"

Jerome mengambil ponselnya di atas nakas, lalu memperlihatkan Chelsea sebuah aplikasi notes yang tertera sebuah nama di sana.

"Gue mikirin nama udah dari sebulan yang lalu. Dan nama ini pemberian dari Mama. Gimana?"

Chelsea mengangguk dengan kedua mata berair. Sungguh, tiba-tiba ia merasa sangat bahagia. Perasaan ini sangatlah berbeda pada saat dulu ia pertama kali mengetahui kehamilannya. Jika dulu ia merasa terbebani oleh calon bayinya itu, kini ia merasa sangat tidak sabar menantikan bayinya lahir. Chelsea ingin cepat menggendongnya dan memanggilnya dengan nama yang Jerome berikan.

"Ngapain sih nangis? Udah jelek tambah jelek aja lo."

Jerome mengusap puncak kepala Chelsea, lalu beralih turun mengusap air mata istrinya itu dengan lembut.

"Gue gak nyangka aja, waktu berjalan secepat ini. Sebentar lagi dia lahir." ucap Chelsea seraya mengelus perut besarnya yang tertutup baju longgarnya.

Sementara Jerome kini semakin mengeratkan pelukannya pada Chelsea. Lalu tangannya ikut mengusap perut Chelsea yang baru saja merasakan tendangan dari calon bayinya.

"Jer, jangan-jangan dia besok hobi main sepak bola."

"Besok gue buatin lapangan sepak bola sebesar GBK, khusus buat dia."

"Lo mau pamer kekayaan sama anak lo?"

"Oh iya, jelas. Biar anak gue tahu, Papanya sekaya apa."

Chelsea kembali terkekeh, lalu tiba-tiba mencubit pipi Jerome karena merasa gemas.

"Sombong bangettt!"

Jerome hanya diam dan membiarkan Chelsea menarik-narik pipinya. Ia malah sibuk menatap wajah Chelsea yang kini jaraknya sangatlah dekat darinya.

Hingga akhirnya, Chelsea melepaskan pipi Jerome yang kini sudah berubah warna menjadi merah. Dan tanpa ia sadari, kini wajahnya hanya berjarak sekitar beberapa senti saja dengan Jerome. Dapat Chelsea rasakan hembusan napas Jerome yang menerpa pipinya. Lalu, jarak itu tiba-tiba kian menipis. Dengan pelan Jerome mengikis jarak di antara mereka. Dan akhirnya, Chelsea merasakan sesuatu yang basah menempel pada bibirnya.

Awalnya kedua mata Chelsea sempat membelalak kaget atas apa yang Jerome lakukan. Tapi beberapa detik setelahnya, Chelsea menutup kedua matanya, dan merasakan sensasi ciuman hangat yang diberikan Jerome. Tanpa sadar bibirnya ikut menyecap bibir tipis itu, rasanya manis, dan hal itu membuat Chelsea menggila.

Entah siapa yang memulainya, ciuman hangat itu berubah semakin panas. Hingga akhirnya Chelsea mendorong dada Jerome agar ada jeda untuknya mencari oksigen. Napasnya tersengal setelah ciuman itu terhenti. Wajahnya memanas, jantungnya sudah berdetak tak karuan, dan ia mematung saat jari Jerome kembali mengusap tepi bibirnya dengan lembut.

Tidak berhenti sampai di situ, Jerome sepertinya benar-benar ingin membuat jantung Chelsea meledak dengan membisiknya sesuatu. Sebuah kalimat yang membuat Chelsea jatuh lebih dalam, lebih dalam lagi, dalam pesona Jerome Hadinata.

"Gue sayang lo, Chelsea Effendi."

###









Akutu hepiiiiiiiiiiii!!!

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

3.3K 632 15
Berbicara soal red flag, kebanyakan orang pasti akan menghindarinya. Apalagi soal "red flag in relationship". Sudah bisa dipastikan banyak orang lebi...
513K 5.5K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
72.8K 6.6K 50
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
250K 36.9K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...