THE BOSS

By Belinda_20

425K 10.6K 108

Content: 18++ Crystal Sophia Walker seorang wanita cantik, sexy dan menawan. CEO muda perusahaan berlian duni... More

Kata Pengantar
01. Myself
02. Who Understand Me
03. Sapphire Louis Parker
04. Sexy Guy
05. Le Baron
06. Awesome Night
07. Louvre
08. The Past
09. The Party
10. Our Feelings
11. You are Mine
12. I Want to Know
13. The Walker
14. The Holiday
15. Disaster Holiday
17. Randall Blake
18. Accident
19. Come Back Please
20. I Miss You
21. The Secret
22. Before Wedding
23. The Wedding
Epilog

16. Forgive Me

10.1K 340 1
By Belinda_20

Content: 18++

Cerita ini sepenuhnya fiksi. Jika ada kesamaan nama, tokoh dan latar belakang itu semua hanyalah ketidaksengajaan.

**********

Matahari bersinar menerangi kamar luas yang sangat gelap itu. Hanya secercah sinar kecil yang berhasil menembus tirai raksasa yang tertutup rapat tersebut. Seseorang yang masih tidur di king size bed kamar tersebut tak bergeming sedikitpun. Sinar kecil tak akan mampu membuatnya terbangun dengan segera. Ia menaikkan selimut tebalnya sampai menutupi seluruh tubuhnya. Ia menginginkan ketenangan pagi hari untuk merilexkan otaknya karna terlalu banyak yang ia pikirkan kemarin dan karna hal itu ia baru bisa tidur saat matahari akan tampak.
Tiba tiba seseorang mengetuk pintunya. Ia tak akan pernah menggubrisnya. Tak ada yang boleh mengganggu waktu tidurnya saat ini. Jadwalnya hanya sleep all day long. Tak disangka terdengar lagi ketukan di pintu setelah ada jeda sesaat. Ketukan terus terdengar membuatnya terduduk dari tidurnya dengan masih memejamkan mata. Belum ada tanda tanda ketukan tersebut akan berhenti. Mau tak mau dirinya membuka matanya. Dari dalam ia mencoba berteriak untuk menghentikan siapa saja yang mengetuk pintunya dengan brutal.

"Shut Up!!!!! Kau psikopat gilaaa......"

Ketukannya sempat berhenti sesaat setelah ia berteriak. Ia tersenyum lega dan kembali membaringkan tubuhnya di ranjang nyamannya. Tak lama ketukan terdengar lagi, kali ini lebih keras dan tentunya tanpa jeda. Membuatnya berteriak histeris dan beranjak dari situ untuk melihat siapa orang gila dibalik keisengan ini. Ia berjalan cepat ke arah pintu dan membukanya dengan kasar. Terlihat dua pria tampan yang cekikikan geli.

"Oh shit!! Uncle Sean......Darrell!!" Dirinya hanya bisa melotot marah ke arah dua pria yang masih saja kegelian dan tak merasa berdosa. Langsung saja ia meninju ninju perut sixpack mereka yang hanya membuat mereka makin terkikik.

"C'mon Sophia, aku hanya menjalankan tugas dari grandpa untuk menjemput cucunya yang sedang depresi." Darrell memandangnya kegelian karna melihat penampilan kacau sepupunya. Kemudian ia tertawa di dibalik punggung unclenya.

"Not funny Darrell." Tatapannya makin tajam melihat sepupunya terus bersikap seperti itu. Ia sungguh ingin mencekik sepupunya itu untuk membuatnya berhenti tertawa selamanya.

"Daddyku menyuruhmu datang ke pantai sekarang, ia mengadakan barbeque dan volley pantai Soph, dia berharap kau tak terus mengurung diri di kamar dan ikut bergabung." Uncle Sean mengedipkan sebelah matanya dan memasang muka malaikat menurutnya sendiri. Tatapan tajam Crystal berganti ke arah pamannya yang seolah menggodanya tapi tak dalam suasana yang pas.

"Baiklah, aku akan bergabung,......BUT ITS GONNA HAPPEN IN YOUR DREAAAM!!!" Crystal berteriak kesal dan akan masuk kamarnya lagi sebelum tangan Unclenya mencegah hal tersebut, akan memakan waktu lama jika mereka memulai dari mengetuk pintu kamarnya lagi yang terbuat dari kayu luar biasa keras.

"Ada Kekasihmu menunggu di sana."

"Benar, dan ada aku juga yang menunggumu baby." Darrell membuat pose genit dengan memajukan bibirnya seolah akan mencium seseorang dan sukses mendapat tinju dari unclenya juga tatapan 'You are big Loser' dari Crystal.

"Aku tak tertarik." Crystal menatapnya datar.

"Sophia, bagaimana jika di sana aku berjanji kau bisa melihat Louis membuka kaos putihnya yang berkeringat lalu bermain volley dengan bertelanjang dada, dan itu akan membuat dada bidangnya terekspos dengan sempurna" Darrell berhenti sebentar melihat ekspresi Crystal yang sedikit berubah. Seolah Crystal membayangkan kata kata yang diucapkan olehnya tadi. Sudah 2 hari ia tak membelai dada bidang Louis dan bergelut di tangan kekarnya, batin Crystal lebih serius mendengarkan sepupunya lagi."Oh god, tapi ada satu masalah besar di sini baby, kau lupa bahwa para sepupumu dan wanita wanita di sana akan mengincarnya untuk mencari kesempatan memeluk dada bidang itu!!" Crystal melotot tanpa sadar, tatapan matanya galak dan hal itu membuat Uncle Sean kegelian begitu juga dengan Darrell, tapi sugestinya harus terus berjalan. "Kau akan rela itu terjadi?"

"NEVER EVER! Lets go to the beach!!"
Crystal membanting pintu kamarnya keras dan segera mencari baju santai. Tanpa ia ketahui dua manusia di luar kamarnya meledakan tawanya. Mereka tak menyangka Crytal yang sangat stay cool akan terbujuk oleh omongan tak berdasar dari Darrell. Senyum kemenangan tergambar di wajahnya.

"Aku tahu dia akan terpancing Uncle."

"Genius kau Darrell." Uncle Sean melingkarkan tangannya di leher Darrell dan memitingnya. Membuat Darrel makin nyaring tertawa. "Oh shut up Darrel, tawamu akan terdengar olehnya." Ia membekap mulut keponakannya rapat lalu mereka berdua menunggu Crystal di luar kamar dengan patuh

********

Crystal berdiri di pinggir pantai dan tiba tiba saja semua pandangan tertuju padanya yang baru saja masuk ke area berkumpul tepi pantai itu. Ia tak peduli, dirinya hanya mencari sosok Louis. Setelah memandang sekeliling, Crystal menemukan Louis duduk di kursi tempat berjemur di sana dan sedang meminum softdrink bersama dengan grandpanya, tapi sekarang ini dua orang tersebut juga melihat ke arahnya. Crystal menyadari sesuatu, ia segera menengok cepat dan menatap tajam 2 orang manusia usil di belakangnya. Mereka hanya bersiul siul dan mengalihkan pandangan ke sekelilingnya. Crystal menggeram dan mencubit pinggang dua orang itu.

"Kaliaaan.......... not funny at aaallll!!!"

Crystal menyadari bahwa dirinya termakan omongan bullshit Darrell. Kedua orang itu mengaduh setelah dirinya menghentikan cubitan. Tetapi tetap saja hal itu takkan membuat mereka jera, sebelum Crystal meninju ninju tak beraturan, mereka segera berlari kecil dengan tertawa tawa geli. Ia hanya bisa berdiri memandang uncle dan sepupunya yang lama kelamaan menjauh. Dalam hatinya ia mengutuk otaknya yang kacau hanya dengan mendengar Louis akan digoda sepupu sepupunya. Crystal mengedarkan pandangannya ke seluruh pinggiran pantai itu dan ia melihat grandpanya melambai. Ia mendengus sebal dan mau tak mau menghampirinya yang masih duduk bersama Louis.

"Jangan pernah grandpa menyuruh mereka berdua menjemputku, apapun alasannya." Grandpa hanya bisa tertawa melihat cucunya mengerucutkan bibirnya sebal. Louis juga terlihat sedikit geli.

"Tetapi mereka berhasil membuatmu kemari sayang."

"Cara mereka melakukannya sungguh menyebalkan." Crystal duduk di kursi panjang sebelah kanan Grandpa yang sedang berjemur dan menatap grandpanya yang berbaring di kursi sebelah kanan Louis. Crystal memandang Louis yang sangat tampan hari itu menggunakan kaos putih yang kebetulan sewarna dengan tanktop putih yang dikenakan Crystal. Seperti biasanya ia tertangkap mata menikmati tubuh Louis. Louis tersenyum dan menurunkan kacamata hitamnya sedikit lalu mengedipkan sebelah matanya pada Crystal membuat ia salah tingkah. Setelah melakukan itu Louis berbaring di kursi tempatnya duduk. Crystal juga ikut berbaring di kursi sebelum dirinya sekali lagi menatap tubuh Louis yang hot. Mereka bertiga berjemur dalam diam. Pikiran pikiran lain mulai muncul di kepala Crystal.

Sebenarnya setelah kejadian di pantai kemarin siang, Crystal memutuskan mengungsi di mansion grandpa yang lebih aman. Ia tau Louis akan menemuinya dan memaksa dirinya yang sedang bad mood untuk mendengar penjelasannya. Crystal yakin dia hanya akan memperkeruh keadaan jika bertatap muka dengan Louis di saat dirinya sedang sebal. Dirinya menyuruh William untuk mengambil koper miliknya di penginapan dan ia tak keluar dari kamarnya sama sekali hingga pagi.
Semalam Crystal juga sudah menelpon Joe untuk menanyakan semua info mengenai Carroline Cove. Akhirnya ia tahu bahwa Carrol sudah menikah dengan Victor dan mempunyai seorang anak bernama Noah. Noah adalah anak lelaki yang terkena penyakit tumor di usia 5 tahun. Tumor terus membesar sehingga membuat anak itu harus dioperasi oleh tim dokter khusus. Hal itu memakan banyak biaya dan tentunya koneksi yang kuat untuk mendapat tim dokter terbaik agar presentase keberhasilannya besar, untuk itu dia memutuskan memanfaatkan Louis untuk menaikkan karirnya dan menggunakan kekuasaan namanya untuk operasi Noah. Bahkan Carroll memperkenalkan Noah dan Victor sebagai sanak saudaranya. Setelah satu tahun menjalin hubungan, akhirnya Louis sudah mengetahui semua rencana Carroll, termasuk juga statusnya yang ternyata sudah menikah dan mempunyai 1 anak.

Crystal sungguh tak habis pikir pada Carroll, tetapi dirinya sendiri belum tahu hal lain selain hal itu. Termasuk kenapa dirinya ada di kamar Louis dan mereka berpelukan di situ. Padahal dari keterangan Joe, sepertinya Carroll menyanyangi keluarga kecilnya. Hal itu yang masih mengganggu pikirannya. Hanya dengan berbicara pada Louis ia baru bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Ia harus berbicara berdua saja dengan Louis, tapi entah mengapa orang yang dimaksud terlihat stay cool saat ini dan tak mengejar dirinya kembali. Apa ia tak lagi peduli padanya? batin Crystal depresi. Ia terus memikirkan cara agar Louis menjelaskan padanya tentang kejadian itu dan akhirnya ia terjaga semalaman. Sekarang ia harus memikirkan bagaimana caranya Louis yang memulai berbicara padanya terlebih dahulu.

"Sophia, Randall mengajakmu bermain Volly..." Cath berteriak dari arah belakangnya. Crystal duduk dan menoleh ke arah Cath yang melambai lambai padanya. Crystal terdiam sejenak melirik Louis yang juga entah kenapa ikut duduk dan menatap ke arahnya setelah melirik tak suka ke arah Randall di sana. Crystal tersenyum miring ke arah Louis dan berdiri dari situ. Dirinya memikirkan sesuatu.

'Lets try.......'

********

Louis POV

Aku menatap sebal ke arah lapangan voly yang baru saja didirikan mendadak oleh para penjaga pantai milik Tuan Walker. Entah apa yang ada dipikiran cantik Sophia yang langsung saja mengiyakan ajakan Randall. Apa dia tak melihatku yang sangat ingin menonjok Randall yang selalu saja mengambil kesempatan mendekati tubuh indah kekasihku itu?

"Sabar sebentar Louis, dia hanya bermain main dengan amarahmu." Tuan Walker melirikku dari balik kacamatanya kemudian tersenyum. Aku hanya tersenyum ragu membalas senyumannya. Aku hanya bisa berteriak dalam hati.

Mana mungkin aku membiarkan si brengsek itu berdekatan dengan kekasihkuu!!

Aku menarik napas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan. Ini menyita seluruh kesabaranku. Dan apa apaan seringai dari kekasihku tadi? Apa ia sengaja mengetesku?

"Apa aku harus melakukan ini Tuan Walker? Ini agak sulit untukku." Tuan Walker tertawa spontan. Aku hanya mengernyitkan keningku. Apa ada yang salah?

"Anak muda sekarang sungguh tak bisa bersabar. Aku tau Louis, kau selalu merasa harus mengalah untuk setiap ego Sophia, hanya kali ini biarkan Sophia merasa kau yang ia butuhkan, biarkan ia menyadari bahwa egonya hanya akan merugikan dirinya, biarkan ia merasa dia perlu mempertahankan hubungan kalian dan mengesampingkan sifat keras kepalanya." Aku hanya mengangguk lemah. Benar apa yang dikatakan Tuan Walker, hanya untuk saat ini.

"Baiklah, mungkin agak sulit, tapi tak ada salahnya aku mencobanya." Tuan Walker tersenyum dan meneruskan berbaring.

"Kuberitau satu hal, Sophia bukan orang yang bisa bersabar. Dan aku yakin hal ini tak akan berlangsung lama." Aku hanya menatap Tuan Walker sebentar lalu melirik ke arah lapangan volley dan aku tak menyangka melihat Sophia yang mencuri pandang ke arahku.

"Kurasa anda benar." Aku terkikik geli. Aku sudah menangkapnya memandangku 2 kali. Wanitaku satu itu sungguh menggemaskan. Aku kembali membaringkan diri di kursi dan mengikuti Tuan Walker berjemur. Mungkin ini akan sedikit membantuku mengacuhkan wanita sexy si sana yang memakai rok selutut yang berkibar dan menguji akal sehatku.

Sebenarnya Tuan Walker yang menyuruhku untuk mengacuhkan Sophia seperti ini saat aku ke mansionnya semalam untuk bertemu dengan kekasihku itu setelah aku tak menemukannya di penginapan. Saat itu aku sungguh bingung, Cath berkata bahwa Sophia mengungsi ke tempat Grandpanya karna tak ingin bertemu denganku. Tanpa pikir panjang aku segera pergi ke mansion Tuan Walker dan di situ aku sudah dihadang oleh William dia berkata bahwa aku dilarang oleh Tuan Walker bertemu dengan Sophia, dan Tuan Walker sudah menungguku untuk berbicara 4 mata.

Sempat terpikir Tuan Walker akan memarahiku karna melukai cucu kesayangannya, tetapi sebaliknya, ia menyuruhku mengacuhkan Sophia. Ia berkata bahwa baru saja William menelpon Joe asisten pribadi Sophia untuk mengatakan semua info tentang Carroline seperlunya seperti yang sudah ia perintahkan. Tuan Walker hanya ingin cucunya tak selalu berjalan dengan egonya. Ia memperhitungkan semua dengan intuisinya. Dan ia berkata bahwa jika aku diam, maka mau tak mau Sophia yang akan maju dan meminta penjelasan jika ia menganggap hubungan denganku memang ingin deperjuangkan. Yaa kurasa ini semua masuk akal. Aku cukup hanya mengikuti alurnya saja.

Aku duduk sebentar, dan meminum juice yang diletakkan di meja sebelah kursiku. Aku melirik ke arah lapangan volly dadakan itu. Gotcha!! Aku menemukannya lagi sedang menatapku. Aku hanya tersenyum dan dia dengan gugup kembali bermain. Aku meminum Juiceku kemudian menatap birunya air pantai di depanku. Tapi tiba tiba.........

Brukk......SHIT!!

Sebuah bola menghantam kepala bagian belakangku. Aku memaki dalam hati menyumpah siapa saja yang mengenai kepalaku. Aku terdiam saat Sophia berlari kecil ke arahku.

"Kau tak apa?"

Dia sedikit membungkuk menatap kedua mataku, tapi mataku entah kenapa tak bisa menatap matanya dan dengan cepat menatap belahan dadanya yang terlihat dari jarak pandangku. Aku mengerjap saat dia melambaikan tangan di depan wajahku. Aku menyadari Tuan Walker tersenyum simpul.

"Yea, silakan ambil saja bolamu Sophia, Im OK." Aku berusaha tak tertarik melihat tubuhnya yang hanya dibalut tanktop putih dan rok selutut. Kualihkan pandangan sebisaku.

"Im not sure that U're OK!"

Aku melihat ekspresinya yang seolah mengatakan 'Kau tak boleh baik baik saja'. Entahlah, tapi dia tak juga beranjak dari hadapanku. Bahkan bola miliknya sudah tersapu air pantai dan mengambang dibawa ombak.

"Aku benar benar tak apa apa Sophia, tak lebam atau gegar otak." Aku tersenyum dan dia terlihat jengkel. Sepertinya aku sudah meraba apa maksud semua ini.

"Tapi....."

"Heeeei Sophia, setelah kau melakukan lemparan aneh ke arah Louis, kuharap kau tak melupakan kami.." Dari sana Darrell yang sepertinya menjadi teamnnya berteriak nyaring membuat Sophia menoleh sebal dan menghentak hentakkan kakinya mencari bola yang entah kemana. Aku terkikik geli.
Oh God, kenapa dirinya begitu menggemaskan??

Aku menatap wanitaku yang melempar bola ke arah mereka dan melirikku sambil mengerucutkan bibirnya. Hei bibirnya masih saja menggoda di saat seperti itu. Aku terkikik lagi dan sepertinya Tuan Walker menyadari tingkahku.

"Bukankah cucuku satu itu begitu manis." Ia tersenyum dan aku hanya mengangguk ringan setuju dan kembali berbaring. "Oh, kurasa kulit tuaku akan melepuh jika aku terus berjemur. Aku ingin melihat anak anakku yang sedang barbeque di sana." Tuan Walker beranjak dari kursinya dan menunjuk nunjuk sisi sebelah lapangan di sana lalu ditemani William berjalan ke arah itu setelah aku mengangguk mempersilakannya pergi..

Aku mulai merasa bosan. Kuputuskan berdiri dan menengok ke sana kemari mencoba mencari seseorang yang bisa kuajak bicara dan tentunya bisa menyingkirkan sepupu Sophia dan wanita wanita yang entah siapa berkeliaran di pantai ini seperti yang dilakukan Tuan Walker tadi tentunya. Sepertinya wanita wanita tersebut adalah perayu yang didatangkan Tuan Walker. Kulihat banyak sepupu Sophia sudah ada yang tak dengan pasangan awal mereka. Tapi entahlah, aku tak begitu memperhatikan.

"Excuse me, Tuan Louis, Tuan Bryan mengajak anda bergabung di tempat barbeque."

"What the Hell!!"

William sedikit kaget karna tiba tiba mendengar umpatanku. Aku juga terkejut ia muncul begitu saja disaat aku tak sengaja memandang paha halus kekasihku yang ditatap lekat pria pria brengsek di sana.

"Sorry Will, aku hanya sedang tak fokus. Baiklah, aku bergabung."
William berjalan di depanku membawaku ke kerumunan anak anak Tuan Walker, ya paman bibi Sophia. Aku berjalan dengan terus menatap ke arah lapangan volley yang hanya berjarak beberapa langkah dari tempat barbeque. Aku berhenti seketika saat kekasihku tiba tiba tersungkur jatuh di pasir putih di situ. Aku langsung menatap galak ke team lawan Sophia. Mereka terdiri dari anak putra ke 2 dan ke 4 ditambah entah siapa totalnya 5 orang. Sedangkan team wanitaku hanya dia, Darrell, si brengsek Randall dan Cath. Kurang satu orang.

"Aku bergabung ke team ini!" Aku berteriak spontan dan semua tatapan tertuju kepadaku yang sedang berjalan membantu kekasihku yang belum juga bangun dari situ.

"Tak adil! kalian jago semua, kami mau tukar pemain jika Louis masuk!" Sepertinya dia yang bernama Felice. Aku samar samar mengingat namanya.

Silakan bermimpi nona....
"Takan ada yang akan mengganti pemain di sini, Kalian pikir ini permainan anak bayi? Kau tak menghargai pemainmu sendiri untuk apa daritadi kalian bermain bersama dalam suatu team." Aku menatapnya dengan tatapan intimidasi. Mungkin ini tak akan berhasil, aku melihat dia tipe yang menyukai tantangan daripada omong kosong. "Bagaimana jika kita bertaruh?"

Aku melihat semua yang berada di lapangan sedikit terkejut. Aku hanya tersenyum karna sepertinya wanita ini sedikit terpancing. Dia tipe yang tak mau kalah sepertinya.

"Oke, Mobil Ashton Martin pesanan khusus."

Binggo, memang tipe yang tak mau kalah. Aku melirik teamku yang sepertinya tak ada yang keberatan dengan ini. Jangankan Ashton Martin, Buggati Veyronpun dengan mudah kubeli. Sepertinya Nico akan punya mobil baru, karna Henry tak menyukainya. Uncle Sean yang berada di tempat barbeque tiba tiba menghampiriku dan menepuk pundakku.

"Biar aku saja yang memasang taruhannya bro, dan kau yang harus mengalahkannya. Kau tau, aku tak suka kekalahan."

"Kau tak akan menyesal."

Kami berdua menyeringai ke arah Team Felice. Mereka merubah ekspresi mereka. Entah kenapa di mataku mereka terlihat pucat dan menggigil. Kudengar dibelakang Darrell mengatakan sesuatu.
"Well, kurasa sekarang sudah tercipta laskar pelindungmu Soph."

********

Author POV

Felice terduduk di pasir putih itu. Sungguh ini diluar perkiraannya. Louis, Darrell dan Randall ternyata sungguh jago bermain. Sedari tadi baru diketahuinya bahwa mereka tak mengeluarkan kekuatan asli mereka di permainan sebelum adanya teruhan itu. Ia dikalahkan telak setelah set ke 2 dan para anggota teamnya terlihat kesakitan karna smash tajam dari mereka bertiga. Terkadang terlihat sekali Louis mengincar tubuh anggota teamnya dan dengan kekuatan penuh mengarahkan bolanya ke bagian yang ia incar.

Team Crystal tertawa tawa senang. Kemenangan telak dengan skor terlampau jauh. Crystal memandang Felice dan tersenyum.

"Bukan salahku jika aku menang."
Felice hanya memandangnya tajam dan galak. Ia menengok ke arah kekasihnya yang tak juga membantunya berdiri. Kekasih berbeda dari yang dibawa saat pertama kali datang ke pulau ini. Dengan bantuan pria itu Felice berdiri dan melengos pergi ke arah tempat barbeque. Semua yang menonton hanya tertawa tawa melihat kekalahannya dan sikapnya yang tak mau menerima kekalahan.

"Boleh juga permainanmu bro." Darrell menepuk bahu Louis dan dirinya hanya tersenyum.

"Hanya membuat penjudi kita tak harus membayar taruhannya." Uncle Sean tertawa mendengar Louis langsung saja menyindirnya.

"Kukira aku juga ikut bermain tadi." Sophia, Cath dan Randall mendekat ke arah mereka bertiga yang masih saling memuji.

"Not at all sister, apa apaan tangan kurusmu yang payah itu? Beruntung Randall bisa mengendalikannya." Darrell selalu saja mengeluarkan kata kata tanpa berpikir dan sukses mendapat tinju tinju dari Sophia. Mereka hanya tertawa melihat tingkah mereka berdua.

"Sudahlah Soph, aku tak masalah melakukannya untukmu." Randall tersenyum dan Crystal membalasnya dengan senyum canggung. Ia melirik Louis yang memandang tempat barbeque.

"Thanks Randall.......Thank Louis." Crystal menatap ragu ke arah Louis yang hanya menengok sekilas ke arahnya.

"Youre welcome Soph." Randall membalasnya.

"My pleasure." jawab Louis singkat membuat dirinya makin gemas.
Padahal sedaritadi dirinya mencoba membuat Louis cemburu dengan terus bersama Randall tetapi hasilnya tetap saja Louis masih terlihat tak peduli padanya. Ia sungguh bingung, menurutnya dengan dirinya mengiyakan ajakan volley pantai yang tak dikuasainya ia bisa membuat Louis cemburu dan segera menghampirinya lalu menjelaskan semuanya. Bahkan tadi dirinya sampai sengaja melempar bola agar mendapat perhatian dari Louis, tetapi rencana yang menurutnya sangat bagus itu hanya lewat begitu saja tanpa respon berarti dari kekasihnya itu.

"Sophia, grandpa memanggil kita." Kami semua menengok ke arah tempat barbeque yang ditunjuk tunjuk oleh Cath.

"Ayo ke sana." Uncle Sean mengajak mereka semua bergabung karna William sudah mendekat yang sudah pasti untuk mengatakan grandpa mengajak mereka bergabung.

"Aku sangat lapaaaar." Darrell berlari dan Cath mengekor dibelakangnya. Uncle Sean menyusul dibelakang mereka berdua bersama Randall. Louis mengikuti mereka setelah itu.
Crystal masih terdiam di situ. Dirinya sungguh bingung harus bagaimana membuat Louis mau memulai berbicara padanya. Ia sungguh tak menyukai suasana seperti ini. Mereka bersama dan tak saling sapa. Crystal menggeleng. Dirinya harus mengakhiri suasana aneh seperti ini sekarang juga. Crystal berjalan cepat ke arah Louis dan menarik kaos bagian belakangnya. Membuat Louis sedikit terkejut.

"Ada apa Sophia?" Akhirnya ia mendengar teguran Louis. Suara yang ia rindukan.

"I want to talk to you. Hanya berdua saja." Crystal menatap Louis. Louis tersenyum lembut.

"Sure, kita ke tempat lain saja." Crystal mengangguk. Louis berjalan berbalik ke sebaliknya dari tempat Barbeque. Crystal mengekor dibelakangnya dengan gugup. Mereka pergi tanpa ada yang menyadari.
Louis terus berjalan menjauhi pantai. Akhirnya mereka berhenti di sebuah tempat berteduh yang ditumbuhi akar tak terawat. Louis berjalan ke pinggiran tempat itu dan bersandar di dinding yang hanya setinggi pinggangnya. Crystal berdiri agak jauh darinya. Dirinya sengaja tak ingin berdekatan dengan Louis untuk mengendalikan tubuhnya yang kadang tak sejalan dengan otaknya.
"Baiklah Sophia, apa yang ingin kau bicarakan?"

"Seharusnya kau yang bersalah, kenapa harus kau juga yang mengacuhkanku?" Louis terkikik tiba tiba, membuat Crystal mengernyitkan keningnya.

"Aku tak mengacuhkanmu baby." Louis menatap Crystal yang sedang menatapnya juga.

"Lalu apa?"

"Aku hanya ingin memberimu waktu, karna aku tahu kau tak akan mau mendengar penjelasanku jika kau tak menginginkannya. Aku menunggumu memintaku, babe." Louis mendekat ke arah Crystal. Ia ingin menatap dari dekat wanitanya yang sekarang menunduk.

"Kalau begitu ceritakanlah, katakan sejujurnya apa yang terjadi." Louis menarik Crystal berjalan ke dinding. Louis bersandar dan membawa Crystal kedalam pelukannya. Wanitanya tak menolak perlakuannya.

"Kau berjanji akan mempercayaiku?" Louis merasakan Crystal mengangguk di dadanya.

"Carroline adalah mantan kekasihku, sudah lama kami berpisah karna dia menipuku dengan menyembunyikan statusnya. Sebenarnya dia sudah berkeluarga dengan seorang anak, dan dia menyayangi keluargannya. Dan untuk memajukan karir modelingnya dan mendapatkan uang, ia berkencan denganku yang saat itu memang sedang jatuh cinta padanya." Louis merasa sesak mengingat hal itu, tetapi tiba tiba Crystal menggeliat dipelukannya dan membalas pelukannya seakan kekasihnya itu tau bahwa dirinya berat menceritakan hal itu.

"Kau memang bodoh Lou." Crystal menggumam dan Louis mendengarnya dengan jelas. Ia hanya terkikik.

"Ia terus memanfaatkanku, sampai suatu hari aku menyuruh Nico untuk mencari tau tentang dirinya setelah banyak berita miring yang disampaikan sahabat sahabatku tentangnya dan terbongkarlah semua. Akhirnya kami berpisah dan dia sangat menyesal karna menipuku. Aku tau dia hanya tak tau harus bagaimana." Louis mengecup ubun ubun Crystal.

"Lalu bagaimana dengan kau yang berpelukan dengannya di kamarmu?"

"Anaknya kritis dan harus segera dilakukan operasi tetapi Carroll tak bisa melunasi tagihan yang diberikan rumahsakit karna dia menginginkan dokter team terbaik, Itulah alasan ia meminta tolong padaku pagi itu. Dan dia mengucapkan terimakasih dengan memelukku....."

"Dan aku datang." Crystal menengadah memandang Louis. Louis menunduk dan tersenyum lembut.

"Semua itu masuk akal jika kau memang mencintaiku maka kau akan merasa cemburu. Aku memahaminya baby." Louis tersenyum dan mencium bibir kekasihnya sekilas, menyecap rasa yang dirindukannya. "Aku senang kau mau mendengar penjelasanku."

"Maafkan aku Louis, aku meragukan perasaanmu. Aku menyesal." Louis tersenyum dan menjilat bibir bawa Crystal yang sedari tadi mengganggunya.

"Kita berdua salah baby, aku juga meminta maaf." Crystal tersenyum dan mengecup bibir Louis gemas. Menginginkan semua rasa yang dirindukannya dari tubuh kekasihnya itu. Louis juga tak ingin kalah, ia memperdalam ciumannya membuat Crystal menggerakan tubuhnya mencari kenikmatan untuknya sendiri.

"Baby, kau tak bermaksud menggodakukan? Tolong hentikan gesekanmu di sana." Bisik Louis frustasi. Jika ini bukan ruangan terbuka pasti Louis pasti sudah melucuti satu persatu pakaian Crystal karna ia terus menggesek milik Louis yang tentu saja membuatnya tegang seketika.

"I miss U Louis." Crystal tersenyum dan menggigit bibir bawahnya sensual lalu mengerling nakal membuat Louis meremas pantat Crystal gemas. Tujuannya memang menggoda kekasihnya itu.

"Kau yang memulai baby." Louis langsung mengangkat tubuh Crystal dan menggendongnya bridal Style. Crystal terkejut.

"Sayang, kau mungkin lupa, grandpa mengajak kita barbeque." Crystal menatap Louis dengan tatapan ngeri.Ia menyadari kesalahannya dengan membangkitkan napsu Louis yang sepertinya sudah di ubun ubun. Sepertinya tiada ampun untuk dirinya di atas ranjang.

"Mungkin aku akan menyampaikan maaf kepada Tuan Walker karna tak bisa bergabung." Louis mengerling nakal dan membawa Crystal pergi dengan tertawa tawa karna memandang wajah kekasihnya yang berekspresi seperti hewan buruan yang tertangkap predator.

"Louuuuuuis..."

********

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 15K 37
Warning 18+++ Mengandung kata-kata vulgar! "Tutupi payudara kamu dengan blazer aku ga suka kalau pria-pria itu menatap sesuka hati ke payudara kamu...
10.7K 74 15
[21+] (SUDAH TERBIT DI GOOGLE PLAY STORE) Kisah cinta penuh lika-liku Adam Ford dan Angelina Wilson itu berawal dari jebakan sang CEO dingin yang men...
2.6M 39.6K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
3M 50.3K 24
Aaron Mattew Hernandez Seorang pria matang berusia 30 tahun yang sudah memiliki istri. Meskipun begitu, pria yang menjabat sebagai CEO di perusahaan...