Fate : A Journey of The Blood...

By monochrome_shana404

19K 3.2K 4.3K

18+ for violence, blood, and strong language [Action, Drama, Science Fiction] Takdir ibarat seperti langit. J... More

(Bukan) Kata Pengantar
PENGUMUMAN PENTING!!
Prologue
Act I : White Rose
Chapter 1.1 [1/2]
Chapter 1.1 [2/2]
Chapter 1.2 [1/2]
Chapter 1.2 [2/2]
Chapter 1.3 [1/2]
Chapter 1.3 [2/2]
Chapter 1.4
Chapter 1.5
Chapter 1.6
Chapter 1.7
Chapter 1.7.5
Chapter 1.8
Chapter 1.9
Chapter 1.9.5
Chapter 1.10 [1/2]
Chapter 1.10 [2/2]
Chapter 1.11
Chapter 1.12
Chapter 1.12.5
Chapter 1.13
Chapter 1.13.5
Chapter 1.14 [1/2]
Chapter 1.14 [2/2]
Chapter 1.15 [2/2]
[FILE_CAST(S)_Fate:AJoTBR(0)]
Act II : Bloody Rain
Chapter 2.1
Chapter 2.2
Chapter 2.3
Chapter 2.4
Chapter 2.4.5
Chapter 2.5
Chapter 2.5.5
Chapter 2.6 [1/2]
Chapter 2.6 [2/2]
Chapter 2.7
Chapter 2.8
Chapter 2.9
Chapter 2.10
Chapter 2.10.5
Chapter 2.11 [1/2]
Chapter 2.11 [2/2]
Chapter 2.12
Chapter 2.12 [EX]
[FILE_CAST(S)_Fate:AJoTBR(1)]
Act III : The Dark Garden
Chapter 3.1
Chapter 3.2
Chapter 3.2.5
Chapter 3.3
Chapter 3.4
Chapter 3.4 [EX]
Chapter 3.5
Chapter 3.5.5
Chapter 3.5.5 [EX]
Chapter 3.6
Chapter 3.6 [EX]
Chapter 3.6.5
Chapter 3.7
Chapter 3.8
Chapter 3.9
Chapter 3.10
Chapter 3.10 [EX]
Chapter 3.11
Chapter 3.12
Chapter 3.12 [EX]
Chapter 3.12.5
Chapter 3.12.5 [EX] [1/2]
Chapter 3.12.5 [EX] [2/2]
Chapter 3.13
Chapter 3.13.5
Chapter 3.14 [1/2]
Chapter 3.14 [2/2]
Chapter 3.14.5
Chapter 3.14.5 [EX]
Chapter 3.15
Epilogue
(Mungkin bisa dibilang) Akhir Kata

Chapter 1.15 [1/2]

126 37 92
By monochrome_shana404

Pertengahan bulan Januari, bertepatan ketika musim dingin utuh menginjakkan kaki di Jepang, masyarakat kembali menerima berita mengenai Alford Corporation yang merekrut Cyclone Team ke perusahaannya. Tentu, berita ini juga sukses membuat para penggemar tim robotika tersebut gencar.

Berita menyebar ke seluruh penjuru dunia, terutama di kalangan komunitas robotika—yang saat ini tengah berkembang. Sebagai perwakilan teman-temannya, Edward melakukan penyiaran langsung lewat media sosial, mengumumkan perihal bahwa mereka sudah menjadi anggota resmi pula untuk Alford Corp. Bersamaan dengan kabar tersebut, ia pun juga menceritakan sedikit mengenai pengalaman mereka tinggal di Jepang selama hampir setahun.

Sesuai dengan perjanjian, Adam dan Daniel akan mengambil bagian jam kerja paruh waktu mengingat mereka akan masuk kembali ke masa perkuliahan di musim semi mendatang. Daniel bersedia mengulang semester di gelar magisternya, di jurusan yang sama. Sementara Adam baru dimasukkan ke gelar sarjana di jurusan yang ia pilih. Keduanya memilih universitas yang sama pula.

Mereka juga memutuskan untuk vakum sementara waktu dari kompetisi robotika. Edward menjelaskan itu akan berlangsung dalam dua atau tiga tahun, alasannya mereka perlu membagi waktu untuk memikirkan proyek baru. Ditambah lagi mereka sudah mengemban pekerjaan tetap.

Kembali aktifnya Alford Corp. tepat setahun setelah Kirika dan kepala bagan lainnya dilantik juga menjadi perbincangan hangat di media sosial. Memang, sesegera mungkin Alford semestinya kembali mengeluarkan hal-hal baru, mengingat tidak selamanya mereka bisa terus bergantung kepada dana dari pemerintah.

Pada akhirnya Kirika mulai bergerak. Kepala bagan yang mendekati masa pensiun berakhir kembali diganti. Pun, ia menurunkan jabatan Eleonor sebagai Kepala Bagan Laboratorium Elektronika. Si profesor tak perlu merasa khawatir, sebab ia sudah diberikan kepercayaan untuk menjabat sebagai Kepala Bagan Laboratorium Robotika.

Minggu berikutnya, kembali media sosial diramaikan dengan berita pelantikan keanggotaan baru untuk perusahaan Alford Corp. Sekali lagi penggemar Cyclone Team berbondong-bondong merayakan kabar ini dengan sejumlah banner berupa ucapan selamat.

Tentu ... keberadaan Akira juga sempat menggencarkan masyarakat media sosial. Banyak yang tidak segan-segan menyorot setiap keberadaannya selama pelantikan. Tak henti-hentinya ia menyebarkan senyum hangat yang seolah mampu mencairkan suasana musim dingin.

Kedua lensa itu memandang bangga kepada kedua profesor yang telah menciptakannya. Demikian, berganti kepada para anggota yang juga tengah berdiri berjajar di atas panggung. Sementara telinganya menerima suara Kirika yang tengah berpidato di atas mimbar.

Jepretan kamera bersahutan, berikut dengan kilatan-kilatan yang tidak diinginkan oleh objek yang disorot. Para hadirin—termasuk wartawan—mendengarkan CEO dari Alford Corp. penuh perhatian.

Kemudian, pidato disambung dengan Eleonor selaku perwakilan dari bagan robotika. Dia tidak membeberkan secara utuh proyek dari perusahaan. Namun, sekedar menuturkan, "Kami akan berusaha semaksimal mungkin demi menciptakan produk dengan optimal. Dengan begitu setiap produk akan berguna lebih lama bagi masyarakat."

Tentu, beberapa wartawan menangkap bahwa mereka akan segera menciptakan produk baru sebagai perayaan perusahaan yang kembali aktif setelah sekian lama.

Pelantikan tak berlangsung lama. Atau bahkan secepat yang diperkirakan. Secara keseluruhan, tak ada yang istimewa.

Paling tidak ... itu merupakan pendapat dari si pria muda bermanik merah.

Dia benar-benar berfokus pada perusahaannya ... huh?

Sepasang manik yang berpaku tatap ke luar kaca berkilat-kilat, memantulkan refleksi cahaya lampu jalan yang menembus pintu kaca ruko yang tengah ia pijaki. Tiada secercah cahaya dari dalam sana yang menemani, seolah kegelapan utuh memeluknya di dalam sana. Pun, dengan embusan berani angin musim dingin yang menusuk kulit menyelinap masuk ke sana.

Semakin larut, suhu udara semakin menurun. Hiasan es putih mulai menumpuk di beberapa bagian pekarangan bunga hingga atap. Tak ada penduduk atau bahkan turis yang sudi berlalu lalang di trotoar.

Kala lampu jalan yang menerangi ruko berkedip beberapa kali, berakhir padam dengan sendirinya meninggalkan Kenji sendiri. Namun, tanpa gentar ia berbalik melangkah ke dalam gelap.

Barangkali saat ini merupakan waktu yang bagus untuk memulai permainan baru?

Terus saja ia bermonolog. Sebab ... sungguh, tak ada yang menemani dirinya selain sepi.

Langkah ia mantapkan begitu cepat dan nyaris tak bersuara, tetapi sukses menciptakan gema yang samar. Sebisanya mereka meramaikan suasana. Sebuah ruangan dengan pintu terpangah tak ia acuhkan, cahaya yang terpancar dari lampu di dalam sana menampakkan dirinya tengah menaikkan tudung jaket. Kala utuh ia melewati ruangan, Kenji menjentikkan jari, memerintahkan pintu itu agar tertutup rapat.

Pintu bagian belakang ia buka. Kala manik merahnya mendapati cahaya yang sekali lagi muasalnya dari lampu jalan. Kenji menyipitkan mata, berusaha menerawang trotoar yang temaram. Tak lama ia mendengkus mengingat ia hanya membuang waktu melakukan hal itu.

Demikian Kenji beranjak dari tempat, menginjak pekarangan yang separuhnya tertutup salju. Lagi-lagi ia dituntut melangkah. Kali ini hendak menyusuri dinginnya udara.

Uap tercipta di setiap embusan napas. Tapi tak ada keinginan di dalam benaknya untuk kembali ke ruko kosong yang telah ia kunci itu. Cepat-cepat ia mengantongi sepasang tangannya, menyembunyikan mereka dari dingin yang mulai menyerang tanpa ampun.

Hingga sampailah Kenji ke tengah khalayak. Lampu-lampu restoran pemikat pandangan mata sama sekali tak ia indahkan, meski di antara mereka sudah menggodanya hinggap di jaket berwarna gelap yang ia kenakan.

Beberapa menit ia menyusuri ramainya trotoar, kini berakhir terganti oleh gang sepi. Pun, masih enggan ia menarik perhatian dari kakinya yang tengah melangkah. Tanpa sengaja, ia menyenggol pria bertubuh gempal. Bisa ia cium dengan jelas, bau alkohol yang menyeruak dari pria tersebut.

Namun, sengaja ia lebih memilih untuk bergeming meski pria itu meneriakinya agar dia mau meminta maaf. Terus saja Kenji melangkah, menjauh begitu saja. Tak lama derap langkah sempoyongan mendekat kepadanya.

Dan kala itu seringai terukir jelas dari si pria muda yang ia anggap tak berdaya.

Pria bertubuh gempal mengeluarkan pisau, terang-terangan hendak menusuk punggung Kenji yang tak lama berbalik. Dia lebih lincah dalam menghindar, tanpa ragu menarik lengan si pria mabuk. Sekuat tenaga, ia menekan lengannya agak terlipat, hingga persis mata pisaunya mengarah menuju ulu hati.

Tak mau kalah, si pria bertubuh gempal mulai melawan kekuatan dorong Kenji hingga punggung lawan membanting dinding. Adrenalin Kenji kian meningkat di kala si pria bertubuh gempal sukses memutar balik pisau ke arah leher. Sempat bagian itu bergidik, bahkan dagunya menaik menghindar ujung pisau yang berkilat sekilas terpantul cahaya.

Meski sudah hampir tak kuasa ia menahan tangan besar di hadapannya, sempat ia terkekeh. Tak tanggung-tanggung, ia melontarkan pandangan cemooh. "Kau boleh juga, Pak Tua."

Hal itu tentu saja membuat si pria bertubuh gempal jengkel. Bersemayam di dalam gelap, kedua matanya yang memerah terbelalak penuh. Seolah-olah ucapan Kenji pula mengembalikan kesadarannya dari mabuk. Dia pun mulai berteriak, terdengar putus-putus oleh sebab suaranya yang serak.

Sementara seringai Kenji semakin melebar, konon lagi musuhnya mulai menggunakan kedua tangan. Kenji, dengan tangannya yang masih terbebas secepat kilat mengeluarkan pisau bedah. Sekali bidik, langsung ia melemparkan pisau ke leher si pria.

Perbuatan Kenji membuat ia terpaku. Dorongannya melemah, perlahan ia berdiri tegak sebisanya dengan kedua tangan yang gemetar berusaha meraih pisau bedah yang tertancap di sana. Udara tak lagi masuk, cairan merah mulai meluncur dari sana. Langkah mundur yang ia jejakkan bergerak kaku.

Kenji masih diam memerhatikan. Darah mengucur semakin deras, mengalir menuju dada. Tak mampu lagi si pria melolong meminta tolong. Dia lebih memilih mengulurkan tangan kepada Kenji yang tengah bersandar dengan santai.

"Biar kubantu." Begitu ia berujar sembari beranjak dari tempat.

Si pria bertubuh gempal sudah bertekuk lutut. Kenji mengambil kesempatan menginjak bahunya hingga kepalanya membentur aspal. Bisa ia dapati lebih jelas pria itu yang gemetar hebat. Konon lagi di kala ia memandang manik merah yang terpatri memantulkan cahaya lampu. Bersinar terang, tetapi cukup membuat ngeri bulu kuduk siapa pun yang tak berdaya.

Kenji kemudian meraih pisau bedahnya. Hendak ia rasakan pegangan kuat dari pria tersebut, teramat sangat membutuhkan pertolongan sekarang. Seringai tipis ia patri. Begitu perlahan, tetapi ia rasa pasti, Kenji mulai mendorong pisau bedah agar masuk lebih dalam. Sukses ia ciptakan pancuran darah kecil dari sana, nyaris saja tertawa keras memandang mimik yang terlontar jelas dari si pria. Pun, bau anyir dari si cairan merah tak mau membuat ia berhenti menyeringai lebar.

Belum juga puas, Kenji melanjutkan dengan sedikit menggoyang pisau ke kiri dan ke kanan. Berulang. Pada akhirnya, ia mencabut utuh pisau dari leher sembari berdiri tegak. Bersamaan dengan hal itu, cengkeraman si pria melemah bersamaan dengan pandangannya yang berangsur kosong.

"Selamat jalan."

Begitu ia senang memastikan pisaunya sudah berselimut cairan merah, ia melirik kepada jasad si pria. Masih saja senyum menempel di wajahnya.

"Nah ...." Sebentar ia menggantung kalimatnya. "Bagian mana yang berguna darimu?"

~*~*~*~*~

Continue Reading

You'll Also Like

Koishiteru By Khai

Teen Fiction

257 46 2
Ketika kata tak bisa diucapkan, hanya isyarat yang ia tunjukkan. ──── Semestanya membisu. Ia kerap dirundung kelabu. Kala satu suara datang menyapa r...
6.2K 1K 16
[SELESAI] Pernahkah kau berpikir ada sesuatu yang tidak beres saat kau terjebak dalam suatu jajaran puluhan mobil di jalanan? Terjebak kemacetan di...
25K 1.6K 15
dari yang membenci menjadi saling suka? gimana cerita nya? langsung aj di bacaakk WARNING! di cerita ini kemungkinan bakal ada 18+ nya jdi harap desk...
338K 13.4K 9
TAMAT May contain mature scenes Ray awalnya memiliki segalanya, namun ia kembali jatuh dan bahkan kehilangan semua yang pernah ia punya. Impian, ka...