Perfect Strangers (✔)

By adoravble

141K 14.9K 3.1K

Jerome dan Chelsea, dua orang yang harus terjebak di dalam ikatan pernikahan dengan rasa keterpaksaan. Setela... More

00. Prolog
01. First Day in Bali
02. Second Day
03. The Night
04. Everything Begins Here
05. Not A Dream
06. Croissant
07. Surprise
08. Decision
09. Birthday Gift
10. She's Back
11. Trust Me
12. Someone You Loved
13. Lost Control
14. The Wedding
15. Loser
16. Something Different
17. Change Up
18. Cravings
19. One More Chance
20. Lay Your Head On My Shoulder
21. Sick
22. Please, Listen To Me
23. Too Afraid To Love You
24. Stay With Me
26. A Day Full Of Happiness
27. Obsession
28. Welcome To The World
29. Protect You
30. Perfect Strangers
31. Epilog

25. Hypnotized

5.1K 531 164
By adoravble

Chelsea terlihat sangat berbeda hari ini. Dari pagi hingga menjelang sore, wanita itu terus saja dengan mudah mengumbar senyum. Bahkan saat di kamar hanya ada Bunga yang sedang sibuk membuka kotak makeup, Chelsea tiba-tiba tersenyum sendirian di depan cermin besar.

Tak pelak hal itu membuat Bunga bertanya-tanya, ada apa dengan sahabatnya itu?

"Elo kenapa? Sakit jiwa?" Bunga memandang Chelsea heran. Ia merasa baru saja datang ke apartemen Chelsea beberapa menit yang lalu, dan ia juga merasa tidak melakukan hal-hal lucu ataupun melawak.

"Muka gue ada yang aneh? Atau baju gue norak? Kaos Zara gue lo anggap murahan? Atau rambut pirang gue udah kayak sapu?"

Chelsea memutar bola matanya sebelum menoleh ke arah Bunga yang duduk di sampingnya.

"Apa sih, Bung?"

"Chel, harusnya gue yang tanya itu ke lo. Dari tadi senyum-senyum tanpa sebab, lo kenapa? Sakit beneran ya?"

"No!" jawab Chelsea seraya memeluk Bunga, "Gue lagi seneng!"

"Seneng kenapa?"

"Hehehe."

Bunga semakin penasaran, dilepasnya pelukan Chelsea lalu menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Kenapa?" tanya Bunga sekali lagi.

Chelsea dengan sengaja membuat Bunga menunggu, sampai akhirnya ia dengan malu-malu bercerita tentang kejadian semalam bersama Jerome di rumahnya. Semuanya ia ceritakan dengan jelas, tanpa ada yang tertinggal, ㅡseperti semalaman ia dan Jerome tidur berpelukan, dan akhirnya saat pagi merasa canggung satu sama lain.

"Oh, gitu." 

Chelsea melotot, merasa marah karena tanggapan yang ia dapat dari Bunga hanya sebatas itu.

"Kok lo cuma gitu doang reaksinya?"

"Please, bahkan sebelum lo sadar kalau lo suka Jerome, gue udah tahu. Jadi gue enggak kaget kalau akhirnya lo ngaku suka sama suami konglomerat lo itu."

"Bung,ㅡ"

"Dan gue ikut seneng lo bisa move on dari Baratha Wardana, ㅡcinta pertama lo yang udah sukses bikin lo sakit selama beberapa tahun."

Mendengar Bunga menyebut nama Bara, Chelsea tiba-tiba teringat akan lelaki itu.

"Bung, sejujurnya gue gak tahu perasaan gue ke Bara sekarang gimana. Gue ngerasa belum bisa sepenuhnya move on dari dia. Susah, Bung. Gak segampang yang gue pikir."

Chelsea tiba-tiba menunduk lesu. Ia masih merasa perasaannya dengan Bara belum juga hilang sepenuhnya. Ini tidak semudah yang ia pikirkan, karena Bara sudah terlalu lama mengisi hatinya.

"It's okay Chel, semuanya butuh proses, dan lo lagi ngelewati ini.  Gue ngerti gak semudah itu lo bisa buang Bara dari hati lo. Tapi gue yakin, karena ada Jerome, gue yakin lo pasti bisa."

"Gue serakah ya, Bung? Gue mau Jerome jangan pergi, tapi gue masih belum bisa hilangin perasaan gue ke Bara."

Bunga menggeleng, "Hati emang gak bisa lo kontrol gitu aja, Chel. Asal lo udah ambil keputusan untuk stay sama Jerome dan lupain Bara, lo udah bener. Jerome pasti juga ngertiin elo."

Chelsea menghela napasnya panjang. Ada benarnya juga Bunga, melupakan seseorang memang butuh proses. Dan yang pasti kini dirinya telah memantapkan hati untuk tinggal di sisi Jerome.

"Lo kalau kasih saran gue udah kayak ahli percintaan aja, Bung." Chelsea tiba-tiba memicingkan matanya pada Bunga. "Sama Julian gimana? Terima dia dong. Lo harus pacaran biar ada senderan, jangan nyender tembok terus."

"Kok jadi Julian sih? Gak ada cowok lain apa? Gue gak suka sama dia."

Chelsea terkekeh mendengar jawaban Bunga. Ia seperti melihat dirinya sendiri sewaktu masih menyangkal perasaannya pada Jerome.

"Udah ya, sekarang gue mau makeup-in lo dulu ya bumil. Ini udah mau jam enam, dan si tuan muda Jerome bakalan ngomel kalau lo gak siap sewaktu dia datang."

Ya, malam ini Chelsea dan Jerome akan menghadiri sebuah acara yang dihadiri oleh para pebisnis dan pemilik perusahaan besar di Indonesia. Sebetulnya acara itu diselenggarakan oleh Adi Wardhana, ㅡpapa Bara, yang memang untuk merayakan ulang tahunnya yang ke 50 tahun. Meskipun Jerome sempat ragu untuk datang, tapi akhirnya ia memutuskan untuk menghadirinya. Dan tentu saja, nanti malam Chelsea akan bertemu dengan Bara.

Tidak apa-apa, Chel. Seperti kata Bunga, dirinya pasti bisa.

Chelsea menguatkan dirinya sendiri. Lagi pula, nanti akan ada Jerome, jadi ia tidak akan berdekatan dengan Bara.

"Gila, Chel, gue kayaknya menemukan bakat terpendam gue sebagai MUA. Lihat, lo cantik bangeeett!" teriak Bunga setelah menyelesaikan pekerjaan dadakannya sebagai perias ibu hamil.

"Alah, emang guenya kali yang udah cantik dari dulu."

"Kok lo gitu sih???"

Chelsea tak menanggapinya, dan justru langsung berdiri untuk mengambil sebuah kantung belanjaan yang diberikan Jerome kepadanya lewat Supri siang tadi. Kata Supri, Jerome menyuruh Chelsea untuk mengenakan gaun bermerek terkenal yang tentu harganya selangit itu.

Tanpa belama-lama Chelsea segera memakainya dibantu Bunga. Gaun berwarna hitam panjang dengan bagian atas terdapat bordir hingga ke bagian lengan itu tampak sangat elegan. Di tambah sepasang flat shoes bermerek Gucci yang juga dibelikan Jerome juga menambah cantiknya Chelsea malam ini. Dari ujung rambut hingga kepala, semuanya tampak sempurna, ㅡdan juga tentunya tampak mahal.

"Anjir, konglomerat beneran lo, Chel!" Bunga bertepuk tangan saat melihat tampilan Chelsea malam ini yang sudah seperti mannequin di mall yang diberi pakaian mahal dari ujung kepala hingga kaki. "Kayaknya gue harus jual ginjal dulu kalau mau beli gaun dan flatshoes lo itu."

Masih melihat pantulannya di depan cermin, Chelsea tersenyum dengan lebarnya. Ini adalah baju pertama yang Jerome belikan untuknya selama mereka menikah. Chelsea benar-benar tidak peduli dengan harga gaun dan sepatunya. Meskipun semua yang ia pakai ini berharga murah sekalipun ia tetap akan tersenyum senang dengan apa yang diberikan Jerome.

Bertepatan dengan itu, Jerome ternyata sudah datang menjemput bersama Julian di belakangnya. Awalnya Jerome sempat terlihat diam melihat tampilan Chelsea, lalu karena colekan Julian, lelaki itu tersadar dan tampak salah tingkah.

"Chel, kata Jerome lo cantik. Cantik banget, sampai dia speechless, dan, ADUHHH!" Julian memekik ketika mendapat sebuah tendangan dari Jerome pada kakinya.

Chelsea yang melihatnya hanya terkikik geli. Dan entah, tiba-tiba kedua pipinya memanas. Lalu kini jantungnya mulai berdegup sangat cepat, saat Jerome mulai melangkahkan kaki menghampirinya.

Gila, Jerome sepertinya ingin membuat jantung Chelsea meledak. Lelaki itu tanpa diduga mengulurkan tangannya pada Chelsea dengan senyuman yang tak pernah ia tampakkan sebelumnya. Hingga Chelsea bisa melihat kedua lesung pipi Jerome yang tampak jelas.

Siapa yang tidak terpesona dengan senyuman itu? Bahkan Chelsea merasa dirinya telah terhipnotis hanya karena senyuman Jerome kali ini. Sampai-sampai ia tidak sadar tangannya menyambut uluran tangan Jerome, dan kini ia sudah melingkarkan tangannya di lengan Jerome.

Persetan dengan suara Julian dan Bunga yang terus meneriaki mereka seperti sedang menonton acara mak comblang di TV. Chelsea masih dengan senyumnya melangkah di sisi Jerome tanpa terganggu oleh suara bising yang diciptakan teman-temannya itu.

Ya, memang benar kata orang, jatuh cinta membuat dunia seperti milik berdua.

Awalnya Chelsea tidak pernah tahu bagaimana rasanya semua itu, karena cinta pertamanya tidaklah berhasil. Namun sekarang ia mengerti, bagaimana rasanya jatuh cinta, dan bagaimana bahagianya ketika seseorang yang dicintainya menyambutnya dengan sebuah uluran tangan disertai dengan senyuman yang membuatnya meleleh.

Hari ini, Chelsea sudah mengakuinya, bahwa dirinya sudah terhipnotis pada Jerome Hadinata.



***


Wanita mana yang tidak suka dengan perlakuan hangat dari seorang lelaki?

Wanita mana yang tidak suka apabila diperlakukan seperti seorang ratu?

Dan malam ini seorang lelaki bernama Jerome Hadinata, sedang menjadi lelaki yang ingin membuat wanitanya merasa nyaman bersamanya.

Ayo, turunkan sedikit gengsi yang terlalu tinggi itu. Ayo, hilangkan sikap kasar dan dinginnya demi dia. Untuk Chelsea saja, Jerome akan berusaha. 

Seperti kata Julian, "Kebanyakan wanita itu, sangat suka diperlakukan dengan manis. Gue yakin, Chelsea akan sepenuhnya jatuh ke elo kalau lo bisa bikin dia nyaman dan aman."

Ya, meskipun kisah percintaan Julian juga belum menemukan titik terang, tapi perkataan Julian memang ada benarnya. Dan kali ini, Jerome tidak akan membiarkan kejadian masa lalu yang kelam itu terulang kembali. Ia percaya, bahwa Chelsea sangat berbeda dengan dia, ㅡVivian Liem, yang telah memberi luka padanya beberapa tahun silam.

Maka dari itu, jangan heran jika sekarang Jerome benar-benar mengubah sikapnya. Mulai dari hal kecil seperti membukakan pintu mobil untuk Chelsea, membantunya memasangkan seatbelt dan memastikannya aman, hingga terus menjaga Chelsea tetap di sampingnya sepanjang acara berlangsung.

"Hah? Itu pemilik resort paling mewah di Bali itu??" Chelsea melongo setelah Jerome membisikinya dengan memberi tahu siapa saja orang-orang yang baru saja menyapa mereka.

Jerome mengangguk sambil terkekeh melihat ekspresi Chelsea. Lalu ia melanjutkan lagi menunjukkan Chelsea beberapa orang di sana.

"Lo percaya gak kalau dia dulunya jualan ayam potong di pinggir jalan?"

"Hah? Seganteng itu jualan ayam potong? Sumpah??"

Jerome mengerutkan dahinya, "Ganteng dari mana? Gantengan juga gue."

"Hah, apa? Gak denger!" Chelsea berpura-pura tidak mendengar Jerome, lalu Jerome pun kembali menunduk dan membisikinya tepat di telinga.

"Gantengan gue!"

Seketika itu Chelsea hanya bisa terkekeh dan sedikit mendorong lengan Jerome agar menjauh darinya. 

"Iya, iya! Minggir deh, geli di telinga!"

Saat mereka sedang asyik mengobrol dan mungkin menganggap bahwa ballroom hotel mewah itu hanya disewa oleh mereka berdua, tiba-tiba ada yang mendekat ke arah mereka.

Adi Wardhana, selaku pemilik acara malam ini datang bersama sang istri dan juga anak tunggalnya, Barata Wardhana.

"Wah, senang sekali Om melihat kalian datang."

Jerome menyambut uluran tangan pria separuh baya itu, dan tak lupa membalas senyuman yang beliau berikan.

"Selamat ulang tahun, Om."

Chelsea pun juga ikut mengucapkan kata selamat meskipun sekarang dalam kecanggungan karena Bara di depannya secara diam-diam menatapnya dengan tatapan tajam.

"Ayo, Chel, makan semua makanan yang ada di sini. Semuanya aman untuk ibu hamil!"

"Iya, Om. Nanti aku cicipi semuanya!" Chelsea masih tersenyum menanggapi Adi Wardhana, meskipun sebenarnya Jerome tahu bahwa Chelsea tak nyaman karena adanya Bara. Buktinya Chelsea tanpa sadar semakin mengeratkan tangannya pada lengan Jerome.

Tapi apalah daya, Jerome tidak bisa membawa Chelsea pergi begitu saja. Mereka baru saja disambut oleh pemilik acara malam ini, tidaklah sopan jika ia langsung membawa Chelsea kabur.

"Chel, kelihatan sudah besar sekali perut kamu."

Kali ini mama tiri Bara yang bernama Renita Wardhana ikut dalam pembicaraan basa-basi itu.

"Iya, sudah delapan bulan, Tante."

"Wah iya? Padahal sepertinya kamu dan Jerome belum lama menikah. Memang sudah ada delapan bulan ya? Haha."

Wajah Chelsea seketika berubah. Senyuman yang sedari tadi berusaha ia tampakkan langsung pudar begitu saja ketika mendengar perkataan Renita.

Jerome segera tahu perubahan Chelsea. Ia menarik Chelsea lagi untuk lebih dekat, menggenggam tangan istrinya itu dan mengusap punggung tangan Chelsea untuk menenangkannya.

"Iya, Tante. Minta do'anya untuk persalinan Chelsea besok." Jerome kembali melempar senyum palsu sambil menahan marahnya terhadap wanita di depannya itu.

Demi Tuhan, Jerome sudah tidak bisa berlama-lama di sini. Ia sudah muak melihat wajah Bara, ditambah lagi mama tiri Bara dengan mulut kurang ajarnya itu berbicara seenaknya tanpa adab. Jika bukan karena permintaan papanya, Jerome tentu tidak akan sudi untuk menghadiri acara sialan ini.

Persetan dengan nilai kesopanan, Jerome kini menarik dirinya dan Chelsea untuk pergi dari hadapan keluarga Wardhana. Namun sialnya lagi, ketika ia sudah akan kabur keluar dari acara itu, tiba-tiba beberapa orang penting dalam dunia bisnis menahannya untuk pergi. Kali ini Jerome tidak bisa mengabaikan kesopananannya, karena yang sedang bersamanya ini adalah orang yang sangat ia hormati. Beliau adalah pebisnis yang sangat terkenal dan sekaligus orang terkaya ke-tiga se-Indonesia.

Jerome menoleh pada Chelsea yang terus berada di sisinya, "Sori, sebentar lagi ya?"

"Iya, gak papa, Jer."

"Sori,ㅡ"

"Beneran. Gue gak papa. Kita bisa pergi setelah ini."

Jerome masih menatap Chelsea dengan khawatir. Tapi apa boleh buat, ia terpaksa harus bertahan selama beberapa menit di sini. Tentunya obrolan antara Jerome dengan seseorang itu isinya hanya tentang seputar dunia bisnis yang Chelsea sama sekali tidak mengerti.

Dapat Jerome lihat, Chelsea sangatlah bosan mendengarkan isi obrolannya. Sampai akhirnya ada seorang wanita datang dan menyapa Chelsea. Di tengah obrolannya, Jerome sempat menyapa wanita bernama Sonya itu yang memperkenalkan diri sebagai teman Chelsea sewaktu kuliah.

Sempat lega karena Chelsea ada teman untuk diajaknya bicara, Jerome kembali tak tenang lagi ketika kini Chelsea meminta ijin untuk pergi mengambil minum bersama Sonya. Memang, mungkin sedikit berlebihan, tapi Jerome mempunyai alasan. Tadi Jerome sempat melihat adanya Vivian di tempat ini, maka dari itu ia menjadi tidak tenang jika saja Chelsea pergi terlalu jauh dari jangkauannya.

Dalam perbincangannya bersama para pebisnis itu, fokus Jerome menjadi pecah. Kedua matanya mengikuti kemana Chelsea pergi bersama temannya, dan sekarang Chelsea sudah menggerombol bersama kumpulan wanita di sana.

Untuk sesaat pandangan Jerome sempat teralihkan karena seseorang yang menyapanya lagi dan berbasa-basi dengannya. Dan setelah ia kembali menoleh pada arah dimana Chelsea berada tadi, Chelsea sudah tidak terlihat di sana. Kumpulan para wanita itu mendadak hilang entah kemana.

Jerome akhirnya berpamitan untuk pergi dari pebincangan bisnis itu. Kedua matanya mulai menyapu seisi ruangan untuk menemukan keberadaan Chelsea. Namun ternyata ia sama sekali tidak melihat adanya Chelsea di ruangan ini. Kekhawatirannya mulai bertambah ketika ia bertemu dengan Lona,ㅡadik dari Vivian, yang memberitahunya bahwa ia melihat Chelsea bersama gerombolannya tadi pergi keluar ballroom diikuti Vivian.

Jerome semakin mempercepat langkah kakinya untuk keluar dari ballroom sesuai petunjuk Lona. Perasaannya sudah tidak tenang karena mendengar Vivian mengikuti kemana Chelsea pergi.

Akhirnya ditengah ia kebingungan mencari keberadaan Chelsea, ia samar-samar mendengar teriakan keras dari arah taman sebelah. Buru-buru ia berlari ke arah sana, dan pada akhirnya ia melihat keberadaan Chelsea ditengah kerumunan itu. Dan teriakan yang baru saja Jerome dengar adalah suara teriakan dari Bara.

Bara terlihat sangat marah. Sedangkan Chelsea berdiri tepat di belakang Bara yang sedang mengamuk di sana.

"Tutup mulut lo, Vi!"

Dari jarak yang lumayan jauh, Jerome bisa mendengar suara Bara dalam perdebatan itu. Dan oh, ditengah-tengah kerumunan itu ternyata ada Vivian.

"Kita cuma mau ngobrol aja kok dengan Chelsea. Memang salah?" 

Itu suara Vivian.

"Lo pikir gue gak lihat kalian pada narik-narik dan paksa Chelsea untuk ikut kalian?"

"Hubungan lo apa sih Bar sama Chelsea? Istri orang lo belain mati-matian."

Saat keributan itu masih panas, Jerome datang dari belakang dan segera menarik Chelsea mundur. Sontak hal itu membuat gerombolan itu kaget, termasuk Vivian.

"Ayo pulang." Jerome melepas atasan jasnya dan memakaikannya pada Chelsea. Tanpa memedulikan tatapan orang di sana, ia membawa Chelsea pergi tanpa sepatah kata pun.

Jika Jerome tidak segera pergi dan justru menanggapi Vivian, tentu perdebatan itu tidak akan selesai dan malah akan membuatnya semakin marah. Jadi, Jerome memilih untuk membiarkannya dan segera membawa Chelsea pergi.

Untuk sekali ini Jerome diam, tapi jika sekali lagi Vivian dan para wanita itu membuatnya marah, ia tidak akan segan-segan untuk bertindak.

"Maaf, gue gak tahu lo diseret pergi sama mereka." ujar Jerome pada Chelsea saat menuju ke mobil.

"Gak papa."

"Mereka ngomong apa aja?"

"Tanyain gue hamil berapa bulan, dan ngitungin berapa bulan kita nikah. Baik banget mereka 'kan perhatian banget sama hidup kita?"

"Terus?"

"Katanya gue nikahin lo karena duit aja. Katanya gue,ㅡ"

Belum selesai Chelsea berbicara, mendadak Jerome menghentikan langkahnya dan memeluk Chelsea dengan erat.

Sialan, berani-beraninya mereka mempermalukan dan menghina Chelsea seperti itu. Apa wanita-wanita itu tidak takut akan perusahaan keluarganya yang bisa saja Jerome runtuhkan dengan mudah?

"Jer, serius gue baik-baik aja. Gue enggak akan peduliin ucapan mereka."

"Harusnya kita gak usah dateng aja."

"Jer,ㅡ"

"Chel,ㅡ"

"Hm?"

Ada sedikit jeda setelahnya, Jerome semakin mengeratkan pelukannya dan mengusap lembut rambut panjang Chelsea. Dan dalam keheningan itu, Jerome berhasil membuat Chelsea jatuh padanya sekali lagi pada hari ini.

"Jangan pernah lagi jauh-jauh dari gue."





###





"Mana yang berani ganggu istri gue? Udah siap bangkrut? Udah siap jatuh miskin lo?"

Continue Reading

You'll Also Like

16.2K 2.8K 47
apa kalian pernah mendengar fall in love at first sight? atau mungkin kalian memahami dan bahkan pernah mengalaminya. tunggu sebentar, jika kalian p...
127K 14.8K 25
hanya sekedar cerita baru tentang percintaan Jeffrey dan zahra yang sama - sama sudah menginjak universitas dan bukan SMA lagi. Jeffrey yang sudah pe...
212K 22.8K 43
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
494K 6.1K 4
Kinan Sabila Narendra, wanita berumur 21 tahun itu harus merasakan sakitnya penghianatan begitu mendalam sampai membuatnya kehilangan selera hidup. W...