Transformers : Tears of the D...

By VikingVampire

13.8K 1.2K 251

[[ COMPLETED ]] Satu-satunya alasan Alissa tetap hidup adalah untuk balas dendam atas kematian keluarganya ke... More

- DISCLAIMER -
Chapter 1 - Ratchet
Chapter 2 - Junk
Chapter 3 - Run Away
Chapter 4 - Anger
Chapter 5 - Silent Night
Chapter 6 - Home
Chapter 8 - An Open Door
Chapter 9 - Unplanned Plan
Chapter 10 - Fire and Jump
Chapter 11 - Locked and Loaded
Chapter 12 - Don't Let Me Go
Chapter 13 - Payback Time
Chapter 14 - The Oath
Chapter 15 - Saviour
Chapter 16 - Garden of Life
Chapter 17 - Faith
EPILOGUE

Chapter 7 - Two Face, One Eye

751 70 7
By VikingVampire

Ketika jam telah menunjukkan pukul delapan pagi, Optimus membawa Alissa kembali ke persembunyian mereka. Alissa tak mengatakan apapun, namun pikiran dan hatinya lebih tenang ketimbang hari-hari biasanya. Matahari pagi menyinari Alissa yang memandang keluar dari jendela Optimus. Kalung dengan bentuk wolfsangel-nya, berkilau. Tak ada pembicaraan apapun mengenai apa yang terjadi fajar tadi. Baik Optimus maupun Alissa, sama-sama menikmati keheningan secara bersama-sama.

Ketika mereka sampai, Alissa turun terlebih dahulu dan membiarkan Optimus bertransformasi sesudahnya. Ia melihat kearah Drift yang tampak sedang duduk dan mengobrol bersama yang lain. Optimus duduk tak jauh dari Cade, dan Alissa kembali menghampiri Drift. Pandangan Ratchet mengekor pada Alissa, berakhir pada Optimus. Ia belum mengatakan sesuatu, tapi Ratchet memiliki suatu firasat.

"Darimana saja kau?" Drift bertanya, Alissa merasa akan diomeli oleh robot ini. Meskipun sebenarnya tidak.

Alissa berdeham. Ia menjawab, "aku bersama Optimus."

"Dan aku melihat kalian meninggalkan tempat ini dini hari tadi," kata Drift. Ia selalu ingin tahu.

Alissa mendesah. "Aku tidak bisa tidur. Jadi Optimus membawaku keluar untuk mencari udara," jawabnya.

"Hmm.." Drift bergumam, seakan tidak yakin. Ia mungkin menangkap sesuatu yang lain.

"Apa?"

"Tidak ada. Aku hanya bergumam," jawab si Samurai.

Alissa menggeleng, seraya menuangkan isi botol wine mahal yang ia temukan di basement kemarin. Alissa tak berkata bohong sepenuhnya, namun ia merasa bersalah karena tak memberi tahu Drift.

Drift tampak memandangi Alissa saja. Ia tahu ada sesuatu yang aneh, yang mungkin disembunyikan darinya oleh Alissa. Namun Drift adalah bot yang bijak, ia tahu Alissa takkan berbohong padanya. Ia tahu Alissa hanya memerlukan waktu untuk bisa menceritakan semuanya.

Perhatian Alissa dialihkan kepada Tessa yang melintas bersama Shane. Mereka bercengkerama untuk beberapa saat. Namun ketika Tessa dan Alissa bertukar pandangan, Tessa berhenti didepan Alissa. Si gadis bermanik cokelat, Alissa, hanya tersenyum tipis dan mengangguk pada Tessa. Hanya saja, dari gelagat Tessa, Alissa merasa ada sesuatu yang ingin dikatakan.

"Wine?" Ia menawarkan.

Ia menggeleng. Ia melepaskan Shane dari dekapannya, lalu duduk didepan Alissa. Drift dan Ratchet masih disana, begitu pula Crosshair. Cade tampak sedang membicarakan sesuatu bersama Optimus, Alissa tak yakin. Yang jelas pandangan mereka kearah dua gadis ini.

"Aku minta maaf atas apa yang terjadi tempo hari. Aku tak seharusnya berkata demikian," kata Tessa. Alissa bisa melihat rasa bersalah dimata Tessa, mungkin Cade menasihatinya.

Alissa terkekeh sejenak, lalu menyandarkan punggungnya di kursi tua. Ia menyeringai tipis, "itu salahku. Aku sedikit emosional kemarin," ujarnya. Alissa meletakkan wine-nya setelah satu sisip.

"Tidak! Aku yang mengungkit trigger-mu."

Alissa terkekeh sejenak, disertai anggukan. "Aku terjebak di masalalu ku. Jadi sedikit sulit untuk tidak terpancing," jawab Alissa tenang. Ia menyatukan kedua tangannya sembari kedua siku bertopang pada lutut. Ia menyorot tajam pada Tessa, Shane kemudian pada Cade.

"Itu takkan terulang lagi."

"Jadi...Kita berdamai sekarang?" Shane menyela.

Alissa mengangguk. "Ya, kita adalah tim," kata Alissa dengan tenang.

Sementara itu, Drift semakin mencurigai perubahan perilaku Alissa. Bukan ia tak senang, namun itu sama sekali bukan Alissa. Sebelumnya Alissa hampir tak pernah tersenyum, bahkan tidak pula tertawa. Namun pagi ini, ia lebih tenang. Otot-ototnya lebih relaks dari biasanya, dan aura gelap yang menyelimuti tubuhnya seakan menghilang. Lalu apa sakrasme Alissa akan hilang juga?

Well, Drift bertaruh jika Al akan tetap sarkastik.

Drift bertanya-tanya, apa yang telah dilakukan Optimus pada Alissa hingga gadis itu bisa berubah. Terlebih sejak malam di gurun, Alissa menghabiskan waktunya bersama Optimus saat malam. Dan beberapa kali ia curi-curi pandang dan sengaja duduk bersebelahan. Saat perjalanan pun Alissa bersama Optimus. Ia bisa memahami saat perjalanan, karena Shane dan Tessa tampak betah didalam Drift.

"Autobots!"

Suara bot paling tinggi memenuhi atmosfir gedung tersebut. Baik Alissa maupun Hound yang tengah membersihkan senjatanya, mengalihkan perhatiannya kepada Optimus. Ia duduk ditengah-tengah, dengan Cade disampingnya. Alissa berjalan mendekat, bersandar disebuah piano rusak dengan segelas wine.

"Banyak musuh mengintai dibelakang kita. Jadi kita mempunyai aturan baru," kata Optimus. Optiknya memindah setiap kepala didalam gedung tersebut. "Setiap langkah yang kita ambil, harus dipertimbangkan resiko-nya," ujar Prime.

"Bahkan polisi dan militer juga bukan teman kita," kata Cade. Ia menyela. "Jadi kita akan berbagi tugas," kata Cade.

Alissa tahu ini akan menjadi pembicaraan yang penting. Jadi ia duduk, dan mulai memasang telinga baik-baik dan menyiapkan segala sesuatu yang bisa ia siapkan. Terutama dalam hal persenjataan.

"Kalian," ia menunjuk Tessa dan Shane. "Kalian curi makanan dan barang penting. Jangan yang lain," tambah Cade. Ia menarik nafas. "Aku dan Optimus akan mengawasi KSI, dan mencari celah untuk masuk ke tempat rahasia mereka."

"Observasi selalu diperlu--"

Alissa mengangkat, menghentikan omongan Ratchet. Dahinya berkerut, dan tidak menunjukkan kesepakatan. Bahkan wajahnya masam. Sesuatu yang salah dari diskusi ini mengganggu pikirannya.

Ia menurunkan tangannya. "KSI, seperti benteng. Dan setiap benteng selalu mempunyai pertahanan keamanan yang ketat," ia terhenti. Matanya menyebar, lalu menatap Cade. "Lalu, kau bersama Optimus mengintai markas KSI; yang secara harafiah truk biru besar dengan mencolok, buronan utama KSI.. Apa kau sudah gila?! Kalian sama saja dengan bunuh diri!"

"Kita harus melakukan ini."

"Ya, benar. Lalu jika kau mati, siapa yang akan menyelamatkan mereka?!"

Alissa menggebrak gelas wine-nya. Ia bersandar di kursi, dengan rasa takut didalam dirinya saat membayangkan Optimus menjadi buronan mereka. Kemudian paranoia yang menghantui pikirannya, mengenai Optimus, bahkan Drift menjadi buronan mereka. Alissa tak bisa menahan diri untuk tidak marah saat semua itu melayang didalam pikirannya.

"Wow, Prime. Sepertinya kau punya penggemar," Crosshairs bersuara dengan nada bercanda. Alissa mengerang tak suka.

Sementara itu, Optimus hanya diam dan mengabaikan semuanya, termasuk celotehan si hijau. Ia melepaskan nafas panjang, hingga mulutnya mengeluarkan uap.

"Dia benar, big-guy," Shane berkata sembari menyeringai lebar. "Ku pikir dia memang menyukaimu. Kalian harus bicara. Itu yang ku lakukan pada Tessa dulu. Aku bicara padanya, dan dia sekarang milikku," Shane bercerita dengan penuh kebanggaan.

"Hey hey! Dia bukan milik siapapun!" Cade menyela marah pada Shane. Ia otomatis memisahkan Shane yang sedang merangkul anaknya.

"Manusia benar-benar penuh drama," Hound berkomentar.

"Seperti sedang menonton film," sahut Drift.

Optimus tak mengatakan apapun, namun perkataan receh dari Ratchet serta Shane membuatnya berpikir. Ia tak pernah melihat seseorang begitu mengkhawatirkan dirinya sejak Elita-1. Ia adalah mantan kekasih Optimus ketika masih di SMA, saat masih menjadi Orion Pax-- sebelum dirinya diangkat menjadi Optimus Prime. Bagi Optimus, Elita-1 sudah mati bersama pengkhianatannya kepada Autobot dan berpihak pada Decepticon.

Dan sekarang, perasaan itu datang lagi padanya. Perasaan peduli yang lebih dari kadar pertemanan muncul didalam spark Optimus. Kini ia tak tahu harus berkata apa, tak tahu pula harus berbuat apa. Alissa secara tak langsung telah mengatakan jika ia percaya pada Optimus dengan menunjukkan kelemahannya. Optimus sendiri pun bisa menilai sendiri bagaimana sikap dan perlakuan Alissa padanya, berbeda.

"Kau tidak seperti biasanya," kata Drift tiba-tiba kepada Alissa. Suaranya pelan. Bumblebee menguping dan Drift tak peduli.

"Benarkah?" Timpalnya, "apa aku punya telinga seperti kelinci sekarang?" Ia membalas dengan nada sarcastic.

"Aku tak pernah melihatmu seperti itu sebelumnya," kata Drift.

"Apa aku tak boleh mengkhawatirkan seseorang?" Nadanya tajam, ia melirik Optimus.

Merasa ada yang memperhatikannya, Optimus membuat sikapnya. Ia menoleh pada Alissa dan memberikan perhatiannya. Ia mendengarkan perbincangannya dengan Drift.

"Tidak ada yang salah. Hanya aku berpikir itu adalah keputusan bijak," kata Drift, ia mencoba menenangkan.

Bagus. Sekarang Alissa merasa seperti anak kecil yang sedang ingin di rujuk. Ia benar-benar merasa menjadi beban dengan keputusan tak setuju jika Optimus yang akan meninjau lapangan secara langsung.

"Itu harus dilakukan," kata Optimus dengan suara yang rendah. Optiknya menatap Alissa lalu menyebar keseluruh tim penuh keyakinan. "Aku harus melihat situasi secara langsung untuk menghindari resiko pada misi selanjutnya."

Alissa menggelengkan kepala. "Aku tahu. Aku hanya...hanya saja..." ia membuang pandangannya dari Optimus. Crosshairs melempar pandangan dengan Ratchet, mengatakan pesan rahasia diantara mereka.

Sementara Optimus, masih menunggu dengan sabar.

"...terakhir kali seseorang yang ku pedulikan pergi untuk melihat situasi, ia tak pernah kembali," sambungnya. Alissa melihat kearah langit pagi, hatinya memanggil nama seseorang.

"Apa yang terjadi?" Cade menyela. Pandangan Alissa tertuju pada ayah dengan anak tunggal ini.

Ia menarik nafas panjang, lalu menundukkan pandangannya. Ia melihat sepatu boot yang ia kenakan sudah di penuhi debu.

"Saat hari itu, ibuku pergi untuk memastikan Cemetery Wind telah pergi. Ia kembali, namun ia tak pernah kembali," jelasnya.

Alissa berjalan menjauh dan menatap keluar. Ia berharap keluarganya sedang melihat perjuangannya yang begitu kokoh merebutkan hidupnya kembali. "Jika aku bisa menukar hidupku agar keluargaku kembali, aku bersedia."

"Mereka pasti bangga padamu," kata Cade.

"Reminisce won't bring them back," Crosshairs bersuara. Cukup menyakitkan untuk didengar. Bahkan Hound sampai memukul pundak Crosshairs. "Apa?!" Si bot hijau mencolok tidak terima.

"Tidak--" Alissa membalikkan badan. "Crosshairs benar. Berharap yang terbaik akan sesuatu tak berarti apapun jika kita tidak melakukan apa-apa. Kita harus melakukan sesuatu," tambahnya. Ia menatap Optimus. Alissa berjalan menghampiri Optimus. Ia berkata, "Tolong jangan lakukan ini sendiri, Optimus."

Ia memberikan senyum terbaiknya kepada Alissa. "Aku berjanji untuk berhati-hati," katanya dengan tenang. Optiknya bersinar teduh. "Kau tetaplah disini. Bantu Bumblebee untuk menjabarkan denah yang akan kami pindai," ujarnya lagi.

"Aku mengerti," jawabnya. Ia akhirnya mengalah.

"Aku akan kembali," potong Optimus. Suaranya mantap.

"Berjanjilah untuk kembali sebelum malam. Kalian berdua," pinta Alissa, termasuk kepada Cade. "Tanpa luka," tambahnya.

"Jangan khawatir. Aku akan memastikan kita berdua bisa kembali dengan selamat," sanggah Cade.

Optimus tersenyum tenang, pelat wajahnya begitu damai. Ia mengangguk setuju dengan ucapan Cade. "Aku akan kembali tanpa goresan," tuturnya.

"Kau janji?"

"I promise," katanya.

*****

Hentakan servo Drift dapat didengar oleh Alissa. Ia hanya duduk di kursi belakang gudang dengan botol wine yang sudah terbuka. Tampaknya ia membuka satu botol yang lain. Kini ditambah ia berpura-pura menata laptopnya yang terhubung dengan drone yang dibawa Cade. Kepalanya bersandar di dinding. Ia menoleh ketika merasakan hangat logam dari Drift menerpa kulitnya. Ia tak mengucap sepatah kata, dan membiarkan Drift duduk.

"Disini kau rupanya," Alissa belum menjawab, ia hanya menyisip gelasnya. "Crosshairs dan Shane berpikir jika kau menyukai sensei. Apa itu benar?"

Alissa tersedak anggurnya. Ia kini merasa benar-benar tertangkap basah disertai salah tingkah. Drift menahan senyumnya saat Alissa tersedak, karena baginya itu seperti sebuah jawaban yang terlalu jelas. Ia hanya membantu Alissa dengan menyentuh punggungnya. Drift mencoba untuk tidak tertawa.

Alissa menarik nafas. Tersedak wine itu menyakitkan, kini dadanya terasa nyeri. Ia mengusap air mata yang keluar dari matanya.

"Dan kau setuju dengan mereka?"

"Pada beberapa hal, ya."

"Seperti?"

Drift bergumam, membuat gesture pura-pura berpikir. "Kau selalu bersama sensei sejak kita disini," katanya.

Alissa terkekeh. "Kenapa, kau cemburu?"

"Kau hanya bersikap lebih terbuka," tambahnya.

"Dan kau diam-diam memandangi Tessa," bantah Alissa.

Drift membuka mulutnya, kaget. Dua detik setelahnya Alissa tertawa. Drift telah tertangkap basah. "Aku...."

"Sudahlah, Drift. Kita sama-sama bermasalah," timpalnya.

Bukannya merundung, Drift malah tersenyum tipis. Ia menggeleng kurang setuju. "Aku tidak melihat itu sebagai masalah. Aku melihatnya sebagai sesuatu yang baru," tandas si samurai.

"Begitu?"

"Waktu tidak punya toleransi, Al. Jika ada sesuatu yang berarti untukmu, maka kau harus menjaganya sebelum waktu mengambilnya. Bahkan ketika sekarang kau tengah jatuh cinta pada sensei..."

Jatuh cinta...

Kata-kata itu berhasil menohok leher Alissa. Meninggalkan perasaan aneh seperti ribuan kupu-kupu yang berterbangan. Hatinya bergetar hebat, tanpa sadar wajahnya menjadi merah.

"...kau harus memperjuangkannya," sambung Drift.

"Seperti kau dengan Tessa, maksudmu?" Alissa berkata sarkastik lagi. Ia tahu Drift belum membuat sikap tentang dirinya dan Tessa.

"Belum, tapi secepatnya."

Alissa mengangguk. Ia diam selama beberapa menit. "Tapi Tessa sudah memiliki kekasih, Drift," tandas Alissa. Mengingatkan jika Shane masih pacar Tessa.

Drift mendesah. "Tidak perlu mengingatkanku. Kasusku berbeda denganmu," sanggah si biru.

"Apa yang berbeda?"

"Kau tidak memiliki kekasih. Kau hanya memilikiku," tandas Drift lagi. Ia sedikit mengangkat kepalanya, menepuk crest-nya pelan.

Alissa terkekeh, lalu meneguk minumannya lagi. "Aku tidak ingin terikat dengan apapun, Drift. Emosi dan perasaan hanya menimbulkan masalah untukku," kata Alissa. Ada nada getir saat mengatakan itu.

"Benar. Tapi mungkin kau hanya harus berbicara dengan sensei. Itu lebih baik daripada menerka-nerka tanpa kepastian," balas Drift tenang. Ia memberikan senyuman tipis.

Alissa hanya menyeringai tipis. Ia menatap botol wine-nya yang sudah setengah kosong. Matanya berpindah pada laptopnya yang menyala, menunjukkan situasi terkini di KSI. Dentuman servo Ratchet dan Bumblebee terdengar di telinga Alissa seraya mereka duduk tak jauh dari Drift.

"Ada perkembangan?" Ratchet bertanya. "Chip suara Bumblebee benar-benar tak bisa diperbaiki," keluhnya. Alissa menduga, sepertinya Ratchet baru saja mencoba untuk memperbaiki Bumblebee.

Alissa menggeleng. "Sejauh ini belum. Mereka hanya melihat dari garda depan. KSI seperti benteng," kata Alissa, menyimpulkan hasil pengawasannya didepan komputer.

Ratchet memincingkan pandangannya, seakan ia mencoba untuk zoom-in lebih dekat. Ia menggumamkan sesuatu, namun Alissa tak dapat mendengarnya dengan jelas. Tiga detik kemudian, ia melihat ada ledakan dibalik benteng KSI. Lokasinya cukup jauh dari Optimus dan Cade, namun dari suaranya terdengar seperti mortar besar.

"What the fuck?!" Alissa mengumpat.

"Kau lihat itu?" Cade bersuara, melalui Commlink Optimus.

"Optimus, apa yang terjadi disana?" Ratchet menghubungi melalui Commlink. "Apa itu Decepticon?"

"Kami tidak tahu. Tapi apapun itu, bukan hal yang baik."

"Kalian menemukan jalan masuk ke sana?" Alissa kembali bertanya.

"Ya," kali ini Cade menjawab. "Dua kali sehari. Tiap pukul sembilan, dan pukul empat sore garda depan otomatis terbuka. Setiap orang yang keluar dan masuk memiliki identitas, kami masih belum bisa mendapatkan ID Card untuk masuk," kata Cade.

"Tidak perlu repot-repot. Gunakan drone-mu untuk memindai satu identitas karyawan. Dan biarkan Bumblebee yang menyelesaikan sisanya," Drift berkomentar.

"That's right, baby," kata Bumblebee melalui radio.

"Oh, tentu," kata Cade.

Sekarang, ia duduk didekat Optimus dibalik semak-semak yang jaraknya sekitar beberapa puluh meter dari garda depan KSI. Ia menerbangkan drone-nya melalui kendali jarak jauh. Ia mencari target seseorang dengan identitas elektronik, lalu memindai barcode-nya untuk di duplikat.

"You got it, Bee?" Tanya Alissa

Bumblebee mengangguk. Ratchet menyela, "sebaiknya kalian cepat kembali sebelum ada yang melihat kalian."

"Ratchet, kumpulkan semua tim. Kita mempunyai rencana besar untuk besok," jelas Optimus.

"Copy tha--" kata Ratchet, terpotong. "--Prime, ada yang mengikuti!" Ucapan Ratchet membuat perhatian seluruh tim tertuju padanya.

"What?" Cade mengernyitkan wajahnya. "Siapa, Cemetery Wind?"

Ratchet sedikit menganga, memperjelas pandangannya pada radar. "Hmm, dia bergerak dibawah kalian--" Ratchet bergumam, sembari mengusap dagunya. "--Itu....Shockwave dan Driller-bot!" Sentak Ratchet spontan.

"What the hell?" Bumblebee bersuara.

"Tidak mungkin!" Ratchet menambahkan.

"Apa yang terjadi?" Alissa tak paham, dan tak tahu siapa itu Shockwave ataupun Driller-bot. "Mereka Autobot, kan?"

"My dear, Shockwave adalah Decepticon yang paling harus kau hindari setelah Megatron."

"Kita harus cepat," sambung Drift. Alissa mengangguk setuju sembari mengokang sebuah shotgun kaliber tinggi.

Optimus menggerakkan truknya secara zig-zag. Mereka telah jauh dari jangkauan KSI maupun Cemetery Wind, namun serangan tiba-tiba oleh Shockwave membuat spark-nya serasa berhenti bersinar. Ia tak tahu dibagian mana Driller bergerak dibawahnya, dan bisa menyerang sewaktu-waktu.

"Siapa Shockwave?" Cade bertanya sembari berpegangan pada Optimus. Ia sedikit mual.

"Dia adalah Ilmuwan gila Decepticon. Cyclops raksasa dengan robot pengebor sebagai piarannya," jelas Optimus.

"You can kill him, rig--WHOA!!!"

Sebuah robot dengan bentuk seperti lintah raksasa dengan warna silver mengkilat, mencuat dari tanah. Optimus memutar kemudinya hingga 90 derajat sampai bumpernya menukik tajam hampir menyentuk roda belakangnya. Serangan driller begitu tiba-tiba, bahkan tidak terprediksi oleh bot biru ini.

Optimus menggulingkan dirinya, lalu melemparkan Cade keluar. Ia berguling hingga pakaian serta wajahnya dipenuhi oleh debu. Sementara Optimus langsung menarik pedang energon yang bersinar. Ia menghunuskan pedangnya hingga mengoyak beberapa bagian dari Drillerbot. Namun sayangnya, bagian lain dari Driller-bot menghantam Optimus sampai ia terlempar beberapa puluh meter.

"OPTIMUS!!" Cade berteriak.

"Ratchet, we need backup!!" Ia bersuara melalui commlink. Optimus tahu dirinya tak bisa menghabisi Driller-bot dan Shockwave secara bersamaan.

"Bantuan sedang dalam perjalanan. Bertahanlah, Optimus!"

*********

Optimus dan Cade masih dalam pertempurannya dengan Driller-bot dan Shockwave. Alissa tampak didalam mobil Drift, sedang membongkar senjatanya untuk dibersihkan sembari menunggu. Ia menggunakan kain bekas untuk membersihkan selongsong laras. Tak mempedulikan keringat yang mengucur dibalik jaket nya, Alissa memainkan senjata itu dengan sigap. Giginya menggigit kawat, rambutnya terikat keatas.

Ia tak tahu seberapa mengerikan Driller-bot dan Shockwave, tapi ia harus bersiap.

Drift melaju dengan kencang diikuti oleh Hound dan Bumblebee. Crosshairs masih dalam misi yang lain bersama Shane dan Tessa--menyiapkan kebutuhan. Sementara Ratchet menjaga tempat persembunyian, untuk berjaga-jaga jika Crosshairs dan yang lain kembali. Alissa memandang mereka melalui spion, mereka tampak melaju kencang. Ia mengambil perlengkapan berupa senjata, bom asap dan beberapa granat. Ia menyusun kembali peluru-peluru kedalam magazine. Satu riffle dan satu shotgun yang ia ambil dari penjaga hutan malam itu.

Alissa menjatuhkan kawat yang ia gigit ketika melihat sebuah robot seperti cacing raksasa mencoba untuk melilit Optimus seperti python kelaparan. Yang lebih mengagumkan lagi, Driller-bot bergerak dengan sistematis dan terstruktur seakan-akan ada yang mengendalikan.

"Oh Tuhan..." Mata Alissa terpaku akan kekaguman. Termasuk ketika Optimus berguling dan menangkis Driller-bot. Shockwave tampak belum menunjukkan dirinya.

"Hei! Disini!!" Ia melihat Cade bersembunyi dibalik kendaraan tua.

"Drift, itu Cade!" Alissa menginformasikan.

"Al, bawa Cade menjauh pertarungan," kata Drift sebagai perintah. "Bawa ke tempat aman. Aku akan membantu sensei," seru Drift.

"Aku mengerti," kata Alissa , tak membantah.

Sementara itu Optimus bergulat dengan Driller-bot, ia terlilit dan tak mampu untuk melepaskan dirinya. Sampai akhirnya Drift datang dan memberikan ayunan katana yang mampu memenggal kepala Driller-bot. Optimus terlepas, meskipun harus mengalami sedikit bagian tubuh yang terluka.

"Sensei, are you hurt?"

"I'm fine," jawabnya. Ia berdiri, "Shockwave pasti disekitar sini," sahutnya.

"Don't worry, Hound dan Bumblebee disini," katanya. Setidaknya dengan harapan Optimus bisa bernafas agak lega.

Seraya Optimus berdiri di belakang Drift, Bumblebee datang dengan memberikan tembakan misil kepada Driller-bot, dibantu Hound dengan meriam peledaknya. Shockwave tak kunjung muncul. Optimus tampak mengobservasi sekitarnya, memperhatikan gerakan dan getaran tanah dengan sensornya.

Butuh beberapa saat bagi Optimus untuk bisa menangkap gerakan tak wajar yang gesit itu. Sebuah gundukan tanah yang bergerak seperti ombak yang menggulung, namun lebih tenang. Disini, Optimus menangkap sesuatu.

"Hound, tembak. Dibawahmu," seru Optimus.

"Workin' on it, boss." Ia mengokang peledaknya, lalu menarik pelatuk shotgun raksasa itu tepat dibawah kakinya.

BOOOMM!!!

"ARGH!!" Suara teriakan terdengar, Optimus menyeringai tipis.

Dalam hitungan detik, tak jauh dari Alissa dan Cade yang bersembunyi, sesosok robot raksasa--lebih besar dari Optimus, muncul dari dalam tanah. Alissa dan Cade tiarap agar tak terkena lontaran batuan dan butiran pasir yang panas. Sosok itu muncul dengan teriakan kesakitan, kepalanya hampur terbelah dan tangan kanannya buntung. Alissa dan Cade menganga tatkala melihat sosok itu.

Ia mengerang kesakitan, seakan tembakan Hound mengenai dirinya. Seketika itu, Driller-bot seakan membuat formasi untuk melindungi sang tuan. Drift menangkat katanana lebih tinggi, dan Optimus melangkag maju dalam ketidak percayaan.

"Shockwave."

"Halo, Prime," sapanya dengan suara yang mengerikan. "Saatnya balas dendam," sambungnya.

Optimus masih dilingkari rasa tak percaya, menodongkan pedangnya. "Aku sudah memenggal kepalamu saat pertempuran tapi kau selamat. How?"

"Kau memang memotong servo dan mencoba memenggal kepalaku, tapi kau tidak menghancurkan processor-ku, Prime. Kau lupa aku bisa self-repair?"

Optimus mengernyit tidak senang. Ia sama sekali tak tahu jika Shockwave bisa berlaku demikian. "Apa maumu?" Ia menantang.

"Balas dendam atas kematian saudara-saudaraku," kata Shockwave.

Driller masih bergerak mengelilingi Shockwave, waspada akan gerakan mendadak dari Autobot. Baik Hound maupun Bumblebee menjaga kontak agar tidak membuat serangan mendadak. Mereka tahu jika Driller-bot sangat berbahaya dan kuat. Gerakannya bisa tak terduga dan muncul darimana saja.

"Kau dan manusia-manusia itu membuat perjanjian dengan Lockdown lalu memburu kami. Rendahan sekali caramu, Prime," kecam Shockwave.

"Tunggu sebentar," Hound menyanggah, "Kami tidak sebar-bar itu!"

"Hound benar. Kami tidak membuat perjanjian apapun dengan mereka," Drift membenarkan.

"Ah," decaknya. "Deadlock yang hebat. Lihatlah dirimu sekarang...begitu lemah dan menjadi suruhan Autobot," katanya.

"Katakan itu sekali lagi, katana ini akan mengoyak spark-mu," kata Drift berbahaya. Alissa melihat amarah yang tak pernah dilihatnya dari Drift.

"Deadlock, Deadlock. Kau masih sama naifnya," timpak Shockwave lagi. Ia tertawa.

Drift mencoba berlari dang memberi serangan pada Shockwave. Pedangnya sudah berada didepan, mengacung tepat di spark Shockwave. Servo Optimus menghentikannya. Drift merendahkan pedangnya dan melangkah mundur. Optimus tahu jika ini bukan saatnya untuk saling memprovokasi.

"Sepertinya kita menghadapi musuh yang sama," tambahnya. Ia memandang kearah markas KSI. "Kita semua adalah target," katanya, ditujukan untuk Autobot dan Decepticon secara umum.

Logika Shockwave seakan tak bekerja. Kerusakan beberapa bagian prosesornya memperlambat kinerja dan proses berpikirnya. "Itu berarti mereka juga memburu kalian?" Ia mengorbankan harga dirinya dengan pertanyaan itu.

"Setiap harinya," kata Drift. Ia masih menahan diri untuk tidak mengoyak Shockwave

"Aku punya pikiran jika kalian-lah yang menjembatani Lockdown dan manusia-manusia itu," sanggah Hound.

"Aku lebih baik mati daripada bekerja sama dengan pemerintah kalian," tandasnya. Lirikannya tajam pada Alissa dan Cade, lalu tertawa.

Mereka terlalu asyik berdebat, bahkan sampai tak menyadari ada jajaran mobil SUV hitam sedang dalam perjalanan. Alissa adalah yang pertama kali melihat mobil dengan pelat Cemetery Wind tersebut. Kemudian Cade ikut melihatnya, ada banyak rombongan mobil polisi dibelakang.

"Eh...guys..." Alissa menganggu pembicaraan para robot. "Ada yang datang," katanya.

Optimus dan yang lainnya termasuk Shockwave melihat puluhn mobil yang datang. Diantaranya terdapat javelin dan RPG di kapnya. Optik Optimus mengecil, terlihat marah.

"Sir, kita tidak bisa pergi tanpa perlawanan," kata Hound.

"Optimus, kapal Lockdown tak jauh dari lokasi kalian." Kali ini adalah Ratchet yang berbicara.

Shockwave sedikit gusar, mengingat ia mungkin takkan bisa lari jauh dengan keadaan kekurangan energon seperti ini. Meski Driller bisa membantunya kabur, namun ia tak yakin bisa melawan orang-orang itu dengan keterbatasan energon dan luka yang parah itu. Belum lagi pada Lockdown yang terkenal sebagai petarung unggul. Maka ia menurunkan penjagaan pada dirinya. Sebuah ide terbesit dalam pikiran Shockwave. Ia bisa menggunakan ini sebagai win-win solution.

"Mari kita buat kesepakatan," katanya.

"What?" Hound dan Drift bersamaan. Bumblebee menggeleng.

"What deal?" Optimus ingin tahu.

"Aku bisa merasakan Lockdown berada disekitar sini, dai ia membawa pasukannya sendiri. Ia bisa menghabisi kita sekali sergapan, belum lagi kutu-kutu menjijikkan itu," ucapnya. Ia membuat prolog semenarik mungkin.

"Apa point mu?" Optimus berkata.

"Kita menghadapi musuh yang sama, kan?" Katanya. "Mari kita berkoalisi untuk mengakhiri permainan gila ini. Kita bisa balas dendam akan kematian saudara-saudara kita, Prime. Dan kita juga harus mencari tahu alasan kenapa kita diburu," tawarnya. "Jika kau menerima, aku bisa membuat kita pergi tanpa pertarungan, lalu kita bisa menyusun strategi."

"Jika menolak?" Tanya Optimus.

"Well, 95% kita akan tertangkap."

Optimus berpikir, didalam kepalanya Ratchet mencoba memperingatkan agar tak percaya kepada Shockwave. Sementara pertimbangan lainnya adalah jika ia bertarung sekarang dengan Lockdown dan pasukannya, akan ada korban lagi. Bahkan Drift tak setuju.

"Bagaimana, Optimus?" Tagih Shockwave.

Optimus mengatupkan kedua pelat bibirnya. Ia menghebuskan nafas dengan uap air yang keluar. Wajahnya dipenuhi kemarahan, tatapannya kepada Alissa. Gadis itu hanya diam, menelan ludahnya sendiri. Ia tak tahu apa yang ada dipikiran Optimus.

Dengan satu pandangan mantap, Optimus mendongak. Ia menatap Shockwave dengan tajam, penuh keyakinan. Apapun yang diambilnya, Optimus tahu apa yang harus dilakukan.

Continue Reading

You'll Also Like

212K 22.8K 43
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
48.1K 3.8K 14
*semua karakter milik JK rowling (kecuali Manora Enchantress dan keluarga) -penambahan karakter -pengubahan dan penambahan alur cerita End (20 Maret...
160K 11.9K 86
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
248K 2K 3
Apakah kalian percaya dengan keberadaan Vampire ? Bahkan makhluk Immortal lainnya ? Bukankah mereka hanya legenda saja ?. Seorang Gadis yang ditakdi...