Perfect Strangers (✔)

By adoravble

141K 14.9K 3.1K

Jerome dan Chelsea, dua orang yang harus terjebak di dalam ikatan pernikahan dengan rasa keterpaksaan. Setela... More

00. Prolog
01. First Day in Bali
03. The Night
04. Everything Begins Here
05. Not A Dream
06. Croissant
07. Surprise
08. Decision
09. Birthday Gift
10. She's Back
11. Trust Me
12. Someone You Loved
13. Lost Control
14. The Wedding
15. Loser
16. Something Different
17. Change Up
18. Cravings
19. One More Chance
20. Lay Your Head On My Shoulder
21. Sick
22. Please, Listen To Me
23. Too Afraid To Love You
24. Stay With Me
25. Hypnotized
26. A Day Full Of Happiness
27. Obsession
28. Welcome To The World
29. Protect You
30. Perfect Strangers
31. Epilog

02. Second Day

4.2K 510 53
By adoravble

Pagi ini Jerome sudah mengawali harinya dengan suasana hati yang sangat bagus. Kamar hotelnya yang langsung menghadap langsung ke pantai Kuta, membuatnya merasa damai. Pantai, adalah satu tempat yang menjadi favoritenya untuk menjadi tujuan liburannya sejak dulu.

Setelah puas matanya berkeliling mengamati apa saja yang bisa matanya jangkau dari balik jendela kamar hotelnya, ia mulai beranjak pergi meninggalkan kamar. Pasalnya, perutnya sudah keroncongan akut untuk minta diisi jatah sarapan.

Sampailah Jerome di restoran hotel mewah itu. Tanpa menunggu lama ia mengambil menu breakfast yang sudah disediakan. Sesudah mengambil dua potong roti panggang dan juga secangkir kopi, ia memilih tempat duduk paling pojok dekat jendela kaca yang langsung mengarah ke luar.

Dua potong roti panggang sudah habis masuk ke dalam perutnya, dan kini ia menikmati secangkir kopinya sambil mengecek ponselnya untuk sekadar membaca berita bisnis Indonesia. Beberapa kali ia juga sempat mendapat panggilan dari kolega hingga teman-temannya. Sampai akhirnya fokusnya beralih dari ponselnya ke seorang wanita yang duduk di meja sebelahnya.

Wanita kurang ajar yang memanggilnya tepung tapioka itu sedang duduk menikmati sarapan dengan sepotong roti panggang dan secangkir teh. Tapi entah raut muka wanita itu sungguh kecut, hingga roti panggangnya tak dihabiskan.

Jerome meliriknya sesekali. Kini wanita itu menyandarkan tubuh kecilnya di kursi dengan tangan bersedekap. Ah, ini sangatlah bukan Jerome Hadinata. Ada angin apa sampai seorang Jerome memedulikan seorang wanita? Apalagi pertemuan pertama mereka diawali dengan sebuah pertengkaran paling memalukan yang pernah Jerome lakukan. Hanya gara-gara Taxi.

Tak lama kemudian seseorang datang menghampiri wanita itu. Lelaki bertubuh tinggi, berkulit tan, dan oh... Jerome mengenalinya! Iya, tentu saja Jerome mengenal laki-laki yang kini sudah duduk di depan wanita itu!

Barata Wardhana. Mana mungkin Jerome tak mengenal musuh bebuyutan dari jaman SMA itu? Dan kinipun, perusahaan Bara juga menjadi salah satu pesaing perusahaannya.

Jerome mengerutkan dahinya melihat interaksi antara dua orang di seberang mejanya itu. Sesekali ia mengubah posisi duduknya dan menutupi wajahnya dengan telapak tangannya agar Bara tidak menyadarinya. Namun, telinga Jerome sudah ia siapkan untuk menguping, ㅡah bukan menguping, mendengar secara tidak sengaja. Ya, pokoknya tidak sengaja ia dengar. Ini di tempat umum dan memang semua orang bisa mendengar percakapan mereka.

"Nanti malem ikut gue ya?" kata Bara sambil menghabiskan roti panggang wanita itu.

Namun langsung dibalas oleh gelengan dari wanita yang sempat Jerome dengar namanya adalah Chelsea.

Iya, Chelsea. Klub bola?

"Seneng-seneng Chel, mumpung lo ada di Bali dan Papa lo gak di sini. Lo bisa keluyuran semau lo tanpa ada panggilan dari Papa lo buat segera balik rumah."

"Enggak, Bar. Gue mau seneng-seneng dengan cara gue."

"Cara lo? Kayak gimana?"

"Yang pasti gak dugem!"

Jerome masih saja memasang telinganya seraya menyerutup kopinya dengan tenang. Sesekali ia melirik ke wanita bernama Chelsea itu, meskipun dari samping, Jerome dapat melihat raut wajah kecutnya ketika berbicara dengan Bara. Hal itu membuat Jerome semakin penasaran, apa hubungan Chelsea dengan Bara.

Pacar? Teman? Atau selingkuhan?

Mereka terlihat sangat dekat. Bahkan Bara terlihat sempat mengusap puncak kepala Chelsea, dan wanita itu hanya diam membiarkannya.

"Sekali-kali coba ngerasain dugem, Chel. Biar masa muda lo itu berwarna. Gak cuma kerja teruss!" Bara tertawa lebar, namun Chelsea tetap diam dan seperti tak napsu untuk berbicara dengan lelaki berkulit tan itu. "Gak bosen sama hidup lo yang gitu-gitu aja?"

Chelsea menggeleng, "Enggak. Gue malah bosen liat muka lo!"

Jerome menahan tawa ketika mendengar perkataan Chelsea itu. Benar-benar wanita dengan mulut pedas!

Sementara Bara sudah tertawa sangat lebar hingga deretan giginya terlihat. Kemudian, tiba-tiba ada seorang wanita lain yang menghampiri meja mereka. Kali ini Jerome tidak tahu siapa wanita itu. Pakaiannya minim, seperti kekurangan bahan kain. Rambutnya panjang berwarna pirang, dan wajahnya dipoles dengan makeup tebal yang menurut Jerome malah terlihay seperti badut ancol.

Wanita seksi itu kini merangkul Bara, lalu mengecup pipi Bara setelahnya. Kedua mata Jerome langsung tertuju pada Chelsea. Ekspresinya tidak berubah, namun Chelsea mulai memalingkan pandangannya untuk tidak melihat pertunjukkan murahan di depannya itu. Jerome saja ingin muntah melihatnya, apalagi Chelsea yang berada di depan dua cacing itu.

Untung tidak berlarut lama, Bara dengan wanitanya itu akhirnya pergi setelah Bara berpamitan dengan Chelsea. Sementara Jerome masih setia menoleh pada Chelsea untuk sekadar melihat raut wajah wanita itu. Wajahnya hanya datar, namun kedua matanya masih saja belum melepas pandangannya ke arah Bara yang sudah berjalan meninggalkannya. Sampai saat Bara sudah menghilang di balik pintu, Chelsea terlihat mengehela napasnya berat.

Jerome semakin penasaran. Pikirannya menerka-nerka apa hubungan Chelsea dengan Bara. Jika ia sempat memikirkan bahwa Chelsea adalah pacar musuh bebuyutannya itu, maka sekarang sudah jelas jawabannya adalah bukan. Mungkin hanya teman? Tapi kedua mata Chelsea tadi saat menatap Bara pergi dengan wanitanya itu, terlihat penuh misteri. Tapi Jerome yakin satu hal, ada sesuatu yang wanita itu sembunyikan dari Bara. Mungkin perasaannya?

Apakah ini dapat disimpulkan bahwa Chelsea hanya bertepuk sebelah tangan?

"Lo, lihat apa?"

Jerome mengerjap dan segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Sejak kapan Chelsea memergokinya?? Sial. Bisa-bisanya ia tertangkap basah! Mau ditaruh mana muka gantengnya ini??

Jerome menulikan telinganya. Ia pura-pura tidak mendengar Chelsea di seberang sana yang menanyainya tadi. Tangannya sibuk mengaduk kopi yang sudah dingin, sementara tangan yang satunya pura-pura mengecek ponsel yang sebenarnya tidak ada pemberitahuan apapun. Hatinya terus saja mengumpat hebat. Mengatai dirinya bodoh, karena sudah bertindak hal memalukan. Ini sudah kedua kalinya ia bertindak memalukan di depan wanita itu. Sial.

Sampai tanpa Jerome sadari, ternyata sudah dua puluh tiga menit ia duduk tanpa berani menoleh ke meja seberangnya. Saat matanya melirik ke arah smartwatch miliknya, ia baru sadar sudah satu jam ia habiskan waktunya sia-sia di meja ini. Harusnya sekitar 30 menit yang lalu, ia sudah berencana untuk pergi keliling Bali. Entah kemana yang penting ia harus menghabiskan waktu liburannya ini untuk bersenang-senang.

Tetapi ini? Waktunya malah terbuang sia-sia karena seorang wanita asing. Dan oh, kemana wanita bernama Chelsea itu? Jerome baru sadar bahwa meja seberangnya sudah kosong. Jadi untuk apa dia membuang waktunya di sini?

Dasar bodoh!








***



Dengan langkah berat Chelsea berjalan menuju tempat yang diminta Bara. Seluruh hatinya menyarankan untuk berbalik dan meninggalkan tempat terkutuk yang akan ia datangi ini. Namun sayang, tangannya sudah tergenggam erat oleh Bara yang menariknya untuk mengikutinya. Seharusnya Chelsea bisa memberontak, melepaskan genggaman Bara dan langsung berlari sekencang mungkin, lalu bersembunyi di suatu tempat yang lebih berguna daripada tempat yang akan ia tuju ini. Tapi sayang, genggaman Bara cukup kuat. Ia tidak bisa kabur begitu saja.

Klub malam. Adalah satu tempat yang selama 25 tahun hidupnya, Chelsea belum pernah sekalipun menginjakkan kakinya masuk ke dalam tempat itu. Bising, pasti sangat bising. Dan juga hidungnya pasti akan menghirup aroma alkohol dan bau asap rokok yang membuat sesak napas. Chelsea sangat membenci itu. Tentu Bara sangat tahu Chelsea membencinya, tapi Barata Wardhana selalu saja berbuat semaunya dan memaksa mengajak Chelsea, ㅡsi wanita 25 tahun yang hidupnya datar.

"Welcome Chel! Lo bakalan ketagihan masuk tempat kayak gini!"

Chelsea menyipitkan matanya begitu masuk ke dalam klub malam eksklusif di Bali ini. Meskipun ia belum pernah masuk ke dalam klub malam, tapi ia sudah tahu suasana di dalamnya seperti apa. Dan sudah dapat dipastikan dari awal, Chelsea tidak akan pernah menyukai tempat bising semacam ini.

"Duduk di sini, gue mau sapa temen-temen gue dulu." kata Bara, dan Chelsea hanya manggut-manggut seperti anak kecil penurut.

"Oh, lo mau minum apa? Mau coba bir?" tanya lelaki berperawakan tinggi itu. Tapi detik setelahnya ia tertawa lebar ketika mendapat tatapan tajam Chelsea. "Kalau gitu, susu hangat? Anak bayi polos gue belum minum susu kan hari ini?"

Chelsea mengerutkan dahinya, dan semakin menatap Bara sebal. "Terserah lo!"

Mendengarnya, Bara hanya terkikik geli dan segera berbalik badan untuk menyapa teman-temannya yang sedang menikmati suasana klub eksklusif ini. Sementara Chelsea hanya duduk diam di sofa tanpa melakukan apapun. Pandangannya terus mengamati Bara yang dengan asyik melakukan aksi cipika-cipiki dengan wanita-wanita berpakaian sangat minim. Sesekali Bara juga bergoyang mengikuti irama musik yang membuat telinga Chelsea berdengung. Ah, ini sama sekali bukan hidup Chelsea Effendi.

Lebih baik ia menghabiskan malamnya tidur di kamar sambil mendengarkan musik akustik yang tenang, atau menonton drama korea, atau yang paling mengasyikkan adalah memasak kue dan mendapat resep lezat terbaru, daripada ia menghabiskan waktunya di klub malam yang sangat bising! Dan oh, Chelsea lupa. Sekarang bahkan ia di Bali, dan ini adalah malam tahun baru. Rencana untuk merayakan malam tahun baru di pinggir pantai menikmati suasana pantai yang indah kini menguap begitu saja.

Apa gunanya ia di sini? Haruskah ia pulang secara diam-diam?

"Hey, cantik."

Chelsea sedikit tersentak, dua orang laki-laki dengan bau alkohol yang sangat menyengat menghampirinya. Mereka duduk mengapit Chelsea di tengah.

Awalnya Chelsea langsung menunjukkan sikap tak nyamannya, ia berdiri dan memutuskan untuk pergi berpindah tempat duduk, atau lebih baiknya lagi ia keluar dari tempat ini. Namun kedua laki-laki itu serempak menahannya untuk pergi.

"Mau kemana? Gak usah takut. Kita orang baik."

Orang baik?

Chelsea mengerutkan dahinya. Menatap kedua orang itu bergantian. Lalu entah ia kembali duduk lagi dengan mudahnya. Lagipula di sini ada Bara, jika dua laki-laki ini macam-macam dengannya, jangan harap Barap akan membiarkan mereka hidup malam ini.

"Ceweknya Bara?" kata laki-laki yang menggunakan jaket kulit hitam yang duduk di sebelah kanannya.

Kepala Chelsea segera menggeleng. "Bukan."

Oke, dan juga sepertinya mereka kenal dengan Bara. Tidak apa-apa Chelsea, mereka tidak akan macam-macam.

"Temen?"

"Iya."

Kepulan asap rokok keluar dari mulut laki-laki itu, membuat Chelsea sedikit terbatuk.

"Mau minum?" tanya laki-laki satunya lagi yang daritadi diam. Ia menyodorkan Chelsea segelas minuman yang tentu Chelsea tau jenis apa minuman itu. "Kita juga temennya Bara kok, santai aja."

Chelsea lagi-lagi menggeleng, untuk menolaknya. Semakin lama Chelsea merasa risih dan terganggu oleh keberadaan dua laki-laki ini. Meskipun mereka bilang mereka adalah teman Bara, dan tidak akan macam-macam, Chelsea tetaplah takut.

Kedua matanya berkeliling menatap sekitarnya. Dimana keberadan Bara? Ia tidak bisa menemukan Bara dalam ruangan gelap yang hanya diisi oleh lampu warna-warni seperti ini. Biarpun matanya menyipit, dan memfokuskan pandangannya ia masih belum menemukan sosok Bara dikerumunan sana.

"Kenapa? Nyari Bara?"

Chelsea tidak menjawab, matanya tetap berkeliling mencari sosok Bara yang entah dimana.

Kurang ajar memang bubuk susu cokelat itu! Bisa-bisanya meninggalkan Chelsea begitu saja!

"Tuh Bara." Kata laki-laki tadi seraya menunjuk ke suatu arah di kerumunan orang.

Mata Chelsea mengikuti ke arah yang ditunjukkan oleh laki-laki tadi. Dan, oh apa-apaan pemandangan yang ia lihat ini? Bara sedang meneguk sebotol bir dengan ditemani seorang wanita seksi yang tadi pagi sempat menghampirinya dengan Bara saat sarapan. Wanita itu terus memeluk Bara hingga dada besarnya menempel pada tubuh Bara. Sementara Bara sesekali membisikkan sesuatu yang membuat wanita itu mencubit perut Bara atau bahkan mencium pipi Bara.

Chelsea menelan ludahnya pahit. Sungguh ia sangat tahu orang seperti apa Bara dengan segala kenakalannya bersama wanita-wanita seksi. Chelsea bahkan tahu berapa banyak wanita yang sudah dicampakkan oleh Bara. Tapi kali ini, untuk pertama kalinya ia melihat Bara melakukan adegan murahan di tempat umum dan banyak ditonton oleh puluhan pasang mata.

"Cium cium cium!"

Samar-samar Chelsea mendengar teriakan itu ditengah bisingnya suara musik yang dibawakan oleh seorang DJ diatas panggung. Oke, Chelsea bisa menebak pemandangan apa yang akan ia saksikan lagi beberapa detik setelahnya.

Sial. Chelsea benar-benar menyesali keberadaannya disini! Untuk apa ia datang? Untuk apa Bara memaksanya ikut dengannya? Apakah untuk menambah sakit hatinya? Menebar garam di atas lukanya?

Sakit. Dadanya terasa sesak.

Chelsea memang bodoh.

Menyukai Bara adalah salah satu kebodohan yang tidak bisa ia hentikan dengan mudah. Bagaimana bisa ia memberikan seluruh perasaannya pada laki-laki semacam itu?

Chelsea Effendy, cepatlah sadar! Cepatlah buang perasaan bodoh itu! Bara tidak akan pernah membalasnya! Dan elo bukan salah satu tipe wanita kesukaan Bara!

Chelsea menutup matanya. Ia sudah menyerah untuk menyaksikan pertunjukkan murahan yang dilakukan oleh Bara. Lalu dengan penuh amarah, ia mengambil segelas minuman yang ada di mejanya. Diteguknya segelas minuman itu sampai habis tak tersisa.

Sementara kedua laki-lali tadi masih duduk di posisinya dan ikut bertepuk tangan untuk Bara yang sukses membuat suasana semakin meriah dengan aksi murahannya.

Oke, siapa yang tidak kenal Bara disini? Barata Wardhana, anak dari pemilik perusahaan W Grup yang sangat terkenal dan sering masuk majalah-majalah atau lebih sering masuk ke dalam berita gosip sosmed di Instagram. Apapun yang Bara lakukan akan menjadi perbincangan. Termasuk berciuman dengan seorang wanita seksi di klub malam. Bukankah itu berita bagus untuk dipajang di akun gosip TheLambeIsTurah?

Chelsea memijit keningnya ketika suasana semakin riuh. Kepalanya tiba-tiba terasa berat, dan saat ia berdiri, ia kehilangan keseimbangannya. Hingga laki-laki di sebelahnya tadi membantunya untuk berdiri.

"Hey, lo gak papa? Bisa berdiri?"

Chelsea mendengar lelaki berjaket kulit itu bicara padanya seraya memegangi tangannya. Sementara lelaki yang satunya sudah pergi entah kemana.

"Bisa." jawab Chelsea sambil mencoba melangkahkan kakinya. Ia rasa ia harus pergi dari tempat ini. Namun baru dua langkah, tubuhnya terhuyung ke kiri.

Chelsea sadar ia ditangkap oleh laki-laki asing itu. Kemudian ia mencoba menyeimbangkan tubuhnya lagi dan menepis tangan laki-laki itu.

"Cuma segelas aja lo langsung mabuk gini?" katanya diiringi tawa kecil yang terdengar meremehkan. "Gue anter lo balik. Biarin Bara di sini, toh dia juga asyik ciuman sama Grace."

Chelsea kembali menepis tangan laki-laki itu. Ia sungguh tidak menyukai sentuhan laki-laki asing berbau alkohol ini.

"Santai, gue tahu elo kok. Chelsea Effendi." kali ini dia tersenyum dan kembali memegang tangan Chelsea lagi. "Udah gue bilang, gue orang baik."

Sial. Chelsea semakin tidak menyukai ini. Dengan kurang ajarnya laki-laki itu merangkul Chelsea. Dan, oh apa? Dia bilang bahwa dia orang baik? Demi Tuhan, di mata Chelsea penampilan laki-laki itu tidak ada baiknya. Badan bau alkohol dan rokok, telinga piercing, lehernya penuh tato, jadi di sisi mana yang menggambarkan dia orang baik? Apalagi dia juga memaksa Chelsea untuk mengikutinya, padahal jelas-jelas Chelsea sudah minta dilepaskan.

"Lepasin!" Chelsea masih memberontak ketika ia sudah dibawa keluar oleh laki-laki kurang ajar itu.

"Gue bakal bawa lo ke tempat indah malam ini, Chel." bisiknya, membuat Chelsea semakin risih.

Tenaga Chelsea untuk mendorong badan laki-laki itu tak cukup kuat. Apalagi kepalanya juga berat dan ia kehilangan keseimbangan, gara-gara segelas minuman laknat yang ia minum tadi. Dasar Chelsea bodoh!

Sekarang apa yang bisa ia lakukan? Bara masih asyik dengan wanitanya dan melupakan teman bayinya yang ditinggalkan seorang diri. Sungguh, Chelsea benar-benar menyesali keputusannya untuk pergi ke tempat ini.

Bara! Tolong gue!

Buk!

Chelsea tersentak. Laki-laki kurang ajar tadi tiba-tiba tertarik ke belakang dan jatuh ke lantai dengan keras. Dengan sisa-sisa tenaganya, Chelsea berusaha berdiri menempel ditembok. Menyaksikan seseorang memukuli laki-laki tadi hingga tersungkur dan pergi berlari seakan ketakutan.

Siapa yang menolongnya?

Yang pasti bukan Bara.

"Lo gak papa?"

Chelsea mengangguk. Dan ketika pandangannya yang kabur sudah mulai jelas, ia bisa melihat siapa sosok orang yang menolongnya itu.

"Tepung tapioka?"








###












Halo dapat salam dari Bara, "Tolong votenya. Thanks!"

Continue Reading

You'll Also Like

92.7K 9.2K 37
FIKSI
213K 22.8K 43
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
New Page By N J

General Fiction

11.7K 1.6K 10
Kalau di persimpangan Jalan Panorama kalian lihat rumah yang didominasi warna khaki no. 26 terdengar ribut, jangan heran, karena penghuninya: tiga pe...
4.9K 2.2K 52
Menikah di usia muda, dengan segala kecerobohan yang ku punya, tentang hati yang tak memungkinkan dalam menghadapi situasi dan pahitnya kehidupan yan...