Arwah

By QueenBeEva

10.6K 781 137

Di penuhi teori-teori rumit, pakai otak dan akalmu untuk membaca dan memecahkan teka-teki cerita ini. "Dia m... More

0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
8%
9%
10%
11%
12%
13%
14%
15%
16%
17%
18%
19%
20%
21%
22%
23%
24%
25%

7%

381 34 0
By QueenBeEva

Semakin dekat dengan ajal.
Kematian akan datang bersama dengan hembusan angin.
Tak ada tipuan lagi.
Semuanya sama.
Berakhir tragis.
Arwah.
__________

Semua semakin terungkap, seiring berjalannya waktu. Waktu terus berjalan, tidak akan berhenti. Pasha mengalami trauma mental setelah kejadian beberapa hari lalu, membuatnya harus berhenti sekolah selama berhari-hari.

Aurel, tidak terjadi apapun dengan Aurel. Tetap sama, seperti biasanya.

"Sialan kampret, apasih mau lo?" Cerca Aurel kepada Dirga.

Sejak Pasha mulai berhenti sekolah, Dirga mulai dekat dengan Aurel.

Lebih tepatnya dekat karena Dirga yang bertanya keadaan Pasha, bagaimana kondisinya, dan apa dia sudah bisa kembali sekolah?

"Gue cuma mau tau keadaan si Pasha doang, heran sirik banget lo sama gue, Rel." Ujar Dirga seraya mengeruput es teh nya, dan menghabiskannya.

"Udah sana lo pergi, ganggu." Usir Aurel, Dirga memang dekat dengannya, tapi ia tidak nyaman.

Entahlah.

Aurel pikir Dirga adalah lelaki yang baik, namun hatinya berkata yang sebaliknya, entah kenapa itu.

Bukannya Dirga sudah menolongnya?

"Va, lo kemana?" Tanya Aurel, membayangkan wajah gadis itu.

Gadis konyol yang membuat hari-harinya penuh dengan tawa, melatihnya untuk sabar, sekaligus teman curhat yang baik.

"Lo kemana? Gue kangen, lo pasti balik kan?" Senyum Aurel terulas di wajahnya, ia mulai melangkah menuju kelas. Satu air mata tuntas terjatuh dari kelopak matanya.

Kemana Eva?

Dimana dia?

"Gue disini rel, ngeliat lo tanpa bisa nyentuh lo. Ngeliat gimana Pasha menderita di rumahnya, ngeliat semuanya dalam diam. Gue gayakin gue bisa balik, tapi.. Gue usahakan gue balik."

Merasakan sesuatu, Aurel berbalik ke arah belakang.

Nihil, lagi-lagi Aurel menghayal.

Aurel selalu merasa Eva ada di dekatnya, tapi dia tidak bisa melihatnya.

Aurel tersenyum, "Gue yakin lo bakal balik, va."

***

"Ingha, sini." Panggil seorang pria dengan wajah yang sedikit keriput dengan rambut yang sudah beruban.

"Iya yah? Kenapa?" Gadis remaja itu mendekati ayahnya, tersenyum manis sambil duduk di sebelah ayahnya. Hari adalah hari ulang tahunnya yang ke 13.

"Selamat ulang tahun sayang, semoga kamu jadi anak yang pintar di sekolah." Ucap pria itu sambil memeluk erat anaknya, gadis itu membalas pelukan hangat ayahnya itu. Tersenyum, lalu mencium pipi ayahnya lembut.

"Makasi ayah."

Ingha membuka matanya, cukup untuk membayangkan ayahnya kali ini.

Ingha rindu ayahnya, sangat rindu.

Tetapi, ia begitu benci dengan ayahnya sendiri. Lebih tepatnya dengan apa yang di lakukan ayahnya.

Ayahnya tidak bekerja, ia menggunakan ilmu hitam untuk mendapatkan uang.

Benci, ia benci hal itu.

Tetapi itu juga adalah salahnya, dia saat itu setuju dengan apa yang ayahnya lakukan.

Ingha benci keputusannya hingga ia kehilangan sahabat terbaiknya. Ia menyesali semuanya.

Perlahan ia duduk bersandar dengan tembok rumahnya, menekuk lututnya kemudian ia peluk untuk menutupi wajahnya.

Berusaha menahan tangis yang akan keluar, "Maaf."

Isakan Ingha terdengar sampai ke seluruh kamarnya. Air matanya berlomba turun membasahi seluruh pipi nya.

"Ingha?" Air mata Ingha tetap turun meski ia mendengar suara gadis memanggilnya, tidak peduli untuk saat ini.

"Ingha? Tolong gue." Pinta Gadis itu sekali lagi.

"Apa lo juga gabisa liat gue ngha?" Tanyanya.

Ingha diam, merasa mengenal suara gadis yang berusan memanggilnya.

Ingha menoleh ke arah suara gadis itu, kaget melihat Eva yang tiba-tiba ada di hadapannya.

Ingha menghapus jejak air matanya cepat, berdiri kemudian menatap Eva lekat-lekat.

"Lo bisa liat gue?" Tanya Eva sambil menunjuk dirinya, Ingha mengangguk.

Diam untuk beberapa saat, Ingha seketika membulatkan matanya, mundur perlahan seraya menutup mulutnya kaget ketika mengingat sesuatu.

"Ngha, lo kenapa?" Tanya Eva yang berjalan mendekati Ingha.

Ingha menggeleng, "Nggak mungkin ini.." Katanya seakan tidak percaya.

"Ingha tolong gue, kenapa gaada yang bisa liat gue ngha? Kenapa? Gue gainget apa-apa dan kenapa gue bisa gini."

Eva menunduk, mengepalkan tangannya, menahan emosi, semuanya ia tahan sejak beberapa hari yang lalu sampai saat ini.

Ingha tidak menjawab pertanyaan Eva, ia hanya diam menutup matanya. Eva semakin emosi, tetapi ia menepis rasa emosi itu jauh-jauh. Eva tau dia sedang dalam bahaya, walau ia tak tahu bahaya apa yang mengancamnya.

"Va, kamu mau dengerin cerita aku?" Kata pertama Ingha untuk Eva, Eva mengangguk mau.

"Apa?"

Pagi itu ruangan kelas IX-B tampak riuh, semuanya membicarakan tentang hari dimana Sekolah akan mengadakan kunjungan ke Sekolah Menengah lain. Ada yang mengeluh, ada yang bersemangat, ada yang berteriak tidak mau, ada juga yang biasa-biasa saja.

"Sel, kamu mau bareng siapa buat kesana?" Tanya Ingha dengan menggigit bibir bawahnya, ia tidak tahu mau bareng dengan siapa. Ia pun berani bertanya pada Selna walau ia tau Selna akan menjawab dia akan bersama Dirga.

"Sama Dirga." Sudah Ingha duga, Ingha tersenyum paksa, "Oh iya ehe, ak-"

"Eh Ingha, Dirga udah di depan, aku kesana ya?" Ujar Selna seraya melambaikan tangannya, Ingha pun menjawab dengan lambaian tangan juga.

Semua siswi sudah hampir memiliki pasangan untuk diajak kunjungan, hanya tersisa Ingha dan Gita. Ingha mencoba mendekati Gita, berharap Gita belum memiliki pasangan.

"Git, kamu udah punya pasangan?"

Pertanyaan Ingha membuat Gita menoleh, "Gue ga ikut."

"Lah kenapa? Sama aku yuk, aku belum ada pasangan." Ajak Ingha.

Gita tetap tidak mau, ia menggelengkan kepalanya. "Ah yuk, masa ga mau? Ih gitt." Paksa Ingha, akhirnya Gita mengiyakan Ingha dan berpasangan dengan Ingha untuk kunjungan itu.

Ingha benar-benar senang dapat berkunjung ke Sekolah Menengah lainnya, ia belum pernah keluar kecuali bersekolah dan bermain ke rumah Selna.

"Ih Gita, liat itu. Bagus kan?" Ucap Ingha sambil menunjuk-nunjuk sebuah pohon yang tinggi dan rindang.

Langkah Ingha tiba-tiba terhenti membuat Gita menoleh ke arah belakang, "Kenapa? Kok tiba-tiba diem?" Gita sedikit khawatir melihat perubahan wajah Ingha yang mulanya senang berubah takut.

"I-itu, di-disana ada.." Kata Ingha terbata-bata, Gita menoleh ke arah dimana Ingha melihat sesuatu.

Tak ada apapun dan kemudian Gita berbalik menatap Ingha lagi, "Apa?"

Mata Gita membulat, ia melihat sosok wanita berbaju putih, rambut yang sedikit panjang berdiri di belakang Ingha berniat mencekek leher Ingha.

"INGHAAAA!" Karena panik, Gita segera berlari ke arah Ingha.

Dan semuanya terjadi, Gita menghilang dari hadapan Ingha. Ia tidak bisa merasakan Gita lagi di hadapannya.

"Sama kayak kamu va." Terang Ingha pelan, ia masih sedikit kaget karena kejadian ini terulang kembali.

"Jadi gue.." Eva mundur beberapa langkah, terlalu kaget.

Apa ini?

Apa yang terjadi padanya?

Ingha yang tau Eva mulai panik langsung menggandeng tangan Eva, "Kamu nyelamatin Aurel va, yang bisa nyelamatin kamu sekarang juga cuma Aurel."

"Berarti gue, nggak. NGGAK!" Mata Eva terlihat berkaca-kaca. Perasaannya bercampur aduk, namun emosi dan rasa sedihnya lebih dominan.

"Va, va. Aurel bisa bantu kamu va!" Ingha mencoba menenangkan, Eva berbeda kali ini.

Kemana Eva yang ceria?

Kemana Eva yang selalu bahagia?

Eva sontak berbicara lagi dengan nada yang sedikit marah bercampur kecewa, "AUREL GA KAYA LO YANG BISA LIAT HANTU, AUREL GABISA LIAT GUE. GIMANA DIA MAU BANTU GUE, NGHA?!" Teriak Eva penuh emosi, ia menutup matanya, menghapus air mata yang ingin turun.

Ia takut, takut tidak akan bisa kembali ke dunia ini lagi.

Ia masih sayang dengan teman-temannya, apa ia harus hidup dalam kekosongan tanpa ada yang bisa melihat dirinya?

"Gue gamau mati ngha, gue masih pengen hidup." Tangis Eva pecah kali ini, baru kali ini ia merasa tidak berguna, bagaimana ia bisa membahagiakan teman-temannya jika ia dalam keadaan begini?

Ingha diam, ia tau perasaan Eva.

Karena kesalahannya, banyak orang yang harus menderita.

Karena keserakahannya banyak orang yang harus bisa mengikhlaskan.

Karena dia juga Selna harus kehilangan nyawa untuk selamanya.

TO BE CONTINUED

Note :

Pendapat kalian tentang bab ini gimana? Teorinya semakin terjawab kan? :)

Ps :

Jangan lupa vote ya, komen juga. Share ke temen-temen kalian pecinta horror ya :)

Salam manis^^
QueenBeEva🐸🖖

Continue Reading

You'll Also Like

214K 26.8K 48
Kumpulan cerpen dan mini cerbung, bedasarkan kisah nyata yang dimodifikasi ulang. Dikemas menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Dengan s...
20.8K 4.3K 53
[Mantra Coffee : Next Generation Season 2] Halaman terakhir sudah penuh terisi dan ditutup oleh sebuah titik, tetapi sejatinya selalu ada awal baru d...
7.7K 287 33
•BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA• Setelah meninggalkan tempat dirinya di lahirkan, Erlang pergi nge-kost. Tidak di sangka juga, Tetangga nya adala...
270K 28.9K 47
Gilang dan Alby harus menghadapi kemarahan dari Anggota Sekte, setelah kematian Pak Ryan. Baca - Ellea dan Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi, sebelum me...