[✓] Best Friends

Od uniessy

39.3K 4.3K 376

Sekuel dari Novel QUEENNORA yang semoga bermanfaat ❤ Více

Quote
Best Friends
1. Ayah Ibu Kekasihku
2. Memilih Pemimpin
3. Pembeda Pembela dan Pencela
4. Beri Udzur
5. Teman Hijrah
6. Bangga Dengan Aib
7. Move On
8. Menolak Tapi Mendukung
9. Setelah Hijrah
10. Kenapa Ngga Bisa Cinta?
11. Penghibur yang Tak Terhibur
12. Tahan Lisan
13. Berat
14. Fitnah Dajjal
15. Itsar
16. Lengah
17. Berterima Kasih
18. Kenapa?
19. Hadiah Terbaik
20. Faqqih
21. Bagaimana Jika
22. Jaga Menjaga
23. Nabi Tidak Nonton Konser
24. Jangan Salah Bela
25. Ternyata Terjadi
26. Beda Lajur
27. Tidak Peduli Sekitar
28. Tergelincir
29. Tiada Manfaat
30. Kriteria Suami Idaman
31. Teroris Pengecut
32. Pintu Surgamu Bukan Beban
33. Berpengaruh
34. Bucin
36. Luar Biasa

35. Soal Sesat

438 56 10
Od uniessy

Serial BEST FRIENDS – 35. Soal Sesat

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2019, 12 Desember

-::-

"Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok."

[ QS. Al Kahfi (18) : 106 ]

-::-


Hari ini aku main ke rumah Nora sepulang kuliah. Niatnya sih mau mengerjakan tugas. Tapi seperti biasa, pada akhirnya sebelum mengerjakan tugas ya kami menggunakan waktu untuk sesi curhat dulu.

"Kalau tentang bagaimana caranya semangat belajar Islam, kuncinya ya meyakini bahwa diri ini bodoh, Queen."

Ucapan Nora membuatku berpikir: Merasa bodoh terus ya? Lantas, kapan pintarnya?

"Dengan merasa bodoh, kita memiliki keharusan untuk terus belajar. Karena kalau sudah pintar, untuk apalagi belajar? Lagipula, dalam diri penuntut ilmu tidak pernah ada kata puas. Semuanya merasa ada banyak hal yang belum mereka dapatkan dalam perihal ilmu itu sendiri."

"Ah, jadi harus rajin-rajin hadir ke majelis ilmu ya?" tanyaku kemudian.

Nora sih rajin. Kalau tentang hadir kajian, Nora juaranya. Dia akan siap sedia sementara aku masih sibuk dengan khimarku. Hihi!

"Iya," kata Nora. "Dan tentang hadir kajian atau majelis ilmu, trust me, Queen, itu semua Allah yang kasih hidayah ke kita. Kalau Allah tidak memberi kita kebaikan, niscaya kita tidak akan pernah berada dalam majelis ilmu tersebut. Bersyukur banget ya Allah kasih kita kebaikan?"

Alisku sontak mengernyit. "Huh? Maksudnya bagaimana sih, Nora?"

Kulihat dia tersenyum simpul, meneguk minumannya perlahan, kemudian bersuara lagi.

"Queen, ada berapa banyak orang yang ada di dunia ini, dan mengaku muslim?"

Ditanya begitu, aku memutar bola mata ke kanan, "Err, banyak. Mana aku tahu jumlah persisnya? Kau ini..." kataku seraya memberengut.

Dan Nora tertawa setelahnya. Tuh kan, Nora memang begitu! Selalu tertawa kalau aku tidak tahu. Herannya, aku tetap sayang padanya. Hahaha!

"Jawabannya memang demikian, Queen: Amat sangat banyak!" ucap Nora. "Tapi ada berapa banyak yang hadir di majelis ilmu? Yang gratis saja terkadang tidak sampai membludak keluar-keluar area masjid kan? Nah, apalagi yang berbayar, ada banyak orang mengeluh terhadap kajian yang berbayar. Padahal yang kita ambil kan ilmunya? Ulama terdahulu bahkan rela jual ini itu agar bisa menghampiri ilmu."

Ucapan Nora kuiyakan dengan anggukan.

Adalah aku yang dulu juga marah-marah begitu mengetahui ada kajian berbayar. Hahaha!

Haisssh!

Sekarang sih, alhamdulillaah, sudah tidak, semenjak Nora bilang bahwa uang yang dikeluarkan untuk kajian itu adalah uang yang Allah berikan memang untuk kajian. Jika kita enggan, maka tidak akan pernah kita dapatkan juga uang tersebut di tangan kita.

Singkatnya, semua ada rezekinya!

"Iya juga ya..."

"Ingat kalimat ini, Queen? Man yuridillaahu yufaqqihu fiddiin; siapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah pahamkan dirinya perihal agama. Begitu juga dengan kehadiran kita di majelis ilmu," ucap Nora. "Allah bisa aja mencegah kita biar tidak ikut kajian. Tapi karena Allah sayang kepada kita, maka Allah mudahkan kita berada dalam majelis ilmu, Queen. Allah itu sweet ya? Sangat baik ke kita."

Aku mengangguk setuju. Kembali paham dengan maksud Nora, aku melanjutkan kegiatanku ngemil kacang mede berlapis cokelat yang dihidangkan Nora dalam toples kecil. Nora sendiri sibuk dengan hapenya.

"Innalillaahi..."

Ucapan istirja' barusan, sontak membuatku menoleh.

"What's wrong, dear?" tanyaku penasaran.

Kulihat Nora menyeka air matanya yang bergulir pelan dari sudut matanya menuju pipi. Aku langsung panik, berpikir Nora baru saja mendapat berita musibah dari keluarganya atau apa.

"Ada apa, Nora?" ulangku cemas.

Dia tidak bicara apa-apa selain menyerahkan ponselnya padaku. Dan aku, tanpa disuruh lagi, langsung membaca apa yang tertera di sana. Berita di satu website tentang soal ujian kelas lima esde yang tengah viral karena nama sosok yang ada di dalamnya.

"Astaghfirullaah..."

Hanya itu responsku.

Benar-benar terkejut dengan isi berita yang menayangkan isi soal yang dimaksud.

"Kok soal ujian seperti ini?" tanyaku heran. "Masa sih, soal seperti ini lolos dari pengawasan tim pembuat soal? Like... REALLY?" aku sebal sekali membacanya.

Di sana ditanya perihal sikap Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alayhi Wasallam yang tidak patut diteladani. I mean... WHAT THE---astaghfirullaah, apa lagi sih ini?!

"Dari milyaran nama yang ada di dunia..." aku kembali mengoceh, "kenapa mereka harus menggunakan nama Nabi kita? Bahkan mereka menulis jelas NA-BI MU-HAM-MAD lengkap dengan gelarnya ES-A-WE! Itu berarti mereka berpikir jernih ketika menuliskannya! Biadab!"

Kudengar helaan napas pendek Nora di sela tangisannya. Dia sudah kupeluk agar tenang dan tidak emosi seperti sebelumnya. Aku mengerti kekecewaan Nora membaca berita yang seperti itu. Aku saja marah. Apalagi Nora!

"Aku tidak habis pikir, Queen," kata Nora yang masih kurangkul sembari kuusap-usap lengannya, "kenapa sekarang banyak sekali orang yang menyerang sosok Nabi? Apa sih salah RasulAllah yang mulia kepada mereka? Kenapa Rasul dibenci sedemikian rupa? Direndahkan sesuka hati mereka..."

Ah, Nora... Jangan bertanya padaku.

Aku saja tidak mengerti kenapa yang seperti ini banyak sekali terjadi.

"Dulu, ada seniman yang menggambar wajah beliau. Kemudian ada kontes untuk menggambar wajah beliau. Bahkan ada orang mengaku ustadz yang berkata bahwa Rasul sebelum hijrah adalah anak nakal. Kemarin ada yang bilang bahwa Rasul berpotensi mencuri buah-buahan juga. Sekarang, nama beliau digunakan untuk pertanyaan tentang sikap buruk yang tidak pantas diteladani..."

Tangisan Nora terdengar lagi.

Aku memahami sakit hatinya. Sebab hatiku juga sakit. Bedanya, aku tidak menangis seperti Nora. Entah, apakah aku kurang cinta?

"Rasul itu, Queen, sebelum dicabut nyawanya, beliau peduli pada kita. Mukjizatnya bisa kita nikmati hingga sekarang. Setiap kita shalat, kita menyebut namanya untuk bersyahadat. Kita memujinya. Sebelum berdoa, Allah senang jika kita bersalawat dulu ke atas RasulNya. Kita bahkan ingin berjumpa dengannya di telaga..."

Isak tangis Nora kian terdengar. Dan tanpa sadar, air mataku meluncur juga.

Kilatan bayangan betapa inginnya aku berada di dekat telaga berdampingan dengan Nora, mengantre untuk mendapatkan seteguk air yang Rasul siapkan untuk kami...

Ah, kenapa banyak orang membenci manusia mulia yang bahkan tidak pernah mereka temui?

"Saat Rasul lahir, semua berhala terbalik. Api-api sesembahan orang majusi, padam begitu saja padahal mereka menjaganya dengan saksama," lanjut Nora. Dia melepas tanganku darinya. Kulihat wajahnya basah. "Kau tahu, ada banyak sahabat disiksa hanya karena mereka mengakui bahwa Rasul adalah utusan Allah. Dan mereka sama sekali tidak menyesal, karena mereka memahami siapa sosok yang mereka bela..."

Aku mengangguk, menarik napas panjang karena menangis ini cukup membuatku kesulitan bernapas.

"Nama Nabi kita itu bersanding dengan nama Allah Azza wa Jalla di pintu-pintu Surga, Queen... Karena Allah mencintai beliau, mengasihi beliau, menjadikan beliau manusia pilihan, manusia terbaik. Lantas, sekarang orang dengan murahnya menggunakan nama beliau untuk soal-soal ujian, bahkan merendahkan beliau seperti soal tadi... Aku kecewa, Queen..."

Kuraih tangan Nora, kugenggam lalu kuusap perlahan.

"Manusia memang mengecewakan, Nora. Mereka---"

"Aku kecewa pada diriku sendiri, Queen," Nora menangis lagi. "Nabiku dihina, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal di akhirat nanti aku mengharapkan syafaatnya..."

"Nora..."

Aku ikutan menangis. Rasanya perih sekali mendengar kalimat Nora yang tadi.

Nabiku dihina, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal di akhirat nanti aku mengharapkan syafaatnya...

Yaa Rabbuna...

"Zaman ini penuh fitnah," kata Nora. "Ayahku sering berkata, bahwa tempat kita bukan di dunia. Kita di sini untuk beribadah kepada Rabbul'alamin. Tapi menghadapi fitnah yang begitu dahsyat seperti sekarang... I think it's too much. Aku tidak bisa membayangkan seperti apa fitnah dajjal nantinya, Queen, jika fitnah di zaman ini sudah sedemikian keji."

Aku diam lagi.

Memang, demikian lemahnya kami yang mendapati penghinaan seperti ini bahkan tidak tahu harus berbuat apa? Mengadu ke pemimpin yang bahkan tidak peduli pada rasa sakit hati dan menganggap kami adalah manusia-manusia baperan?

Aku menyodorkan tisu pada Nora dan membiarkannya menyeka pipinya yang basah.

Dalam hati aku berharap, semoga Allah memberi pertolongan pada kami yang lemah. Nora benar, ini sungguhan adalah zaman fitnah. Semoga masalah ini ditindak lanjuti oleh pihak yang berwenang. Semoga ke depannya tidak ada lagi masalah seperti ini. Dan semoga...

Semoga kami berbenah agar Allah karuniakan pemimpin yang takut kepadaNya, kemudian dimampukanNya untuk mengayomi rakyat agar kuat dalam taat. Kami kini banyak, tapi sayangnya hanya serupa buih di lautan. Yaa Rabb, lindungi kami...

Allaahumma shalli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa ali sayyidina Muhammad.

[]

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

17.6K 368 6
[PROSES REVISI] Karena posisi peringkatnya yang berhasil Khaizan Rafif ambil, Sabrina harus menelan jika semua hobi pada olahraganya semakin tidak di...
2.1K 110 15
Lanjutan kisah dari Fairel dan Radela yang sedang merasakan 'Cinta Monyet' masa SMK. El dan Fairel berpisah untuk meraih impiannya masing-masing. El...
201K 14.5K 47
ini cerita pertama maaf kalo jelek atau ngga nyambung SELAMAT MEMBACA SAYANG(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
27.8K 3.9K 40
Follow dulu sebelum baca. Bert Ertugrul, seorang personel dari pasukan khusus IDF, Unit Mistaravim yang kaku, berhati dingin dan tidak pernah percaya...