Perfect Strangers (✔)

adoravble tarafından

140K 14.9K 3.1K

Jerome dan Chelsea, dua orang yang harus terjebak di dalam ikatan pernikahan dengan rasa keterpaksaan. Setela... Daha Fazla

00. Prolog
01. First Day in Bali
02. Second Day
03. The Night
04. Everything Begins Here
05. Not A Dream
06. Croissant
07. Surprise
08. Decision
09. Birthday Gift
10. She's Back
11. Trust Me
12. Someone You Loved
13. Lost Control
14. The Wedding
16. Something Different
17. Change Up
18. Cravings
19. One More Chance
20. Lay Your Head On My Shoulder
21. Sick
22. Please, Listen To Me
23. Too Afraid To Love You
24. Stay With Me
25. Hypnotized
26. A Day Full Of Happiness
27. Obsession
28. Welcome To The World
29. Protect You
30. Perfect Strangers
31. Epilog

15. Loser

3.5K 465 47
adoravble tarafından

Mungkin bukan terlambat. Mungkin memang tidak berani memulai saja. Lalu membuat alasan terlambat.

ㅡ Fiersa Besari


**

Bara sedikit menarik dasi berwarna hitamnya. Bermaksud mengendorkan dasi yang terasa mencekik lehernya itu. Tak puas dengan itu, ia menarik dasinya lagi hingga melepas kancing kemeja putih bagian teratas. Namun, tetap saja ia masih merasa sesak. Sulit untuk mengambil udara segar, meskipun sekarang ia berada di sebuah taman yang penuh dengan tanaman dan beberapa pohon rindang.

Lelaki jangkung itu mengedarkan pandangannya ke sekitar. Tempat ini penuh dengan pebisnis dan juga beberapa pejabat di negeri ini. Termasuk Papa dan Mamanya di sana, bercengkeramah dengan para pesaing perusahaannya. Mereka semua sama saja, di depan saling melempar senyum, namun di belakang saling menjatuhkan demi keuntungan perusahaan masing-masing.

Ini sudah kelima belas menit Bara hanya berdiri di pojokan taman luas yang sudah disulap menjadi apik dengan altar di depan sana.

Sendiri, melamun, merasa sesak di keramaian itu.

Sempat menolak untuk tidak akan pergi ke pernikahan Chelsea dan Jerome, namun Bara akhirnya menyerah karena paksaan sang Papa. Meskipun di sini ia hanya menyendiri, menjauhkan dirinya dari keramaian. Yang terpenting, ia sudah datang ke sini sesuai permintaan Papanya, dan juga sudah menampakkan batang hidungnya untuk mengucapkan selamat kepada Pramana, ㅡAyah Chelsea.

Bara membuang napas berat untuk kesekian kalinya ketika kedua matanya menangkap beberapa foto prewedding Chelsea dan Jerome. Tak berniat memandang foto itu berlama-lama, ia melarikan pandangannya lagi ke segala arah. Tangan kanannya kembali menarik dasi yang dipakainya hingga sudah tak rapi lagi. Rasanya udara semakin sesak.

Sudah. Menyerah. Bara harus menyeret kakinya untuk segera pergi dari sini sebelum ia mati kehabisan napas.

Saat memastikan bahwa kedua orangtuanya telah duduk nyaman di deretan kursi tamu, ia menggerakkan kakinya untuk keluar dari tempat itu. Namun baru beberapa langkah, Bara mendadak menghentikan kakinya.

"Apa kabar lo, Barata Wardhana?"

Bara melihat seseorang yang baru saja menyapanya itu. Tentu saja Bara mengenalnya. Edoardo Pranaja, teman sekolahnya dulu sekaligus sahabat musuh bebuyutannya, ㅡJerome.

"Baik." Jawab Bara dengan wajah datarnya.

Edo berjalan mendekat dengan kedua tangan diselipkan di saku celana. "Gue kira lo gak akan datang ke sini."

"Gue datang bukan buat Jerome, tapi buat Chelsea."

"Nah justru itu!"

Bara mengerutkan keningnya. "Maksud lo apa?"

"Mungkin memang lo gak pernah bilang ke orang sekitar tentang perasaan lo itu. Tapi gue tahu, Bar."

Bara tertawa sumbang. "Tahu apa?"

"Lo suka Chelsea."

Edo mengucapkannya penuh percaya diri bahwa apa yang dikatakannya itu benar. Dan reaksi Bara sekarang adalah mengelak sekeras mungkin.

"Jangan sok tahu! Bukannya lo yang suka Chelsea?"

Edo terkekeh sambil mengangguk pelan. "Iya dulu gue suka. Tapi sayangnya dia gak pernah ngelihat gue. Karena Chelsea hanya ngelihat elo dimatanya, Baratha Wardhana yang brengsek."

Bara semakin tidak suka dengan pembicaraannya bersama Edo. Ia mulai menyingkir tapi Edo menghentikan langkahnya lagi.

"Gue tebak, sekarang pasti lo menyesal?"

Bara hanya menatap tajam pada Edo tanpa mengucapkan satu patah katapun. Yang Edo katakan memang benar. Hatinya tidak bisa menyangkalnya.

"Penyesalan lo udah terlambat, Bar."

Selepas mengatakan itu, Edo berjalan meninggalkan Bara yang masih mematung di tempatnya.

Bara benar-benar merasakan dadanya kian sesak saat ini. Apalagi kini ia melihat sosok Jerome yang sudah datang. Musuhnya itu sempat menyadari kedatangannya dan hanya menatap Bara sekilas.

Cukup. Bara tidak sanggup untuk menyaksikan acara pernikahan itu. Sebelum Chelsea datang, sebelum acara itu dimulai, ia harus melarikan diri dari sini. Ia harus pergi mencari udara segar, meluapkan segala sesak di hatinya, mencari sesuatu untuk mengobati sakit hatinya.

Bara melajukan mobil sportnya sekencang mungkin. Menerobos jalanan seakan ia tak takut mati. Kedua matanya mulai memerah, rasa sesaknya juga masih ia rasakan meskipun ia sudah keluar jauh dari acara itu.

Rasa sesal seakan menyerangnya. Seandainya dulu ia menuruti kata hatinya untuk datang pada Chelsea, bukan pada wanita lain. Seandainya ia berani mengutarakan seluruh perasaannya kepada Chelsea. Dan seandainya ia tidak sepengecut ini, pasti semuanya akan berbeda.

Bara benar-benar merutuki dirinya yang sangat pengecut dan bodoh itu. Entah, dimana keberanian Bara dulu hingga ia hanya memendam perasaannya pada Chelsea. Dan sampai pada saat ini, saat ia sudah merasa kehilangan sosok Chelsea, ia baru sangat menyesali kebodohannya.

Melewatkan Chelsea begitu saja tanpa tahu rasa sakit yang akan dideritanya karena kehilangan wanita itu.

Pada sore ini, detik ini, Bara baru menyadarinya. Penyesalan menghujamnya tak henti-henti. Namun semuanya sudah terlambat.

Ah, bukan terlambat, ia hanya tidak berani memulai. Lalu membuat alasan terlambat.





***





"Ta-daaaa!!!!"

Chelsea melongo. Jerome mendelik. Sedangkan Kyra tersenyum lebar dengan kedua mata berbinar. Kakak perempuan Jerome itu dengan semangat menunjukkan kamar Jerome yang sudah disulap menjadi kamar yang penuh bunga mawar merah lengkap dengan lilin-lilin kecil di sekitarnya. Membuat kamar itu benar-benar seperti kamar romantis yang siap untuk merayakan malam pertama pengantin baru.

"Oke. Thank me later." Kyra mengedipkan satu matanya kepada sepasang pengantin baru itu yang masih terperangah menatap isi kamar.

"Lo ngapain ngotorin kamar gue sih?" Jerome mulai protes melihat isi kamarnya sendiri. Bahkan lantai kamar juga bertabur kelopak bunga mawar.

"Kotor gimana? Nanti juga lo bakal bersyukur punya kakak sebaik gue. Ya enggak, Chel?" 

Chelsea menoleh pada Kyra, lalu terpaksa membuat senyum untuk melegakan kakak Jerome itu. "I-iya, Kak."

Setelah itu Kyra mulai mundur untuk meninggalkan kamar pengantin baru itu. "Dah, selamat bersenang-senang!"

Bersenang-senang? Nyatanya Jerome dan Chelsea malah merasa sangat canggung akibat suasana romantis yang diciptakan Kyra.

Awalnya Jerome duduk di tepi ranjang setelah melepas tuxedonya. Lalu lelaki itu menatap Chelsea yang masih berdiri di depan pintu seperti orang bingung.

Jerome berdehem memecah suasana canggung yang mengerikan itu.

"Gak mau duduk di deket gue?" Jerome menyeringai lagi, membuat Chelsea bergidik ngeri dan segera berlari menuju kamar mandi.

"Mau ngapain? Lo gak ngajak suami lo ini?"

Chelsea benar-benar merasa kesal pada Jerome. Ditutupnya pintu kamar mandi dengan keras. Wanita itu merasakan ritme detakan jantungnya tak terkendali. Sekilas bayangan kejadian tahun baru yang dilakukannya bersama Jerome mendadak terputar lagi di kepalanya.

Chelsea segera menyalakan keran air di wastafel dan membasuh seluruh wajahnya dengan cepat. Ia mulai mengambil napas panjang, kemudian membuangnya perlahan. Setelah agak tenang, ia menatap sekeliling kamar mandi yang mewah layaknya kamar mandi hotel itu. Saat kedua matanya melihat bathtub di sebelah kirinya, ia menutup matanya sambil menghela napas kasar lagi.

Ternyata tak hanya kamar tidur, bathtub-pun kini terisi kelopak bunga mawar dan juga lilin kecil beraroma peppermint. Gila. Kyra benar-benar menyiapkan semua ini untuknya dan Jerome. Tetapi maaf untuk Kyra, Chelsea benar-benar tidak menyukai ini semua. 

Dengan cepat Chelsea membersihkan badannya. Rangkaian acara hari ini sungguh melelahkan. Dari pagi hingga malam hari rasanya tidak ada waktu untuk beristirahat. Kakinya terasa pegal akibat berdiri menyambut ribuan tamu yang berdatangan untuk memberinya ucapan selamat.

Entah sudah berapa lama ia memanjakan dirinya di dalam kamar mandi, wanita itu kemudian keluar dengan mengenakan bath robes, ㅡkarena tidak mungkin ia keluar hanya dililit handuk biasa.

Sambil mengusapkan handuk kecil ke rambut basahnya, ia melirik Jerome yang kini sedang tiduran di atas ranjang penuh kelopak bunga mawar itu.

Geli.

"Jer." Panggil Chelsea, dan hanya mendapat gumaman Jerome sebagai jawaban. Suaminya itu tengah asik bermain ponsel hingga tak meliriknya sama sekali.

Lagi, Chelsea memanggil Jerome untuk kedua kalinya. Dan akhirnya Jerome menoleh sebentar, lalu melanjutkan fokusnya pada ponselnya.

"Lo mandi sana. Gue mau ganti baju di sini." Chelsea berdiri di samping ranjang, menunggu Jerome bangkit dari kasurnya.

"Lo aja ganti baju di kamar mandi."

Chelsea mendengus kesal mendengar jawaban Jerome. Daripada ia tidak berganti baju lebih baik ia mengalah.

Saat akan mengambil bajunya di dalam koper, Chelsea mengerutkan keningnya. Baju tidur yang sudah ia bawa tiba-tiba menghilang. Dan di dalam kopernya hanyalah ada sebuah lingerie berwarna hitam, dan tentu saja itu bukan miliknya!

Chelsea sontak terperangah kaget. Lalu reflek berteriak panik.

"Jer! Pakaian gue kenapa ilang semua?"

Jerome bangkit begitu mendengar Chelsea yang panik. Tapi lelaki itu juga merasa bingung.

"Mana gue tahu. Buka koper lo aja enggak."

Chelsea terduduk lemas di lantai. Gila, ini sungguh gila. Tidak mungkin jika ia harus memakai lingerie seksi itu. Oh Tuhan, kemana perginya piyama lengan panjang yang sudah ia siapkan?

Semua ini pasti ulah Kyra! Iya, siapa lagi tersangkanya?

"Lingerie? Lo mau pakai itu?"

Jerome ternyata sudah berada di belakang Chelsea seraya tertawa lepas setelah melihat apa isi koper berwarna silver itu.

"Bukan punya gue!" 

"Lo mau godain gue?"

"Udah gue bilang, bukan punya gue!"

Chelsea menutup kopernya dengan keras dan mendorongnya kebelakang. Kemudian, ia berdiri berkacak pinggang di hadapan Jerome.

"Berhenti ketawa! Itu bukan punya gue! Kak Kyra pasti ini!"

"Pakai aja gih."

"Enggak!"

"Terus maksud lo, lo mau tidur tanpa baju?"

"Gila?"

Jerome terkekeh lagi melihat reaksi wajah Chelsea. Kemudian tanpa di duga, ia mengambil sebuah kaos hitam miliknya dan celana panjang di dalam lemari pakaiannya. Kemudian melemparnya ke arah Chelsea. Untung saja Chelsea cepat tanggap dan langsung menangkapnya.

Begitu kaos dan celananya sudah di tangan Chelsea, lelaki itu pergi menuju ke kamar mandi tanpa berkata sepatah katapun.

Sementara Chelsea akhirnya bisa bernapas lega. Meskipun kaos dan celana yang diberikan Jerome terlihat sangat besar, tapi ini sangat menolongnya. Daripada ia harus memakai lingerie seksi berwarna hitam itu. 

Dan benar saja, saat Chelsea sudah memakai pakaian Jerome, tubuh kecilnya terlihat tenggelam. Kaos hitam yang diberikan Jerome malah seperti dress selutut, sedangkan celananya harus ia lipat panjangnya agar tidak menganggunya berjalan.

Lalu kini kedua mata Chelsea fokus pada ranjang besar yang penuh kelopak bunga mawar itu. Tidak mungkin ia dan Jerome tidur satu ranjang lagi. Bayangan malam tahun baru itu membuatnya ngeri. Meskipun kini mereka sudah sah sebagai suami istri, tapi Chelsea harus tetap mengamankan dirinya. Toh pernikahan mereka ini hanya akan bertahan sebentar saja, kan?

Saat Jerome sudah keluar dari kamar mandi, Chelsea telah menguasai ranjang besar itu dengan tidur terlentang di tengah-tengah.

"Lo gak punya kasur cadangan?" Tanya Chelsea membuat Jerome bingung.

"Lo bisa tidur di sofa kalau gitu." Lanjut Chelsea.

"Kata siapa lo boleh tidur di kasur gue?" Jerome mendekat dengan rambutnya yang masih setengah basah. "Minggir lo."

"Enggak." Chelsea tetap mempertahankan dirinya untuk tidur di kasur.

Namun, Chelsea lupa bahwa Jerome tidak pernah mengalah dengannya. Lelaki itu dengan kurang ajarnya ikut merebahkan diri di samping Chelsea. Reflek Chelsea menggelindingkan tubuhnya ke tepi kasur untuk menghindarinya.

"Jer!"

"Gue gak akan ngapa-apain lo."

"Lo kira gue percaya setelah apa yang lo lakuin ke gue di Bali?"

Setelah perkataan Chelsea itu, tiba-tiba suasananya mendadak hening. Memori mereka berdua seakan sama-sama terlempar pada kenangan itu. Sial.

Akhirnya, dengan berat hati, Chelsea menarik tubuhnya untuk turun dari kasur. Sambil membawa sebuah bantal, ia menyeret kakinya untuk melangkah menuju sofa.

Lebih baik ia mengalah daripada kejadian sebulan yang lalu itu terulang kembali. Meskipun kini status mereka berbeda, tapi tetap saja mereka masih seperti orang asing yang baru saja kenal.

"Lo yakin mau tidur di sofa?" Jerome memiringkan badannya melihat Chelsea yang sudah membaringkan tubuhnya di sofa.

"Yakin."

"Oke."

Beberapa saat setelahnya Chelsea menoleh, dan mendapati Jerome dengan tenang tidur di atas kasurnya. Sementara dirinya mau menggerakkan badannya saja takut menggelinding jatuh ke lantai.

Sekarang hanya terdengar dentingan jarum jam di kamar luas itu. Jerome terlihat sudah tertidur pulas, sedangkan Chelsea masih terjaga. Hingga ia mulai menghitung domba untuk membantunya tertidur. Namun beberapa menit berlalu ia tetap tidak bisa terlelap. Entahlah, apa yang membuatnya tidak bisa tidur, antara sofanya yang tidak nyaman, atau pikirannya yang terus melayang ke satu orang yang selama ini terus mengisi pikirannya.

Barata Wardhana.

Entah sudah berapa kali Chelsea menepis bayangannya tentang Bara, tapi ia tidak mampu.

Sekeras apapun Chelsea mencoba melenyapkan perasaannya terhadap Bara, akan selalu saja ia tidak bisa. Terlalu sulit. Meskipun kini ia sudah mendapat gelar sebagai seorang istri dari Jerome Hadinata. Akan tetapi, kenyataannya hanyalah statusnya saja yang berubah, namun perasaannya tetap sama. Bara selalu di sana.

Tapi, Chelsea merasa ia harus menghentikan perasaannya itu. Ia harus bisa menghapus Bara di hatinya, entah bagaimanapun caranya.

Saat domba yang sedaritadi dihitung Chelsea sudah mencapai 97 ekor, Chelsea merasakan tubuhnya menghangat. Seseorang telah menyelimutinya secara diam-diam. Dan tentu Chelsea tahu siapa pelakunya.

Beberapa menit berlalu, Chelsea membuka matanya pelan. Ia melihat Jerome sudah kembali tidur di atas kasur.

Saat Chelsea hampir menutup matanya lagi untuk mencoba tidur, tiba-tiba matanya menangkap sesuatu hal lucu yang membuatnya tak bisa menahan senyumnya.

Dua bantal besar berjejer di bawah sofanya, seakan siap menangkapnya jika ia menggelinding jatuh ke bawah. Dan oh, jangan lupakan selimut tebal yang kini sudah membungkus badan Chelsea.

Jerome Hadinata memang sulit ditebak.






###









"Udah ya gue mau tidur. Gak usah berisik protes Chelsea tidur di sofa. Gue kan juga butuh kenyamanan." ㅡJerome, lelaki tampan yang tidur sendirian di ranjang penuh kelopak bunga mawar di malam pertamanya.












Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

1.1K 90 41
Ini kisah kelanjutan Aurora Kinandra dan Aditya Chandra Bagaskara (Satu Nama Sebuah Cerita). Disini di ceritakan kehidupan Rara dan Adit ketika merek...
21.9K 2.5K 60
Seperti lantunan lagu dalam bahasa lain, Jika terlalu rumit dan sulit Terkadang hidup tidak perlu di mengerti, hanya cukup di nikmati. -SYJ- Sepert...
144K 14.2K 43
[SUDAH TERBIT - SALINEL] WARNING 20+ (Mature Content) Follow dulu sebelum membaca, ada beberapa part diprivate secara acak. Sinopsis: Oh Sehun menyu...
3.3K 632 15
Berbicara soal red flag, kebanyakan orang pasti akan menghindarinya. Apalagi soal "red flag in relationship". Sudah bisa dipastikan banyak orang lebi...