Fate : A Journey of The Blood...

By monochrome_shana404

18.2K 3.1K 4.3K

18+ for violence, blood, and strong language [Action, Drama, Science Fiction] Takdir ibarat seperti langit. J... More

(Bukan) Kata Pengantar
PENGUMUMAN PENTING!!
Prologue
Act I : White Rose
Chapter 1.1 [1/2]
Chapter 1.1 [2/2]
Chapter 1.2 [1/2]
Chapter 1.2 [2/2]
Chapter 1.3 [1/2]
Chapter 1.3 [2/2]
Chapter 1.4
Chapter 1.5
Chapter 1.6
Chapter 1.7
Chapter 1.7.5
Chapter 1.8
Chapter 1.9
Chapter 1.9.5
Chapter 1.10 [1/2]
Chapter 1.10 [2/2]
Chapter 1.12
Chapter 1.12.5
Chapter 1.13
Chapter 1.13.5
Chapter 1.14 [1/2]
Chapter 1.14 [2/2]
Chapter 1.15 [1/2]
Chapter 1.15 [2/2]
[FILE_CAST(S)_Fate:AJoTBR(0)]
Act II : Bloody Rain
Chapter 2.1
Chapter 2.2
Chapter 2.3
Chapter 2.4
Chapter 2.4.5
Chapter 2.5
Chapter 2.5.5
Chapter 2.6 [1/2]
Chapter 2.6 [2/2]
Chapter 2.7
Chapter 2.8
Chapter 2.9
Chapter 2.10
Chapter 2.10.5
Chapter 2.11 [1/2]
Chapter 2.11 [2/2]
Chapter 2.12
Chapter 2.12 [EX]
[FILE_CAST(S)_Fate:AJoTBR(1)]
Act III : The Dark Garden
Chapter 3.1
Chapter 3.2
Chapter 3.2.5
Chapter 3.3
Chapter 3.4
Chapter 3.4 [EX]
Chapter 3.5
Chapter 3.5.5
Chapter 3.5.5 [EX]
Chapter 3.6
Chapter 3.6 [EX]
Chapter 3.6.5
Chapter 3.7
Chapter 3.8
Chapter 3.9
Chapter 3.10
Chapter 3.10 [EX]
Chapter 3.11
Chapter 3.12
Chapter 3.12 [EX]
Chapter 3.12.5
Chapter 3.12.5 [EX] [1/2]
Chapter 3.12.5 [EX] [2/2]
Chapter 3.13
Chapter 3.13.5
Chapter 3.14 [1/2]
Chapter 3.14 [2/2]
Chapter 3.14.5
Chapter 3.14.5 [EX]
Chapter 3.15
Epilogue
(Mungkin bisa dibilang) Akhir Kata

Chapter 1.11

148 37 69
By monochrome_shana404

Desain Aoi resmi diterima oleh Eleonor setelah beberapa kali diskusi. Ada pun beberapa perombakan dari perancangan yang disetujui Aoi beberapa hari kemudian.

Sementara Adam juga telah memulai mengumpulkan sejumlah dokumentasi sebagai referensi, seperti beberapa perkembangan android lain dalam hal sensor motorik maupun sensorik. Selesai merangkai laporan, ia juga diberikan kesempatan untuk mendiskusikan hal-hal yang ditemukannya. Alhasil desain dirombak ulang, sesuai dengan persetujuan dalam rapat ketiga.

Sepakat dengan perencanaan segala desain hingga perancangan bertahap, maka Eleonor segera membagi tim kerja tepat setelah Edward dan Daniel menyelesaikan desain dalam bentuk tiga dimensi. Nina yang merancang rangkaian elektrik dipilih untuk menjadi pemimpin sesuai bidangnya.

Merupakan sebuah keuntungan besar bagi Eleonor. Sebab dengan merangkap sebagai kepala dari dua bagan laboratorium, ia bisa merekrut beberapa orang yang ia percaya dalam proyek kali ini. Bahkan ia menjanjikan akan memasukkan mereka ke dalam bagan robotika, dengan syarat jika proyeknya berhasil.

Perancangan dimulai sesuai rencana.

Butuh kurang dari tiga minggu untuk menunggu aluminium dan besi khusus untuk kerangka bagian dalam android.

"Agaknya kita beruntung sebab Madam telah menyetujui proposal serta biaya yang diperlukan untuk android pertama," tutur Eleonor sambil memeriksa salah satu aluminium. "Kita mendapatkan aluminium yang bagus untuk android."

"Jadi ... apa yang akan kita gunakan memotong semua ini?" tanya Edward.

"Mungkin kita bisa meminjam beberapa alat pemotong besi di pabrik. Namun kau tahu ... alat itu terlalu besar, jadi kemungkinan besar harus menetap di sana untuk beberapa hari hingga pemotongan selesai."

"Lebih cepat lebih baik, 'kan?" sahut Daniel. "Kapan tim kami bisa berangkat?"

Keesokan harinya tim perancang kerangka bagian dalam berangkat ke pabrik Alford Corp., tepat di Saitama. Sementara tim yang tersisa di dalam laboratorium bergerak mengerjakan perencanaan yang bisa dikerjakan pada waktu yang sama.

Nina sudah mulai melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah sensor. Ditambah sepasang kamera kecil untuk diprogram sesuai dengan gerak mata. Dibantu dengan Aoi tim perancang rangkaian elektronika sudah memulai untuk melakukan beberapa percobaan pada rangkaian yang tersambung ke anggota tubuh.

Adam menyibukkan diri dengan program-program yang diperlukan. Perancangan elektronika yang sudah disambungkan di dalam desain tiga dimensi cukup memudahkannya untuk memprogram pengontrol yang disediakan.

Bersama dengan beberapa anggota laboratorium elektronika, Eleonor sudah mulai merancang prosesor yang akan digunakan oleh android.

Tim perancang kerangka android kembali lima hari setelahnya. Dengan hati-hati, mereka membopong kotak-kotak yang diberikan oleh pabrik sebagai penyimpan hasil pemotongan aluminium dan besi menuju laboratorium robotika. Beruntung, kala itu lift barang belum digunakan oleh siapa pun.

Sesampainya di sana, Edward langsung menemui Adam yang tengah memeriksa ulang beberapa program. Dia sampai-sampai mendengkus panjang di kala menarik senyum tepat mendapati anak itu tengah menghadap banyak sekali laptop yang ia awasi satu per satu.

"Yo, bro," sapa Edward di ambang pintu. "Butuh bantuan?"

"Ah, syukurlah kau cepat pulang!" jerit Adam girang. "Kemari! Aku butuh bantuanmu, tahu."

Edward memang diperbolehkan untuk merangkap dua tim sebab ia unggul di keduanya. Lagi pula tidak ada salahnya, Adam memang seringkali kewalahan dengan beberapa program yang dirasa rumit.

Lekaslah Edward menghampiri dan mulai berdiskusi, sedikit mengernyit memandangi meja Adam yang begitu penuh dengan laptop. "Pertama-tama, boleh aku bertanya kenapa kau membutuhkan laptop sebanyak ini, Anak Muda?"

Selagi mereka memulai diskusi, Nina berpapasan melewati ruang komputer. Dia bergegas menghadap Eleonor di lantai untuk melaporkan beberapa percobaan sensor dan rangkaian yang masih berbentuk desain di dalam komputer.

"... Jadi beberapa bagian dengan mikrokontroler harus diberikan program agar bisa bergerak."

"Kalau begitu kita sudah bisa mengerjakan rangkaian dayanya—"

Kalimat Eleonor terpotong oleh suara alarm yang berdentang tiga kali. Si profesor segera mengedarkan pandangan ke orang-orang yang tengah sibuk dengan alat dan bahan. Meski begitu, tak sedikit dari mereka juga berlalu lalang.

Maka sebagai bentuk pencuri perhatian, Eleonor menepuk tangan beberapa kali, sangat kuat bahkan menggema. Sontak beberapa di antara mereka menoleh.

"Istirahat setengah jam. Tidak ada yang boleh bekerja. Pekerjaanmu memang penting, tetapi mereka membutuhkan kesahatanmu." Eleonor berujar. Barulah setelahnya ia menoleh kepada Nina. "Ajak Aoi ke kafetaria. Kita akan membahasnya di sana."

Semua pekerja membubarkan diri untuk beristirahat, di antara mereka pula ada yang memilih  pergi mencari makan siang. Seusai jadwal istirahat berakhir, kembali mereka bekerja.

Meski hanya menampung segelintir orang, kala proyek berlangsung, laboratorium robotika hampir setara kesibukannya dengan laboratorium elektronika. Bahkan Cyclone Team dan beberapa anggota terpilih tertarik untuk menyelesaikan android lebih cepat rela mengorbankan akhir pekan.

Alhasil, kerangka dasar android selesai dalam dua bulan. Adam dan Edward sudah menyibukkan diri untuk pergerakan bola mata tiruan yang dipasang kamera dengan lensa ratusan megapiksel.

"Meskipun kelopak matanya belum diberikan kulit tiruan, saat itu rasanya aku seperti melihat bola mata sungguhan," komentar Adam.

Edward mengaktifkan program, membuat mata itu berkedip, sukses membuat Adam melatah dalam bahasa Indonesia. Lantas ia mendelik penuh dendam kepada Edward yang terpingkal.

"Apa kita perlu menerapkan motion capture? Kita pernah mengerjakan mata yang nyaris mirip seperti ini untuk Ming-Ming," tanya Adam.

"Ide yang bagus. Kadang-kadang itu yang membuatku senang untuk mengerjakan tugas motorik."

"Seharusnya kita harus memberikannya sensor. Mungkin akan lebih menarik jika android ini ketika dia menerima debu atau mendapatkan kilatan mendadak, sensor akan bekerja membuat matanya refleks berkedip."

Mendengar pendapat Adam, Edward mengangguk-angguk paham. "Mari kita coba."

"Adam, jangan lupa jadwal ibadah!"

Sahutan dari Nina disambut dengan kepala yang menoleh ke jam. Maka ia melompat dan berlari untuk bergegas menunaikan ibadah.

Semula motion capture kerap digunakan oleh perusahaan game dan film tiga dimensi untuk mendapatkan gerak tokoh yang lebih mulus. Namun, Edward mengumpulkan sejumlah ide agar mampu menerapkan motion capture sebagai salinan pergerakan robot-robot dari Cyclone Team. Gerakan sederhana yang diciptakan dalam model tiga dimensi ini kemudian dikembangkan oleh robot melalui program.

Akhirnya mereka tidak hanya bekerja berdua untuk bagian motion capture. Atas permintaan Eleonor, Aoki dan Silvis menggiring beberapa orang yang ahli di bidang animasi. Bala bantuan ini terlihat sangat antusias, di antaranya begitu ulet dalam proses pengerjaan.

Adam mulai merekam pergerakan mata Edward dan mulai mempelajari pergerakan matanya. Edward sendiri sudah menyicil animasi tiga dimensi untuk pergerakan mata sembari ia mondar-mandir ke bagian program dan kerangka.

Sementara Daniel tengah meneliti ulang dan berdiskusi beberapa hari dengan Aoi mengenai motorik android, terutama pada anggota tubuh. Barulah bersama-sama mereka mulai merancang kerangka secara lengkap.

"Kita akan menambahkan senjata di bagian lengannya ...." Sejenak Aoi berpikir sembari ia memasang mur. Lantas ia pun bertanya kepada Eleonor. "Dari mana kita akan mendapatkan senjata itu?"

"Sesuai dengan persetujuan Madam, kita akan mendapatkan perancangan senjata dari perusahaan BM Corp. yang dipimpin oleh Tuan Abramov," jawab Eleonor. "Mereka akan datang dengan bagian-bagian senjata jika kerangka kita sudah sepenuhnya siap."

Daniel menganga tak percaya. Nun jauh di posisi mereka, bahkan ia berhenti melakukan kegiatannya yang tengah mengelas.

Tidak banyak yang tahu mengenai BM Corp., tetapi setidaknya Daniel pernah mendengar secuil informasi dari sang ayah mengenai mereka. Mereka merupakan salah satu perusahaan bidang persenjataan yang berasa dari Rusia. Meski tidak menempati urutan tertinggi, BM Corp. pernah dipercaya oleh Presiden Rusia untuk persediaan persenjataan militer negara.

Sembari melanjutkan kegiatannya, Daniel menggeleng. Pun, sekali menyempatkan diri untuk berdecak kagum.

Alford memiliki ... hubungan kerja sama yang sangat luas rupanya.

Memasuki bulan ketujuh, dengan kinerja mereka yang seolah tanpa henti, beberapa kerangka mulai menjalankan uji coba sementara di ruang tes. Seluruhnya masih berada dalam keadaan terpisah agar memudahkan mereka dalam perombakan ulang jika diperlukan sewaktu-waktu.

"Pemeriksaan lensa kamera ... keadaan bersih total," sahut seorang pemeriksa. "Mulai pemindaian gerak dasar mata, kepala, dan mulut gerakan huruf vokal."

Edward memantau dari dekat. Mata buatan yang diberikan warna biru sebening langit itu mengerling ke kanan, kemudian ke kiri. Berkedip-kedip pula sambil memandang ke atas, lalu bawah. Beberapa kali percobaan memutar bola mata juga dilakukan.

Tak lama kepala android menoleh dan memiring ke kanan dan kiri, menengadah dan menunduk.

Bagian kontrol menerima hasil rekaman langsung dari kamera si android. Sepasang lensa itu memunculkan informasi mengenai Edward ke layar monitor pemantau berupa informasi mendasar.

Segera beralih mereka memantau gerak mulut dari huruf dasar. Android belum diberikan perangkat yang mendukung agar ia mampu mengeluarkan suara, jadi gerakan mulut yang diproses secara lambat dan cepat agaknya sudah cukup.

"Selanjutnya kami akan melakukan pemeriksaan telinga android," ujar Nina. "Edward, pengaktifan sistem indera pendengaran akan dilakukan, silahkan berikan beberapa kata untuk dipindai."

Sebagai respon, Edward mengacung jempol tinggi-tinggi. Maka Nina menganggukkan kepala, menyetujui pengaktifan indera pendengaran android. Lekas Edward mengucapkan beberapa kalimat.

"Halo, Tuan Android. Aku Edward Morgan. Kau mendengarku?"

Respon android ditampilkan pada layar di bagian kontrol.

Saya mendengar : ' Halo Tuan Android. Aku Edward Morgan. Kau mendengarku?'

Balasan : 'Saya mendengar Anda dengan jelas. Salam jumpa, Tuan Edward Morgan.'

"Indera pendengaran sukses. Silahkan mulai percobaan kedua."

Pengulangan dengan kalimat berbeda segera dijalankan. Cukup puas dengan hasil respon si android, mereka beralih kepada tangan.

Ada beberapa gerakan yang kurang memuaskan, juga kesalahan yang terjadi. Bagian pemeriksa segera mencatat kesalahan. Segera mereka melakukan pemeriksaan kaki.

Dengan bantuan katrol, kaki diangkat agar bisa berdiri sebab saat ini kaki android belum disambung ke badan. Hasil percobaan serupa dengan gerakan tangan, perbedaannya kaki hanya mengalami masalah dalam kecepatan berlari yang sedikit tersendat.

Selama sebulan penuh, mereka mulai merombak program hingga rangkaian. Tak lupa mereka juga sudah memproses perangkat suara. Kedatangan beberapa pekerja pabrik yang diutus BM Corp. menambahkan pekerjaan dalam pengaturan senjata rahasia android.

Sejenak mereka cukup kesulitan dalam berkomunikasi, sebab pihak BM Corp. yang datang tak begitu lancar berbahasa Inggris. Namun, memiliki Daniel dan Eleonor yang berdarah Rusia di antara mereka, pembicaraan sesama anggota bukan lagi menjadi masalah besar.

Prosesor mulai dipasangkan ke kepala, dijadikan sebagai inti utama bagi android. Kemudian kerangka badan sudah dipasangkan penyimpan daya listrik yang dapat diisi dengan energi matahari.

"Akan sangat beruntung jika dia sering dibiarkan berdiri di dekat jendela, ya," celetuk Eleonor yang tengah menyambungkan kabel-kabel di dalam. Dia meneruskan, "Anak ini akan terus terisi penuh dayanya."

Aoi terkekeh sembari membantu Eleonor. Celetukan itu tak membuahkan pembicaraan lebih panjang. Kembalilah Eleonor tenggelam dalam pikiran untuk berbincang.

"Ngomong-ngomong, sebentar lagi natal," ujar Eleonor. "Sudah memikirkan liburanmu?"

"Entahlah. Jika kendali android lancar, mungkin saya akan pulang kembali ke Nagano." Begitu Aoi menjawab. "Jika ... Madam mengizinkan."

Kali ini Eleonor berjongkok, beralih ke bagian kaki. "Yah ... aku juga belum tahu mengenai jadwal libur untuk kantor kita."

Hanya senyum yang Aoi lontarkan. Namun, obsidiannya masih berfokus kepada rangkaian.

"Tapi kalau tidak diberikan libur, mungkin lebih baik jika kita merayakan natal di sini," ujar Eleonor.

Tangan Aoi terhenti sebentar. "Anda tidak pulang ke Rusia?"

"Ah, tentu tidak. Tidak akan sempat. Lagi pula aku memiliki sepupu yang masih mampu mengurus ayahku," kata Eleonor. "Mungkin ... aku sudah tidak pulang selama ... entahlah. Delapan tahun?"

"Sampai-sampai lancar bahasa Jepang, ya," balas Aoi.

Eleonor terkekeh. "Sejujurnya, ketika pihak BM Corp. datang, aku sedikit gelagapan sebab sempat melupakan bahasaku sendiri."

Lagi, kedua wanita itu tertawa bersama.

Dan seusainya, hening kembali berkuasa. Kadang-kadang terdengar suara Aoi yang bergumam beberapa kesalahan dari hasil pemeriksaan komputer mencapai tiga puluh persen mengalami kegagalan.

"Profesor, jika kita diperbolehkan pulang, Anda boleh turut serta ke Nagano."

Sebuah suara menghentikan kegiatan Eleonor sejenak dan menyempatkan si profesor menoleh ke sumber. Adam tengah berdiri membelakanginya, menawarkan bantuan. Alhasil tawaran diterima, maka ia diperintahkan untuk memeriksa bagian belakang.

"Ya, kurasa itu ide yang bagus. Tampaknya lebih menyenangkan jika beramai-ramai ke Nagano," sambung Aoi. "Ikutlah bersama kami, Profesor. Ibu pasti akan senang berjumpa dengan Anda."

Gerakan tangan Eleonor sedikit melambat. Hati yang tersentuh sukses mengukir senyuman, menciptakan kerut-kerut di wajah yang termakan usia.

"Akan kupikirkan nanti."

~*~*~*~*~

Seluruh kerangka dasar hingga pelindungnya, sensor, rangkaian listrik, prosesor sebagai otak android sudah dipasang sempurna. Saat ini mereka sepakat untuk tidak langsung memasang kulit buatan. Setidaknya mereka masih memiliki sekitar kurang empat bulan yang tersisa.

Adam yang paling ketakutan. Berulang kali memeriksa prinsip kerja dan kebutuhan android di ruang tes. Dilihatnya para pemeriksa tengah bersiap-siap.

"Ya Tuhan, buatlah proyek ini berhasil," gumam Adam melantunkan doa. Kemudian pula ia lanjutkan dengan ratapan. "Jika berhasil aku bersyukur, jika tidak ... matilah aku."

Baru saja Daniel menginjakkan kaki tepat di sampingnya, ikut menonton percobaan. Sesekali ia memandangi si adik yang meracau. Berakhir ia tertawa tepat sebelum ia benar-benar berfokus kepada ruang percobaaan.

"Tenang saja," ujar Daniel. "Pengerjaan yang kita lakukan selama kurang dari sembilan bulan ini pasti tidak akan sia-sia."

Ya, semestinya begitu.

Bersama-sama mereka memandang keluar kaca pembatas. Terlihat di sana android tersimpan di tabung pengisi daya dengan lensanya yang terpejam. Suara para pemeriksa terdengar dari ruang kontrol. Beberapa pemeriksa di dalam bagian kontrol mulai awas.

Debar memburu mulai membuncah di dalam dada. Sama sekali tak satu pun pemilik jantung yakin apakah penyebabnya penuh harap, khawatir, atau semacamnya. Semua seolah sudah terlanjur bercampur aduk.

Di bagian kontrol Nina bahkan tak mampu menahan diri untuk tidak menggoyangkan kaki, mengambil langkah-langkah kecil. Dia resah.

"Nina, kami sudah dalam keadaan baik." Namun segera dari tempatnya, Edward mengabarkan. Bersama dengan Aoi, dia masih menunggu proses dijalankan.

Yang dipanggil menoleh. Edward tersenyum kecil sambil mengacung jempol. Entah kenapa rasa percaya diri Edward sedikit menular di Nina. Maka ia segera beralih kepada komputernya.

"Mari kita mulai," sahut Eleonor. "Kita mulai percobaan mode manual dan otomatis."

Masing-masing pemeriksa mulai menyibukkan diri di tempat. Tabung pengisi daya kemudian terbuka, lantas seusai android membuka mata tabung tersebut mati secara otomatis.

Sesuai dengan perintah yang dititah oleh Aoi, android mulai bergerak keluar dari tabung dan berjalan santai menuju kepadanya. Sama sekali tidak ada kesalahan. Pergerakan yang ia punya begitu mulus.

Jika saja Aoi tidak di sana untuk menyadarkan Edward, pasti pria muda itu mengira bahwa ia sedang berada di dalam game.

Tepat android berdiri di hadapan Edward, ia segera berpikir untuk meluncurkan perintah selanjutnya.

"Sapalah aku," kata Edward kemudian.

Si android menganggukkan kepala.

"Halo, Tuan Edward. Salam jumpa." Bibir android bergerak bersamaan dengan suara yang dikeluarkan. Jelas terdengar suara manis bersamaan pula tegas khas pria manusia dari android. "Kita bertemu kembali. Sayangnya saya belum mampu memperkenalkan diri sebab saya belum memiliki identitas resmi."

"Tidak masalah. Kau akan mendapatkannya dari Madam nanti," balas Edward enteng.

Edward mengabarkan bahwa percobaan mode manual berhasil. Eleonor memutuskan untuk memproses mode otomatis.

Aoi masih terpaku memandang android yang berdiri tegap. Yang dipandangi menoleh. Lensa si android berkedip, tengah membaca data dari wajah Aoi yang terdeteksi oleh sensor.

"Salam, Profesor Aoi Tsukino."

Manik obsidian mengerjap. Mimiknya semringah, lengkap dengan senyum yang merekah ragu. Saat itu si lensa biru laut berkedip lagi, membuyarkan lamunan manik Aoi. Si profesor muda terkekeh.

"Selamat datang."


Continue Reading

You'll Also Like

73.8K 6.5K 54
Penulis/karya:Xishe. Shen Qing adalah Tuan muda dari keluarga Shen,ia mengantikan saudari perempuannya yang kabur di hari pernikahan dan menikah deng...
10.3K 1.9K 30
Sebuah jurnal berisi koleksi kisah roman-fantasi milik Midnight. Yang mana kisahmu? [Collection of Short Stories, Fantasy-Romance]
46.3K 3.1K 42
Siapapun yang menyakiti orang terdekatku akan merasakan dekatnya kematian. -freya Ini Hanya Fiksi Jangan Dibawah Kedunia Nyata JADWAL UP (SEBISANYA D...
2.7K 512 21
"Semuanya akan baik-baik saja." - Setelah mati dan bangkit kembali sebagai sesuatu yang berbeda, Eka menjalani pemulihan agar bisa kembali sep...