Fate : A Journey of The Blood...

By monochrome_shana404

18.3K 3.1K 4.3K

18+ for violence, blood, and strong language [Action, Drama, Science Fiction] Takdir ibarat seperti langit. J... More

(Bukan) Kata Pengantar
PENGUMUMAN PENTING!!
Prologue
Act I : White Rose
Chapter 1.1 [1/2]
Chapter 1.1 [2/2]
Chapter 1.2 [1/2]
Chapter 1.2 [2/2]
Chapter 1.3 [1/2]
Chapter 1.3 [2/2]
Chapter 1.4
Chapter 1.5
Chapter 1.6
Chapter 1.7
Chapter 1.7.5
Chapter 1.8
Chapter 1.9
Chapter 1.9.5
Chapter 1.10 [1/2]
Chapter 1.10 [2/2]
Chapter 1.11
Chapter 1.12
Chapter 1.12.5
Chapter 1.13
Chapter 1.14 [1/2]
Chapter 1.14 [2/2]
Chapter 1.15 [1/2]
Chapter 1.15 [2/2]
[FILE_CAST(S)_Fate:AJoTBR(0)]
Act II : Bloody Rain
Chapter 2.1
Chapter 2.2
Chapter 2.3
Chapter 2.4
Chapter 2.4.5
Chapter 2.5
Chapter 2.5.5
Chapter 2.6 [1/2]
Chapter 2.6 [2/2]
Chapter 2.7
Chapter 2.8
Chapter 2.9
Chapter 2.10
Chapter 2.10.5
Chapter 2.11 [1/2]
Chapter 2.11 [2/2]
Chapter 2.12
Chapter 2.12 [EX]
[FILE_CAST(S)_Fate:AJoTBR(1)]
Act III : The Dark Garden
Chapter 3.1
Chapter 3.2
Chapter 3.2.5
Chapter 3.3
Chapter 3.4
Chapter 3.4 [EX]
Chapter 3.5
Chapter 3.5.5
Chapter 3.5.5 [EX]
Chapter 3.6
Chapter 3.6 [EX]
Chapter 3.6.5
Chapter 3.7
Chapter 3.8
Chapter 3.9
Chapter 3.10
Chapter 3.10 [EX]
Chapter 3.11
Chapter 3.12
Chapter 3.12 [EX]
Chapter 3.12.5
Chapter 3.12.5 [EX] [1/2]
Chapter 3.12.5 [EX] [2/2]
Chapter 3.13
Chapter 3.13.5
Chapter 3.14 [1/2]
Chapter 3.14 [2/2]
Chapter 3.14.5
Chapter 3.14.5 [EX]
Chapter 3.15
Epilogue
(Mungkin bisa dibilang) Akhir Kata

Chapter 1.13.5

117 35 51
By monochrome_shana404

Waktu terasa bergerak lebih lambat ketika musim dingin. Meski hari libur hampir dekat, masih banyak yang beraktivitas. Masyarakat tampak enggan bermalas-malasan. Pasalnya hal ini juga terjadi di gedung pusat BM Corp. yang bertempatan di Anadyr, Rusia.

Langkah demi langkah menciptakan jejak basah di atas trotoar tepat di antara salju yang menimpa tanah. Napas hangat yang dihembuskan berulang kali menciptakan uap ketika bersentuhan dengan udara dingin yang menurunkan salju.

"Terima kasih sudah mau datang, Nona Alford." Begitu pada akhirnya Sergei bertutur. "Padahal tidak masalah jika kau datang ketika musim semi."

"Akan lebih baik jika saya mengurus segalanya secepat mungkin," sahut Kirika. "Tidak ada yang tahu kapan waktu akan berhenti berputar."

Lantas sepasang manik biru pudar itu melirik wanita di sampingnya. Berakhir ia tarik ujung bibirnya yang bersembunyi di balik syal biru yang cukup kontras dengan warna mantel tebal yang ia kenakan. Tak lama ia berpaling kepada jalanan yang hampir tak tampak oleh karena hawa dingin menciptakan kabut es.

Kala itu langkah mereka terhenti tepat di depan gerbang. Barulah tampak sebuah mobil menghampiri. Segeralah Kirika berpamitan kepada Sergei sebelum berlalu.

"Sampai berjumpa lagi, Nona Alford," celetuk Sergei sekali lagi sebelum Kirika menarik knop pintu mobil. Wanita yang tengah ia ajak bicara bahkan menyempatkan diri untuk menoleh. "Berhati-hatilah dengan tiap langkahmu. Tidak ada yang dapat memprediksi kapan kita akan terpeleset atau bahkan tersungkur karena jalanan yang licin."

Yang menerima petuah tersenyum tipis. Kemudian ia menganggukkan kepala sebelum undur diri.

~*~*~*~*~

Langkah memburu kecil nyaris tak bersuara melenggang di koridor yang dihuni beberapa orang di tiap sisi, pula dengan jarak yang berbeda. Sementara sang empunya baru saja sampai kembali di laboratorium elektronika dan beralih begitu cepat menuju bagan robotika.

Terengah-engah dirinya, tetapi masih Aoi kerahkan seluruh tenaga agar sampai kepada kerumunan untuk kembali bergabung menyelesaikan diskusi. Pada akhirnya Nina sukses mendapatkan napas lega mendapati Aoi sampai pada tepat waktu.

"Kau datang tepat pada waktunya," bisik Nina. "Kami baru saja membahas beberapa ide tambahan."

"Apa?"

"Profesor Alford mendapatkan ide mengenai program air mata."

Segera Aoi memecah fokus. Sembari mendengarkan Aleah tengah menjelaskan diagram alir yang ia gambar, Aoi akan berbisik mengantarkan tanya kepada Nina jika diperlukan.

Orang yang tengah berdiri saat ini amat sangat cepat tanggap mengenai hal yang melibatkan diri dan bagannya. Begitu Aoi memercayakan perihal mengenai Aleah dalam hati. Aoi sendiri merasa iri hati kepada Aleah mengingat usia profesor itu hampir setara dengan Silvis. Namun haus akan ilmu di dalam diri Aleah tak pernah pudar.

Barangkali kecantikan yang dimiliki Profesor Alford merupakan sebuah hadiah atas kerja keras yang ia lakukan.

Diam-diam Aoi menghela napas. Tantangan ini cukup sulit, tetapi ia begitu menikmati kala ia harus bekerja. Sekali lagi manik obsidian itu menerawang kepada hologram yang tengah menampilkan cara kelenjar mata bekerja.

"Kurasa tidak ada salahnya jika kita diharuskan untuk menciptakan hal ini," celetuk Aoi, setengah berbisik kepada Nina. "Sebisa mungkin kita harus menyembunyikan identitas Akira sebagai android sehingga lebih memudahkan dirinya melindungi Madam."

Nina mengangguk setuju. Namun demikian, maniknya serupa dengan milik Aoi yang masih tertuju pada penjelasan Aleah. "Sesuai dengan tujuan kita, tentu saja."

"Lagipula programnya gampang." Sebuah suara berceletuk nyaris saja membuat Aoi melatah terang-terangan. Dia sama sekali tidak menyadari Edward berada di sampingnya. "Dorongan emosi yang muncul dari program Akira akan membuat air mata menetes dari kelopak matanya. Dan ... kita butuh sesuatu—barangkali zat kimia atau yang serupa dengan kelenjar air mata buatan—untuk mengubah darah menjadi air mata."

Dengan bangga, tak lupa Edward menoleh sembari tersenyum bersama giginya yang ditampakkan. "Bagaimana?"

Kedua orang yang mendengar dirinya melirik tak percaya. Aoi bahkan menyempatkan diri menoleh sedikit kepada Nina, seolah perbuatannya itu bisa menciptakan sinyal telepati.

"Kalian tidak percaya padaku?!" desis Edward.

"Bukan begitu." Aoi yang menjawab selagi ia menoleh. "Hanya saja ... aku tak menyangka kau bisa lebih pintar soal ini."

Sementara Nina mengangguk mengiyakan. Sukses mereka membuat Edward bersungut-sungut. Berakhir kembalilah fokus mereka masing-masing tepat setelah Daniel mendesis tajam di samping Edward.

"Tapi aku berharap kita bisa menyelesaikannya sebelum natal," celetuk Edward tak lama.

Tentu perkataannya mengundang Aoi menoleh. Dia tidak mendapatkan wajah Edward atau pun manik yang tertuju padanya. Namun, Aoi paham betul ia tengah mengajak Aoi berbicara. Kontan Edward juga sempat mengedikkan bahu.

"Meskipun Ibu bilang tak masalah ... bukan berarti itu benar-benar tak masalah, 'kan?" lanjutnya. "Begini-begini aku paham kode wanita."

Menggunakan punggung Aoi sebagai penutup aksinya, Nina segera melemparkan bola kertas sembari terkekeh karena Edward. Jika saja pria muda itu tidak dapat menahan diri, barangkali ia sudah mengaduh cukup keras. Pasti akan sangat manjur untuk menjeda diskusi.

Di samping Nina, Aoi memangku dagu sembari mendengkus menahan tawa. Namun tak lama mereka kembali memfokuskan diri tepat setelah Eleonor menegur mereka dengan tatapan tajam. Daniel sendiri lebih dulu membuang muka, seolah berpura-pura tidak mengetahui apa pun.

Ketahuilah, jauh di dalam dirinya dia tengah mati-matian untuk tidak meledakkan tawa.

Diam-diam Aoi berbicara kepada hati sendiri selagi maniknya mulai beredar kepada seseorang yang tengah bertanya pada Aleah. Tapi suara mereka perlahan memudar oleh sebab fokus yang pecah.

Ya, mereka benar-benar harus menyelesaikan ini secepatnya.

~*~*~*~*~

Silikon yang digunakan di beberapa percobaan sebelumnya diduga memang tidak begitu tahan dengan tekanan yang besar. Oleh karenanya, setelah memilih silikon kembali, mereka mengulang perhitungan berapa banyak air yang cukup untuk dimasukkan ke dalam silikon. Juga Edward diberitahukan untuk memperhitungkan tempo detak jantung dengan sangat hati-hati.

Adam kali ini dibantu oleh Daniel dalam mengerjakan program, sesuai dengan arahan Edward. Cukup takjub si pemuda membaca rencana sang kakak. Setidaknya seusai program ini selesai, dia akan beristirahat lebih cepat dari biasanya. Tentu saja ... jika diizinkan.

Kembali Aoi diharuskan mondar-mandir antara laboratorium robotika dan biogenik. Bahkan kalau perlu, dia akan bermalam di laboratorium biogenik bersama Edward. Mereka di sana selama lima hari. Dengan hasil perhitungan yang dirasa cukup, mereka akan melakukan peragaan lebih hati-hati sebelum beralih kembali ke laboratorium robotika.

Mereka memasuki laboratorium elektronika yang sudah senggang penghuni. Beberapa di antara pekerja yang hendak lewat memilih menyingkir untuk memberi jalan, tak sedikit di antara mereka memberikan semangat atau barangkali sedikit tambahan tenaga agar mereka sampai lebih cepat.

Sesampainya di sana, sementara beberapa tenaga dari bagan elektronika sudah menyingkir dari tempat sesudah mereka mengucapkan terima kasih. Lantas Nina yang baru saja mengirimkan laporan hasil pekerjaan terakhir segera menoleh dan menghampiri.

"Akhirnya kau datang," kata Nina seraya menyambar Aoi dengan menggenggam kedua siku sang kakak. "Kami menganggur terlalu lama di sini. Adam sudah menyelesaikan programnya, lengkap seperti laporan tempo detak jantung yang diberikan."

"Kau tampak terlihat positif sekali dengan programnya," kata Aoi. "Kita akan mulai percobaan besok. Kalau bisa jantung mampu menyesuaikan diri dengan tiga sampai lima emosi."

Tersadar akan keberadaan Adam yang nihil, Aoi mengedarkan pandangan. Segera ia menoleh kembali ke Nina.

"Mereka sudah tidur lebih dulu. Tampaknya Daniel juga kelelahan karena harus lebih teliti memeriksa kesalahan program." Begitu Nina menjawab.

"Semoga besok mereka bangun dengan kondisi prima." Kali ini Edward menyahut. "Maukah kalian membantu kami sebelum beristirahat?"

Kedua wanita itu menyanggupi.

Kembalilah mereka menyusun sistem peredaran darah tiruan di ruang tes. Setelahnya Aoi menyempatkan diri untuk memeriksa perubahan pelapis kerangka dan bagian-bagian yang diubah. Nina pasti selalu mengisi baterai Akira jika diperlukan, mengingat pengontrol suhu ruangan lebih sering dinonaktifkan pada saat tertentu. Meski begitu bagian-bagian tubuh Akira masih aman di dalam inkubator yang dirancang khusus menjaga kehangatan android.

Esok hari, mereka kembali bekerja. Ruang kontrol sudah siap untuk memantau. Sementara mereka yang berada di ruang tes masih menyibukkan diri untuk memeriksa pembuluh secara berulang. Sembari berfokus pada puluhan pengatup selang, Edward dan Daniel juga tengah menyusun alat yang berguna sebagai reseptor di beberapa bagian pada manekin.

Aoi akan menjadi pengecek bagian yang diperlukan. Anggota yang telah usai akan menyingkir dan melaporkan apa yang sudah ia kerjakan. Butuh satu jam agar mereka yakin dengan pemasangan pembuluh dan sejumlah alat yang diperlukan agar mampu tersambung ke komputer.

Di depan komputer yang terletak di sudut, Adam memerhatikan dari kejauhan. Dia akan memantau kegagalan atau kesuksesan kabel yang dihubungkan. Biasanya dia akan berteriak jika di antara kabel-kabel itu dirasa tidak pas.

Sementara Nina bersama Eleonor kembali memeriksa keadaan ruang kontrol. Kala Aleah menoleh pada sahabatnya, Eleonor mengangguk paham. Selagi demikian, ia mendapati Nina yang mengembuskan napas. Lekas ia merangkul Nina sejenak guna menghilangkan rasa gundah.

"Adam, mulai aktifkan hubungan emosi dengan detak jantung dalam keadaan normal," perintah Eleonor melalui speaker.

Adam segera memproses program. Hati-hati jemarinya melangkah di atas keyboard, selagi maniknya membaca program. Seusai ia selesai memastikan, Adam menoleh ikut memerhatikan jantung.

Semua orang menunggu jantung yang sama sekali belum berkontraksi. Jari-jari yang Aoi satukan bersamaan mulai saling mengikat erat-erat. Dalam hati, sang empunya berdoa penuh harap.

Secepat kilat jantung tiruan mulai berkontraksi, berdenyut dengan tempo normal. Daniel lantas menghirup udara sepanjang mungkin tepat oleh sebab terlalu lama menahan napas. Edward di sampingnya masih memandang awas, sempat-sempatnya menelan ludah.

Jantung tiruan mulai memompa air mengikuti tempo. Dari bagian arteri, air mulai tersalurkan seluruh bagian pembuluh. Pun, kembali ke bagian vena.

Setelah beberapa detik, para pemeriksa segera melaporkan keadaan. Sisanya akan mencatat perubahan denyut jantung.

"Sistem otomatis dari reseptor sudah dijalankan." Adam mengumumkan. "Kak Edward, mohon sentuh salah satu bagian manekin untuk pemeriksaan perubahan kecil dari denyut jantung."

Atas titah Eleonor, akhirnya Edward melangkah menuju manekin lebih dekat. Dia menyentuh lengan manekin, memandangi sedikit perubahan dari jantung tiruan. Tampak seperti lonjakan, tetapi tidak begitu besar dan tak begitu kasat dari kejauhan.

"Profesor, terjadi perubahan 0.2 kali dalam 487 milisekon," lapor Adam kemudian.

Kontan Eleonor memerintahkan Edward untuk menyentuh beberapa kali setelah beberapa detik. Hasilnya berbeda-beda, sesuai kapan Edward akan menyentuhnya.

"Adam, proses beberapa emosi secara manual," titah Eleonor kemudian. Dia melanjutkan dengan gumaman yang tak didengar oleh siapa pun, "Kuharap ini yang terakhir."

Adam menurut. Setelah kode hormon yang menjalankan emosi kemarahan diluncurkan. Mulailah jantung berdetak sedikit memburu. Hal ini serupa dengan kode lain yang menjalankan kecemasan dan ketakutan. Meski demikian tetap terlihat berbeda.

Emosi bahagia melancarkan detak jantung yang nyaris saja serupa dengan keadaan normal, hanya saja terlonjak sedikit lebih cepat. Kala itu Aoi mendengkus sembari menyembunyikan tawa, membayangkan apa jadinya jika Akira mengalami euforia.

Akhirnya mereka mengakhiri percobaan. Perasaan lega bercampur bahagia meledak dengan mereka yang tanpa segan memekik bagai orang yang baru saja merdeka. Belum lagi Edward tak berhenti menari bahagia, sempat-sempatnya mengajak Daniel melakukan salam tapak kaki. Bahkan Nina tak dapat menahan diri untuk tidak meneteskan air mata penuh bahagia.

Lelah mereka terbayar sudah.

Beberapa hari mereka sengaja meliburkan diri sebelum berakhir memasukkan sistem peredaran darah tiruan ke tubuh Akira yang terbilang cukup lama dibiarkan terbongkar di inkubator penghangatnya.

Cukup sulit untuk memasukkan pembuluh darah sebab kerangka luar Akira jelas berbeda dengan manekin transparan. Mereka sebelumnya telah mengisi darah palsu ke jantung tiruan dan segera menyusun pembuluh darah. Sementara Adam sudah mulai menambahkan chip baru bersama dengan Edward dan Daniel.

Mereka mengerjakannya kembali dengan sukacita. Seolah kemudian waktu berjalan singkat di tengah musim dingin.

Empat hari sebelum natal, Akira diselesaikan. Rupanya tetap sama, tampak semakin sempurna dengan beberapa selang silikon yang menonjol di sekitar tangan. Ada beberapa bagian kulit yang mesti dilapis lebih tebal karena selang terutama di bagian wajah.

Baru saja Aoi menuruni bangku seusai ia merapikan rambut Akira. Sedikit ia menengadah, memandang wajah teduh Akira lengkap dengan lensa yang masih terpejam.

"Sempurna," ujar Aoi.

Selamat datang kembali ... Akira.

Continue Reading

You'll Also Like

156K 9.5K 13
"There was only me, before. There was only me so I never even knew what does lonely means. But then you came around with your own way, built a bridge...
138K 10.3K 37
PENGUMUMAN BUAT PEMBACA Untuk US Series 1. Games of Love (Aryan Mahavindra/Delta Mahadewa)sebagai pimpinan Divisi Delta SUDAH DIBUKUKAN 2. Eternal Lo...
19.5K 5.1K 81
Ketika seluruh negeri menyembunyikan kebenarannya, sejarah akan ditulis oleh mereka yang merasa menang. "Bisa-bisanya ratusan tahun orang-orang terbo...
4.8K 1.5K 23
It's a cliche story: si cewek bertemu si cowok di sebuah pesta. Si cewek mempermalukan si cowok yang ternyata merupakan berandalan terkenal di sekola...