Fate : A Journey of The Blood...

Od monochrome_shana404

18K 3.1K 4.3K

18+ for violence, blood, and strong language [Action, Drama, Science Fiction] Takdir ibarat seperti langit. J... Viac

(Bukan) Kata Pengantar
PENGUMUMAN PENTING!!
Prologue
Act I : White Rose
Chapter 1.1 [1/2]
Chapter 1.1 [2/2]
Chapter 1.2 [1/2]
Chapter 1.2 [2/2]
Chapter 1.3 [1/2]
Chapter 1.3 [2/2]
Chapter 1.4
Chapter 1.5
Chapter 1.6
Chapter 1.7
Chapter 1.7.5
Chapter 1.8
Chapter 1.9
Chapter 1.9.5
Chapter 1.10 [1/2]
Chapter 1.10 [2/2]
Chapter 1.11
Chapter 1.12
Chapter 1.12.5
Chapter 1.13
Chapter 1.13.5
Chapter 1.14 [1/2]
Chapter 1.14 [2/2]
Chapter 1.15 [1/2]
Chapter 1.15 [2/2]
[FILE_CAST(S)_Fate:AJoTBR(0)]
Act II : Bloody Rain
Chapter 2.1
Chapter 2.2
Chapter 2.3
Chapter 2.4
Chapter 2.5
Chapter 2.5.5
Chapter 2.6 [1/2]
Chapter 2.6 [2/2]
Chapter 2.7
Chapter 2.8
Chapter 2.9
Chapter 2.10
Chapter 2.10.5
Chapter 2.11 [1/2]
Chapter 2.11 [2/2]
Chapter 2.12
Chapter 2.12 [EX]
[FILE_CAST(S)_Fate:AJoTBR(1)]
Act III : The Dark Garden
Chapter 3.1
Chapter 3.2
Chapter 3.2.5
Chapter 3.3
Chapter 3.4
Chapter 3.4 [EX]
Chapter 3.5
Chapter 3.5.5
Chapter 3.5.5 [EX]
Chapter 3.6
Chapter 3.6 [EX]
Chapter 3.6.5
Chapter 3.7
Chapter 3.8
Chapter 3.9
Chapter 3.10
Chapter 3.10 [EX]
Chapter 3.11
Chapter 3.12
Chapter 3.12 [EX]
Chapter 3.12.5
Chapter 3.12.5 [EX] [1/2]
Chapter 3.12.5 [EX] [2/2]
Chapter 3.13
Chapter 3.13.5
Chapter 3.14 [1/2]
Chapter 3.14 [2/2]
Chapter 3.14.5
Chapter 3.14.5 [EX]
Chapter 3.15
Epilogue
(Mungkin bisa dibilang) Akhir Kata

Chapter 2.4.5

114 23 84
Od monochrome_shana404

Tetaplah di belakangku.

Begitu pesan yang terhantar menuju isi kepala Akira di kala Kirika selesai menulis di stokingnya. Sebentar lensa biru itu melirik punggung sang Madam, seolah tengah memberi sinyal pertanda ia sudah mengerti.

Sementara, si wanita bermanik delima akhirnya membalas Hansel sambil tersenyum tipis, "Tampaknya ada pembahasan genting yang mesti disinggung sekarang juga. Begitu, Tuan Bourne?"

Hansel tersenyum lebar, bersyukur bahwa lawan bicaranya cepat mengerti.

"Ada yang harus dibicarakan mengenai hubungan perusahaan," terang Bourne singkat. "Beliau meminta saya agar memanggil Anda sebelum pesta benar-benar dimulai. Tapi Anda tidak perlu khawatir karena untuk sementara Tuan James akan mengisi kekosongan Tuan Jason."

Suara dengung nyaring dari mikrofon menarik atensi. Kirika sempat ikut melemparkan pandangan kepada orkestra yang baru saja menyelesaikan musiknya, mengizinkan seorang pria bertubuh tinggi mengambil alih panggung.

Dialah James Howard yang disebut-sebut dalam percakapan saat ini. Terlihat dia menyunggingkan senyum canggung sembari menggumamkan kata maaf nun jauh dari sana.

Kirika membiarkan James berbicara kepada para tamu. Suara yang semula menggema dari speaker mulai ia abaikan seusai batinnya yakin dengan ucapan Hansel.

"Saya harap beliau tidak keberatan jika saya harus membawa asisten saya," tutur Kirika yang tak lama mengembalikan pandangan kepada manik di hadapannya. "Anda tahu, dia butuh banyak belajar mengenai hal ini mengingat dia masih baru."

Maka manik gelap itu mempertemukan diri dengan si lensa biru. Pemilik lensa yang tak pernah segan menebarkan senyum sopan agak menganggukkan kepala sebagai sapaan. Ya, rasanya baru kali ini ia disadari hawa keberadaannya.

"Tentu. Tuan Kurihara boleh ikut." Sembari demikian, Hansel mulai memutar setengah tubuhnya, kemudian berlanjut berujar sopan, "Lewat sini."

Barulah ia membiarkan kedua orang itu mengekor. Mereka menyusuri lorong yang cukup panjang sebelum bisa keluar dari tempat ini, perlahan membiarkan alunan lagu yang baru saja diputar perlahan buyar seiring mereka menjauhi ballroom.

Tampaknya bintang tamu sedang menyanyikan lagu pembuka setelah James mengambil alih pekerjaan pembawa acara. Akira berasumsi demikian di setiap langkahnya. Tak begitu mengherankan jika Howard mengundang dua sampai tiga selebriti ke pesta selebrasinya.

Howard Corporation diketahui sebagai perusahaan mainan yang paling berjaya di Amerika Serikat. Akira sudah membaca sedikit mengenai perusahaan ini, mulai dari sejarahnya yang panjang. Terutama hal-hal terkait dengan Jason pula.

Sebagai cucu pertama dari Eugene Howard, Jason mengalami banyak rintangan kala diberikan kepercayaan untuk meneruskan kepemimpinan perusahaan. Amat sangat melelahkan kedengarannya jika meski jatuh bangun demi membangkitkan kembali segala yang telah diserahkan padanya. Akira sangat tersanjung mengingat Jason yang tak mau berhenti menyerah.

Tak tanggung-tanggung, Jason juga sukses membangun hotel yang sangat megah.

Memori yang mengangkat informasi di dalam kepalanya kontan membuat Akira sedikit menengadah memandang langit-langit. Agaknya ia merasa bersyukur akan dipertemukan kembali dengan pria itu.

Sampailah mereka ke luar dari gedung utama, memasuki halaman menuju gedung tinggi. Udara malam tak begitu mengganggu, meski demikian sempat tetap terasa membelai kulit lembut Kirika. Si manik delima menyempatkan diri untuk mengedar, tetapi tak berlangssung lama setelah Hansel berbelok menuju taman hotel.

Pria muda itu menoleh ke belakang, melakukan kontak mata guna memastikan Kirika masih mengekorinya. Kala mendapati si wanita, dia memperlebar senyum. Pun, mengangguk selagi kembali menghadap depan.

Suasana taman pada malam hari tampak berbeda. Suasana temaram yang ditemani oleh lampu-lampu jalan menciptakan kesan elegan di taman. Pengunjungnya yang lebih sepi membuat ikan-ikan tak segan muncul ke permukaan. Meski begitu, Kirika masih mendapati lima hingga enam orang di sana. Tampaknya mereka pula tidak begitu acuh akan kedatangan mereka.

Perjalanan dilanjutkan menuju rumah kaca. Udara terasa lebih hangat di dalam sini. Juga terdapat lebih banyak tanaman hias berjajar rapi di rak-rak. Pula ada yang terlihat menggantung atau sekedar memenuhi tanah yang sudah sengaja diratakan.

Di bagian tengah rumah kaca terdapat satu meja kecil dengan dua kursi. Dengan penerangan dari lampu gantung di sekitarnya, Kirika mendapati Jason yang tengah duduk di sana. Dia hanya ditemani oleh cangkir yang saat ini berada di dalam genggaman tangan.

Senyum miring melebar di kala Jason mendapatkan Kirika. Sebagai sapaan tambahan, ia juga mengangkat cangkir tinggi-tinggi sembari membenarkan posisi kacamata bulatnya.

Berakhir ia menegak tetes terakhir sebelum meletakkan cangkir di atas meja. Kala Kirika mendekat, ia bertutur, "Tampaknya kamu tengah menikmati pestanya, Nona Alford?"

Kirika mengerjap. Namun, segera ia tundukkan kepala sembari menyentuh antingnya. Dia langsung duduk di kursi yang kosong selagi Hansel berjalan ke belakang kursi Jason.

"Tak seperti biasanya, Anda lebih memilih waktu diskusi tepat sebelum Anda memberi kata sambutan. Saya sama sekali tak mengekspektasikan hal ini," ujar Kirika.

Jason tertawa. "Tapi bukankah kamu lebih senang dengan suasana seperti ini ketimbang harus menyepi di antara keramaian?"

"Ah, Anda benar-benar mengerti saya."

Sebisanya manik delima kemudian menerawang kacamata hitam yang menyembunyikan manik keabuan di sana. Kirika mendengkus tenang, tak mengizinkan seorang pun tahu ia tengah berkeluh kesah mengenai pandangannya yang sedikit terhalang oleh gelap.

"Saya pikir Anda memiliki hal yang menarik untuk diperlihatkan sekarang, Tuan Howard?"

Maka Jason segera meletakkan komputer hologram mini ke tengah meja, sementara Hansel menyerahkan dua pena stylus untuk tuannya dan tamu di hadapan sang tuan.

"Mainan baru ini ... aku menamainya sebagai Save The Princess."

Satu tarikan napas juga ikut menarik atensi Kirika, berikut dengan tubuhnya yang mulai ia tegakkan. Wanita itu mulai memasang telinga baik-baik selagi maniknya tertuju kepada desain sederhana yang tertampil pada hologram.

Tampak sebuah desain rumah kaca mainan dengan detail yang sangat teliti. Di dalam sana terdapat miniatur putri yang tengah duduk menghadap meja teh. Hanya sendirian, tetapi dia tampak tersenyum menikmati teh yang dihidangkan.

"Jadi, bagaimana cara bermainnya?"

Jason mengetuk meja dua kali sehingga visual dari hologram mulai beraksi.

"Akan ada beberapa penyusup yang muncul dari sela-sela semak belukar, juga tempat rak-rak tersembunyi. Agaknya akan tampak lebih unik jika kita membuat tombol untuk memunculkan para penyusup mungil ini. Bersamaan, si putri akan terlonjak dari tempatnya.

"Lalu, dari meja juga akan muncul lubang penyimpan uang. Kau tahu, seperti kotak bank mungil untuk mengenalkan anak-anak di masa kini bagaimana kita menabung di masa lalu. Ketika uang dimasukkan, maka penyusup akan pergi dan putri kembali duduk dengan tenang bersama dengan tehnya."

Kemudian Jason memandang Kirika sebentar, membiarkan si wanita bermanik merah mulai berpikir.

Sementara mereka mulai mengabaikan sekitar. Termasuk tetesan hujan yang terlanjur hinggap di atap rumah kaca, meluncur menuju dinding-dindingnya.

Akira yang sedari tadi menahan diri untuk tidak menoleh kepada hujan, memilih mengerjap. Pun, kali ini ia juga tak mampu menginterupsi pembicaraan meski perihal yang hendak ia utarakan sangat genting. Maka ia putuskan untuk melempar tatapan kepada Hansel yang kembali berfokus kepada pembicaraan.

"Konsep yang menarik, Tuan Howard ...," kata Kirika sembari memangku dagu. Maniknya masih saa tertuju kepada visual yang kini telah mengembalikan posisi miniatur putri duduk di tempatnya. "Anda membutuhkan beberapa komponen baru untuk mainan ini."

Atas seizin Jason, Kirika mulai menggeser desain, kemudian menggantinya dengan tampilan kertas polos. Dia mulai meratakan hologram, menyatu bersama meja dan mulai menggambar. Demikian, ia mulai menjelaskan, "Alangkah baiknya jika tombol diganti dengan pemindai sidik jari. Saya memahami biaya yang dikeluarkan akan sangat besar, tetapi cukup untuk menjamin keamanan uang yang akan tersimpan di dalam kotak mainan. Prinsip kerjanya akan tetap sama. Kita membutuhkan sedikit motor untuk menarik para penyusup keluar dari tempat persembunyian."

Senyum kecil terukir, tepat di kala ia memandang Jason dan menghentikan kegiatan desain acaknya. Pun, Kirika meneruskan, "Jadi Anda juga hendak mengajak divisi robotika kami, Tuan Howard?"

Jason terkekeh. Nada suaranya sedikit lebih berat kali ini.

"Senang kau cepat tanggap!" serunya. "Tapi sayang sekali. Saat ini aku hanya memiliki satu tombol."

Kirika merespon dengan kepala yang sedikit ia telengkan. Namun, manik delima itu masih tertuju kepada lawan bicara.

Begitu cepat, Kirika sama sekali tak menyadari kapan Jason memegang senjata. Tahu-tahu ia sudah mengangkat sebuah pistol, pun menodongkan moncongnya tepat kepada Kirika, sukses membuat si wanita menahan napas.

Tak kalah sigap dengan Hansel, Akira ikut menodongkan pistol kepada pria berkulit gelap tersebut.

"Anggap saja bonus untukmu, Nona Alford." Demikian Jason berujar janggal sembari memperbaiki letak kacamata hitamnya sukses menarik atensi orang-orang yang masih bertahan di tempat masing-masing. "Kita juga akan mendemonstrasikan konsep desain mainannya."

Hello~. Two chapters in a week. What do you guys think?

Bersiaplah. : D

Sampai jumpa di chapter selanjutnya.

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

57.7K 5.2K 50
Shen Qing adalah Tuan muda dari keluarga Shen,ia mengantikan saudari perempuannya yang kabur di hari pernikahan dan menikah dengan musuh bebuyutan ny...
350K 67.3K 20
Tidak ada yang salah dengan media sosial. Yah, setidaknya, itu pendapatku sebelum tiga remaja asing seumuranku datang menghampiri dan mengaku bahwa m...
42.1K 5.9K 21
"We all have that one person who really f us over." ©2018
26K 1.4K 40
Cie kepo, kalo kepo ayo mampir sini follow dulu syenkk LAPAK BROTHERSHIP NOT BL❌❌❌ ( FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! ) ( JANGAN LUPA UNTUK TINGGALKAN...