Perfect Strangers (✔)

By adoravble

140K 14.9K 3.1K

Jerome dan Chelsea, dua orang yang harus terjebak di dalam ikatan pernikahan dengan rasa keterpaksaan. Setela... More

00. Prolog
01. First Day in Bali
02. Second Day
03. The Night
04. Everything Begins Here
05. Not A Dream
06. Croissant
07. Surprise
08. Decision
09. Birthday Gift
10. She's Back
12. Someone You Loved
13. Lost Control
14. The Wedding
15. Loser
16. Something Different
17. Change Up
18. Cravings
19. One More Chance
20. Lay Your Head On My Shoulder
21. Sick
22. Please, Listen To Me
23. Too Afraid To Love You
24. Stay With Me
25. Hypnotized
26. A Day Full Of Happiness
27. Obsession
28. Welcome To The World
29. Protect You
30. Perfect Strangers
31. Epilog

11. Trust Me

3.2K 435 116
By adoravble

"Gue ada di balik pintu, kalau lo kenapa-kenapa langsung teriak aja. Gue dobrak pintunya!" Bunga menahan lengan Chelsea, "Jadi gak usah takut ngadepin singa betina itu. Oke?"

Chelsea memutar bolanya malas, kenapa ia harus takut? Untuk melegakan sahabatnya itu, kepalanya mengangguk sebelum memasuki ruang pribadinya di toko.

Vivian sudah menunggunya di sana. Ketika Chelsea membuka pintu, wanita itu masih duduk dengan anggun di sofa miliknya.

Secangkir teh sudah Chelsea letakkan di atas meja beserta kue kering untuk menjamu wanita yang terlihat sadis itu. Kemudian alih-alih duduk di sebelah Vivian, Chelsea menarik sebuah kursi untuk didudukinya. Ia harus menjaga jarak dengan Vivian, siapa tahu wanita itu mencakarnya secara tiba-tiba. Melihat kuku Vivian yang panjang seperti kuku Cheetah membuat Chelsea berpikir yang tidak-tidak.

Bukannya takut. Hanya saja ia harus jaga diri jika ada serangan mendadak. Ingat, Chelsea sekarang tengah berbadan dua.

"Lo pasti tahu alesan kenapa gue datengin lo ke sini."

Chelsea mengangguk. Sudah pasti alesannya karena Jerome.

"Nah, gue minta lo batalin pernikahan lo dengan pacar gue. Sesama wanita, seharusnya lo ngertilah gimana perasaan lo kalau cowoknya tiba-tiba nikah sama wanita lain."

Chelsea merenung agak lama. Seingatnya Jerome tidak pernah bilang jika mempunyai seorang pacar. Chelsea ingat sekali pembicaraannya dengan Jerome via telepon saat sebelum dirinya dan Pramana datang ke rumah besar Hadinata. Jelas-jelas Jerome bilang bahwa ia tidak mempunyai seorang pacar.

"Lo denger gue enggak?" Vivian mengubah posisi duduknya lalu mengibaskan rambut panjangnya kebelakang.

"Denger."

"Jawab dong, kok malah bengong."

Kening Chelsea berkerut. Lama-lama ia semakin tidak menyukai wanita itu. Meskipun parasnya cantik, tapi nilai kesopanannya nol.

"Lo bisa bilang ke Jerome sendiri untuk batalin pernikahannya."

Vivian mendecak sebal setelah mendengar jawaban Chelsea. "Kalau elo yang bilang ingin batalin, Jerome pasti juga setuju."

"Sayangnya gue gak akan batalin pernikahan ini."

Hening beberapa detik. Vivian terperangah menatap Chelsea.

"Silahkan lo bilang ke Jerome sendiri untuk batalin. Itupun kalau lo berhasil."

Vivian mendelik. Kemudian terlihat tersenyum sinis ke arah Chelsea. "Lo kira gue gak tahu kalau kalian gak saling cinta? Lo pikir bisa menang dari gue setelah Jerome jadi suami lo?"

"Urusan cinta atau gak itu urusan gue sama Jerome. Yang jelas orang yang lo sebut 'pacar' lo itu udah milih gue buat jadi istri sah-nya."

Chelsea tak takut atau pun gentar. Meskipun kini Vivian sudah menatapnya dengan tatapan seperti ingin menerkamnya hidup-hidup. Persetan jika seandainya benar bahwa Vivian adalah pacar Jerome, yang jelas Jerome akan menikahinya dan bertanggung jawab atas bayinya. 

"Gue kira lo bisa gue ajak bicara halus, tapi ternyata enggak." Vivian berdiri sambil membenarkan rok ketatnya, " Gue pastiin lo bakal nyesel setelah ini. Gue gak akan tinggal diam."

Tatapan Chelsea tetap datar meskipun Vivian telah mengancamnya. Tidak peduli apa yang akan dilakukan oleh Vivian besok kepadanya.

"Inget ya meskipun lo berhasil nikah sama Jerome. Hati Jerome gak akan pernah jadi milik lo! Dan lo, gak akan pernah bahagia sama dia!"

Terserah. Chelsea sudah muak melihat Vivian di ruangannya. Ia juga tidak berharap memiliki hati Jerome, dan dari awal juga ia sudah merasa tidak bahagia. Lalu kenapa ia harus repot-repot memedulikan ucapan Vivian itu? Tidak penting.

Chelsea cukup sadar bahwa tidak ada yang bisa diharapkan dari pernikahannya dengan Jerome. Tidak ada cinta, tidak ada kebahagiaan, karena semuanya murni rasa keterpaksaan.

Triing!

Bunyi dari ponsel Chelsea cukup membuatnya tersentak. Segera ia merogoh ponselnya yang tersimpan di dalam saku celana jeans yang ia kenakan.

"Halo, Kak Kyra."

"Hey, aku udah di depan toko kamu."

Dahi Chelsea berkerut bingung atas kedatangan Kyra yang mendadak. Lalu detik berikutnya ia menepuk dahinya sendiri karena teringat akan janjinya dengan Kyra.

Ah iya, mereka ada janji datang ke designer untuk memilih gaun pernikahan. Gara-gara si wanita ular itu, Chelsea sampai tidak ingat. Setelah menutup teleponnya, Chelsea bergegas turun untuk menemui Kyra. Dan ternyata, kakak Jerome itu sudah disambut oleh Bunga di bawah.

"Lo masih utang cerita ke gue tentang tadi. Sekarang sana coba gaun pernikahan mahal lo." bisik Bunga, kemudian mendorong tubuh Chelsea untuk mengikuti Kyra yang sudah keluar dari toko.

Kyra memang sangat antusias dengan pernikahan Chelsea dan Jerome. Berkat jasa kakak Jerome itulah, Chelsea tidak perlu repot-repot untuk mengurus semua keperluan pernikahannya. Mulai dari mencari WO, gaun pernikahan, ataupun cincin pernikahan. Ia hanya perlu mencoba, dan memilih sesuatu yang Kyra dan Tamara persiapkan. Dua minggu memang waktu yang sangat singkat untuk mempersiapkan semuanya, maka dari itu Chelsea hanya bisa pasrah dan menerima apapun yang telah dipersiapkan Kyra. Dan permintaan Chelsea hanya satu, agar pesta pernikahannya digelar lebih sederhana.

Namun apalah daya, sesederhananya keluarga Hadinata, mereka akan tetap menggelar pesta akbar dengan mengundang lebih dari 1.000 orang. Kata Kyra, undangan itu jauh lebih sedikit daripada saat pernikahannya yang menyebar lebih dari 3.000 undangan.

Cassandra Tan Designer

Chelsea tak dapat menyembunyikan rasa keterkejutannya ketika Kyra membawanyanya ke salah satu designer ternama itu. Jujur, semua rancangan gaun pernikahannya sangat indah dan memesona. Dan jangan kaget ketika karya indah itu berharga selangit.

"Karena ini mendadak, kita gak bisa pesan gaun special buat kamu. Jadi, pilih satu gaun yang ada di sini sesuka kamu ya, Chel." Kyra tersenyum pada Chelsea yang masih mengatur napasnya karena terlalu shock melihat harga-harga gaun tersebut.

Sesaat setelahnya, sang designer kondang bernama Cassandra Tan itu pun menyambut mereka dengan ramah.

"Jadi ini calon istri Jerome?" Wanita paruh baya yang terlihat masih bugar dan cantik itu menghampiri Chelsea. "Cantik. Kulit kamu bagus!"

Chelsea mengulum senyum, "Terima kasih. Gaun rancangan anda semuanya sangat cantik. Saya sampai bingung untuk memilih."

"Saya punya gaun cantik yang sepertinya sangat cocok untuk kamu, Chel."

Cassandra berbalik, lalu berbisik pada salah satu karyawannya. Beberapa saat setelahnya pun, dua orang karyawan Cassandra membawa sebuah gaun putih model mermaid dress. Gaunnya tidak terkesan terlalu mewah, dan Chelsea langsung menyukai gaun itu. Bagitu cantik, dengan aksen bordir floral di pundaknya.

Dengan diantar salah seorang pegawai wanita butik itu, Chelsea mencoba gaun cantiknya. Semuanya terlihat pas dan menawan saat Chelsea melihat pantulannya di depan cermin besar di dalam ruang pas. Bahkan pegawai wanita yang membantunya memakaikan gaun itu bertepuk tangan kecil dan tersenyum lebar menatap Chelsea.

"Kakak sangat cantik. Pasti sangat bahagia ya kak. Saya jadi iri. Selamat, ya."

Chelsea tersenyum miris mendengarnya. Bahagia? Tentu tidak. Dan apa yang dapat menjadikan wanita itu iri kepadanya? Menikah di dasari dengan rasa keterpaksaan, bukan rasa cinta. Apa dia masih akan iri jika mengetahui kenyataan pahit ini?

Gorden besar berwarna navy yang menutup ruang pas itu telah dibuka oleh pegawai wanita tadi. Seketika Chelsea berbalik untuk menunjukkan ke semua orang di sana bahwa ia sangat menyukai gaunnya.

"Cantik sekali! Cocok!" seru Cassandra dan Kyra. Semua orang di ruangan itu tersenyum, dan mengacungkan kedua jempolnya pada Chelsea. Tapi tidak dengan seseorang yang baru saja datang dengan masih mengenakan setelan jas kerjanya.

Jerome sudah datang. Mungkin beberapa saat yang lalu? Entahlah. Yang jelas dia memang sudah ijin terlambat datang karena pekerjaannya belum selesai.

"Jerome, pakai punyamu! Lalu kita foto kalian. Percobaan nikah biar besok gak tegang." Cassandra mendorong Jerome untuk berganti dengan tuxedo yang akan dipakainya nanti saat pernikahan.

Setelah beberapa saat menunggu, Jerome datang dengan tuxedo warna hitam dan juga dasi kupu-kupunya. Lelaki itu tampak gagah saat berjalan menghampiri Chelsea. Baik, Chelsea akui bahwa calon suaminya itu sangat menawan saat memakai setelan tuxedo rancangan Cassandra. Namun sayangnya, wajah dingin Jerome membuat Chelsea menghapus rasa kagumnya.

"Lumayan."

Dahi Chelsea berkerut setelah baru saja Jerome membisikinya, "Apanya yang lumayan?"

"Baju lo lah. Masa lo?"

Chelsea mendecak sebal. Namun ia kembali membuat senyum,ㅡpalsu, lagi ketika Kyra sudah siap mengambil foto mereka berdua.

"Ah apaan sih kalian malu atau gimana? Deketan dong!" Protes Kyra sambil mengarahkan kamera ponselnya.

Chelsea merasa sangat canggung. Ia harus mendekatkan diri pada Jerome, menggandeng lengan lelaki itu, kemudian tersenyum seolah-olah dia adalah wanita paling bahagia di dunia ini. Entah sudah berapa gambar yang sudah Kyra ambil, tapi sepertinya kakak Jerome itu masih belum puas.

Di tengah sesi foto ala Kyra, Chelsea sedikit mendekat lagi pada Jerome. Ia membisiki sesuatu hal yang langsung mendapat respon terkejut Jerome.

"Tadi ada cewek lo datang ke toko gue."

"Gue gak punya cewek."

"Vivian?"

"Vivian bukan cewek gue."

Jujur, Chelsea masih penasaran dengan wanita tadi pagi yang mengaku adalah pacar calon suaminya itu.

"Tapi dia bilang kalau dia cewek lo.

"Jangan dengerin dia."

"Kenapa?"

Jerome tiba-tiba menoleh pada Chelsea. Kemudian dengan lancangnya lelaki itu menarik pinggang Chelsea hingga sekarang tidak ada jarak lagi di antara mereka. Seketika itu jantung Chelsea berdetak tak karuan, apalagi saat Jerome mulai mendekatkan wajahnya. Sampai-sampai Chelsea bisa merasakan hembusan napas hangat Jerome pada permukaan pipinya. Lalu dengan sangat lirih, Jerome berbisik tepat di telinganya.

"Karena lo hanya perlu percaya gue, calon suami lo."





***





Malam semakin larut, dan keramaian klub malam eksklusif itu semakin bertambah. Musik EDM yang dibawakan oleh seorang DJ seksi di atas panggung membuat suasana semakin riuh. Semua orang bersenang-senang, menghilangkan semua kesetresan dan melampiaskannya di sini. Itulah mengapa Barata Wardhana berada di tempat ini.

Duduk di sofa sendiri dan meminum habis minuman yang ia pesan, sebenarnya itu bukanlah kebiasaan Bara. Biasanya setiap malam ia harus ditemani oleh seorang atau dua orang wanita di sampingnya. Entah wanita itu sudah ia kenal atau belum, yang pasti jika ada wanita yang mendatanginya maka akan ia sambut dengan seringai mautnya.

Tapi malam ini berbeda. Bara sedang tidak mau siapapun mengganggu malamnya. Bahkan tadi ia sempat mengusir beberapa wanita seksi yang sempat menghampirinya dan berusaha menggodanya.

"Bar, are you okay?"

Grace, wanita yang terkenal dekat dengan Bara itu datang karena Bara terlihat sudah mabuk.

Bara menepis tangan Grace yang hampir menyentuhnya. Lalu ia kembali mengusir Grace untuk menjauh darinya.

"Bukan urusan lo!" Tangan Bara mendorong tubuh wanita itu untuk pergi. Tak peduli dengan Grace yang sudah memasang wajah sebal dan mungkin akan mendiamkan Bara beberapa hari. Tidak masalah. Toh Grace hanya sebuah mainan baginya.

Malam ini Bara sedang tidak napsu dengan apapun. Semua ini akibat dari berita sialan yang langsung membuat perasaannya kacau balau. Mood dari pagi hari tadi yang sudah ia bangun sedemikian rupa tiba-tiba anjlok rata dengan tanah ketika ia membaca berita di portal gosip sialan itu.

'Selamat hari patah hati guyss, Jerome Hadinata akan menikahi wanita cantik bernama Chelsea Effendi! Kalian kentang bisa apa?'

Bara mengumpat untuk kesekian kali ketika judul berita itu muncul lagi di ingatannya. Ia mengusap wajahnya kasar dan mulai menuangkan minuman ke dalam gelasnya lagi. Diteguknya minuman itu dengan rakus, lalu membanting gelasnya begitu saja di atas meja.

Sungguh, Bara tidak menyangka bahwa Chelsea serius dengan ucapannya untuk menikah dengan musuh bebuyutannya sejak SMA itu. Ada apa dengan Chelsea-nya? Dan mengapa harus Jerome? Bara merasa tidak terima dengan semua pemberitaan itu. Rasanya ia ingin segera berlari, menyeret Chelsea untuk pergi dengannya kemanapun yang sahabatnya itu pinta. Namun, kenyataan menampar Bara secara tiba-tiba. Memang ia siapa dapat membawa Chelsea kabur?

Rasa sesak mendadak menyerangnya, matanya membelalak marah ketika kini ia mengecek ponselnya dan melihat situs-situs berita terdapat wajah Chelsea bersama Jerome. Sekarang bukan hanya di akun gosip sialan itu, tapi seluruh situs berita online seolah bersekongkol menampar Bara bersamaan dengan berita pernikahan itu.

Sial. Perasaan Bara sungguh kacau. Dan pada detik ini, ia akui bahwa rasa cemburu sedang membakarnya hidup-hidup. Perasaan yang sudah lama ia pendam dan hanya dirinya yang tahu. Perasaan yang sulit untuk terucap, dan perasaan takut untuk memilikinya. Semuanya bercampur aduk di dadanya hingga membuatnya sesak. Dadanya kembang kempis menahan amarah yang kian meluap. Segelas alkohol yang diteguknya tidak kunjung membuat ia merasa tenang. Semua hiruk pikuk dan kesenangan di dalam klub malam tak dapat mengobati sesak hatinya.

"Hei, Bar. Lama gak lihat lo mabuk sendirian gini."

Bara reflek menoleh ketika mendengar suara tak jauh darinya. Meski suara itu samar-samar karena suara musik EDM yang jauh lebih keras, tapi Bara dapat mendengar dan mengenali suara itu dengan cepat.

"Ngapain lo di sini?" Kening Bara berkerut. Heran dengan kehadiran wanita yang sudah cukup lama tidak ia jumpai itu.

"Masih aja galak. Gak inget dulu waktu lo,ㅡ"

"Cih. Mending lo diem dan pergi dari sini." Potong Bara cepat sebelum wanita itu selesai berbicara.

Alih-alih menuruti Bara yang telah mengusirnya, wanita itu malah mengambil gelas Bara yang sudah terisi alkohol dan meminumnya dengan sekali tegukan.

"Lo pasti udah baca berita hari ini. Jerome menikah dengan sahabat unyu lo yang lo sayang mati-matian itu."

Vivian Liem, dengan mulutnya itu membuat emosi Bara semakin tinggi. Ya, Vivian memang tahu ketika dulu Bara babak belur menghajar preman yang telah mengganggu Chelsea, dan jangan lupakan saat Bara membolos sekolah hanya untuk membelikan obat nyeri saat Chelsea mengeluh sakit perut di hari bulanannya, ㅡ padahal Bara dan Chelsea berbeda sekolah. Vivian tahu, karena saat itu ia sempat menjalin hubungan cinta monyet dengan Bara pada masa lalu.

"Lo terima Chelsea disakitin Jerome?"

Bara mendecak kesal, "Maksud lo apa?"

"Gue,ㅡmaksudnya kita, pasti tahu mereka berdua gak saling cinta. Dan lo yakin ngebiarin sahabat cengeng lo itu nikah sama Jerome yang dinginnya setengah mampus? Lo kira Chelsea bahagia? Gue rasa dia bakalan nangis tiap hari karena disakitin Jerome."

Bara terdiam. Merenung atas perkataan Vivian.

"Gue yakin elo juga pasti curiga. Kenapa mereka tiba-tiba menikah? Dan seriously, pernikahan mereka bakal digelar tanggal 14 Februari?? Sepuluh hari lagi, Bar! Apa lo gak curiga sedikitpun? Ini semua gak beres!"

Lagi-lagi Bara mengerutkan kening. Memang benar perkataan Vivian. Ia juga merasa aneh dan tak wajar. Jika orang banyak berpendapat mereka dijodohkan, tentu Bara paling tahu bahwa Chelsea bukanlah wanita jaman dulu yang setuju untuk dijodohkan seperti Siti Nurbaya.

"Lo bisa selamatin hidup Chelsea. Sadarin dia, Bar."

Bara mengacak rambutnya untuk kesekian kali, kemudian menghembuskan napas kasar disertai dengan umpatan lirih.

"Lo bisa cegah Chelsea sebelum terlambat, dan lo bisa miliki dia. Rebut dia kembali dari Jerome. Chelsea milik lo, Bar."

"Gue gak tahu harus apa. Gue gak ada hak sama sekali ngelarang Chelsea."

"Gue bisa bantu lo menghentikan pernikahan itu."

Bara melirik Vivian yang kini sudah duduk tepat di sampingnya. Lalu dengan perlahan, Vivian mulai membisikinya sesuatu.

"Lo gak seharusnya kalah dari Jerome. Lo pasti bisa menang dengan bujuk Chelsea batalin pernikahan itu."





###






"Jadi, kalian dukung gue apa Jerome?"

ㅡ Bara, yang sedang galau parah.




Continue Reading

You'll Also Like

21.9K 2.5K 60
Seperti lantunan lagu dalam bahasa lain, Jika terlalu rumit dan sulit Terkadang hidup tidak perlu di mengerti, hanya cukup di nikmati. -SYJ- Sepert...
199K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
117K 18.5K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
156K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...