KAULAH KAMUKU [Telah Terbit]

Per MarentinNiagara

343K 33K 8.9K

Besar bersama keluarga utuh meski bukan dengan ibu kandung. Bunda adalah malaikat tanpa sayap yang sengaja di... Més

📒 Prolog ---
📒 00 ✏ Kenalan yuuukk ✏
📒 01 ✏ Goodbye City of Dreaming Spires ✏
📒 02 ✏ Market (heart) Mapping ? ✏
📒 04 ✏ Tom and Jerry ✏
📒 05 ✏ Emisivitas Cinta ✏
📒06 ✏ Sejarah Terulang ✏
📒 07 ✏ Putra Sahabat Bunda✏
📒 08 ✏ Kehebohan Hafizh ✏
📒 09 ✏ Cemburu atau Baper? ✏
📒 10 ✏️ Tentang Rasa ✏️
📒 11 ✏️ Romantisme Senja ✏️
📒 12 ✏ Bias Asa ✏
📒 13 ✏️ Bukan Fatimah AzZahra ✏️
📒 14 ✏ Roda yang Berputar ✏
📒 15 ✏ Dilan(da) Bimbang ✏
📒 16 ✏ Berdiri Atas Satu Kaki✏
📒 17 ✏️ Kesibukan Baru✏️
📒 18 ✏️ Think out of the Box ✏️
📒 19 ✏ Awal yang Indah ✏
📒 20 ✏ Salah Paham yang Melebar ✏
📒 21 ✏ a Different Day ✏
📒 22 ✏ Sejarah Terulang (2) ✏
📒 23 ✏ Bridal Shower ✏
📒 24 ✏ Cinta Takkan Pernah Salah Alamat ✏
📒 25 ✏ Hidup Baru ✏
📒 27 ✏ Pengakuan Dosa ✏
📒 26 ✏ Fitrah Cinta ✏
📒 28 ✏ (bukan) Rindu Terlarang ✏
📒 29 ✏ Lembaran Baru Sesungguhnya ✏
📒 Epilog ---

📒 03 ✏ Benci Untuk Mencinta ✏

11.3K 936 362
Per MarentinNiagara

One of the hardest parts of life is deciding whether to walk away or try harder________________________________

🍄🍄

Sebuah lagu mengalun merdu melalui audio mobil yang dikemudikan oleh Hafizh. Lagu lama dari suara merdu David yang sesekali ditirukan oleh Hafizh.

Aku tak tahu apa yang terjadi
Antara aku dan kau
Yang kutahu pasti kubenci untuk mencintaimu

Dibalik kaca mata hitamnya Hafizh menatap lurus jalanan yang ada di depannya. Beberapa kali harus menghembuskan nafas besarnya.

Siang ini dia memang harus mengaudit beberapa laporan keuangan. Itu yang membuatnya terasa penat. Sebenarnya sang Bunda bisa melakukannya sendiri namun mulai bulan ini Qiyya lebih ingin menikmati waktunya bersama Ibnu dibanding dengan berkencan bersama dengan angka dan nota-nota.

Hafizhlah akhirnya menjadi sasaran empuk sang bunda sebagai kepanjangan tangannya.

"Fatia duduk." Ingatan Hafizh kembali saat dimana mereka sedang berada di sebuah ruangan Qiyya yang terletak di lantai dua sebuah ruko yang dipakai untuk butiknya.

"Iya Bun, ada yang bisa Fatia bantu?" tanya Fatia yang baru saja dipanggilkan Hafizh di lantai bawah. Senyum Fatia masih juga sama seperti saat dia menyapa Hafizh ketika dia memasuki butik dan mencari keberadaan Bundanya.

"Bukan bunda yang butuh bantuanmu tapi bang Hafizh." Jawab Qiyya sekenanya hingga membuat mata Hafizh membulat seketika.

"Bang Hafizh ngapain, Bun? No, Bunda jangan aneh-aneh deh, dari tadi pagi sepertinya ngaco terus bicaranya." Sanggah Hafizh dengan suara yang lebih tinggi dibanding suara lembut Qiyya.

Fatia hanya melihat dua orang ibu dan anak yang saling bertolak belakang kesepahamannya.

"Lah yang panggil Fatia siapa sih Bang?" tanya Qiyya menggoda putranya.

"Ya abang yang panggil tadi di bawah." Jawab Hafizh akhirnya.

"Nah itu artinya kan yang butuh bantuan Fatia? Kalau nggak butuh bantuan mengapa harus dipanggil segala sih?" Qiyya mulai meracau menggoda putranya. Sementara Hafizh hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang Bunda.

Sepertinya tadi pagi memang daddynya telah memberikan racun kepada bundanya sehingga sekarang omongan bunda Qiyya semakin melantur. Fatia yang semakin bingung dengan sikap mereka berdua hanya terbengong.

"Ya Rabb, Bunda sakit? Emangnya tadi belum minum obat?" tanya Hafizh kepada Qiyya masih dengan nada rendah.

"Sudah sih, sedikit. Cuma ya gitu, gara-gara ada jomlo protes jadi obatnya hanya dosis rendah saja." Benar-benar ini sang bunda sengaja mengibarkan bendera perang dengan Hafizh.

"Astaghfirullah, Bunda."

Mengatakan jomlo dengan sangat tegas di depan wanita yang masih sendiri yang nantinya akan menjadi bawahannya di toko. Bundanya benar-benar membuat Hafizh harus sering-sering merapalkan kalimat istighfar untuk tetap menjaga hatinya. Ya, Hafizh memang jomlo tapi bukan berarti harus di pamerkan statusnya di depan Fatia.

"Sudah-sudah, sini Hafizh juga duduk dekat Bunda. Ada yang bunda mau sampaikan kepada sesama jomlo ini ya." Qiyya akhirnya menyudahi sesi bercandanya dengan Hafizh hanya saja tetap kalimat terakhir membuat Hafizh menatap bundanya dengan tajam, untung sayang.

"Fatia, mulai bulan ini semua stock, laporan keuangan dan juga market strategic akan di kendalikan langsung oleh Hafizh. Beberapa hal yang nanti mungkin ada perubahan-perubahan akan disampaikan oleh Hafizh langsung kepadamu." Qiyya memberitahu maksud dan tujuannya memanggil Fatia ke ruangannya.

Fatia mengangguk dan menjawab bahwa dia mengerti apa yang akan dia lakukan nantinya. Jika selama ini Fatia selalu memberikan semua laporan tentang keuangan dan juga stok barang di butik kepada Qiyya, mulai bulan ini sampai dengan seterusnya dia akan lebih sering berhubungan dengan Hafizh nantinya.

"Bang Hafizh juga begitu, apa pun yang dibutuhkan nanti bisa langsung minta kepada Fatia untuk membantu menyiapkan. Termasuk dengan mungkin nantinya jika mini project abang sudah berjalan." Qiyya juga memberikan petunjuk apa dan bagaimana mereka harus saling bekerja sama dan berkolaborasi.

Intinya dari percakapan mereka bertiga, ke depan Hafizh akan banyak membutuhkan tenaga Fatia. Karena selama ini tugas Fatia selain sebagai seorang kasir yang menggantikan Qiyya saat dia tidak di tempat, Fatia juga bisa di fungsikan sebagai sekretaris yang selalu menyiapkan semua laporan dan apa-apa yang diperlukan oleh Qiyyara.

"So, Bunda ingin nanti, meskipun dengan sistem dan manajemen yang baru. Beberapa point penting yang Bunda tekankan di pembicaraan kita tadi jangan sampai ditinggalkan. Selain jujur dan amanah kita harus selalu ramah kepada pelanggan, menomorsatukan mereka dan selalu menepati janji dengan mereka." Modal utama yang ditanamkan Qiyya kepada karyawannya.

"Iya Bunda." Jawab Hafizh dan Fatia kompak.

"Jadi sekarang tolong siapkan laporan penjualan dan juga tentang laporan keuangannya Fatia, biar bisa dipelajari oleh Hafizh sekaligus audit supaya lebih jelas." Kata Qiyya yang membuat Fatia harus berdiri untuk mengambilkan barang-barang yang Qiyya minta.

Sepeninggalan Fatia dari ruang kerja Qiyya, Hafizh sekali lagi bertanya kepada sang Bunda. "Bunda yakin dengan pekerjaan Fatia. Dia hanya lulus SMK loh Bun."

"Abang, bunda nggak pernah ngajari loh sama kamu untuk merendahkan orang hanya karena dari status sosial mereka." Kata Qiyya yang tidak setuju dengan ucapan yang baru saja Hafizh keluarkan dari bibirnya.

"Maksud Abang itu___" kata Hafizh yang kini telah kehilangan kata kata untuk memperpanjang debatnya dengan Qiyya.

"Fatia itu memang anak yatim piatu. Dia tidak seberuntung kamu, namun dia tidak pernah patah semangat. Dari kecil dia tinggal di panti asuhan yang dikelola sama oma. Bahkan sampai dengan teman-temannya banyak yang telah diadopsi oleh orang lain, tidak ada seorang pun yang memilih dia. Hingga dia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal di panti dan membantu di sebuah rumah milik seorang pegawai pemerintahan di dinas pendidikan. Dari situlah akhirnya Fatia mendapatkan beasiswa hingga dia bisa melanjutkan sekolahnya sampai dengan SMK. Dia anak yang jujur dan amanah Bang, jangan melihat buku itu hanya dari sampul depannya saja. Fatia itu cerdas, dia cepat tanggap jika kita beritahu sesuatu. Hanya saja memang nasib baik sepertinya belum berpihak kepadanya. Percayalah kepada bunda. Fatia akan menjadi partner kerjamu yang paling cocok meskipun dia hanya seorang lulusan SMK." Kata Qiyya menjelaskan siapa Fatia yang selama ini selalu dihindari oleh Hafizh.

Kini di tangan Fatia telah ada beberapa buah buku besar dan juga sebuah flashdisk yang menyimpan beberapa file untuk dia perlihatkan kepada Hafizh dan juga Qiyya.

"Mohon maaf Bunda, untuk laporan minggu ini belum selesai Fatia buat. Ini hanya sampai dengan minggu kemarin." Kata Fatia.

Dengan penuh perhatian Qiyya dan Hafizh memperhatikan presentasi yang disampaikan oleh Fatia. Beberapa case sempat ditanyakan oleh Hafizh dimana saat Hafizh membaca sebuah ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian dengan apa yang selama ini dia pelajari.

Namun Fatia dengan sangat lancar bisa menjawab dan menjelaskan semua yang ditanyakan oleh Hafizh. Dalam hatinya Hafizh memang memuji kelihaian sang bunda untuk membidik dan juga mempercayakan amanahnya kepada wanita yang kini sedang berdiri di depan mereka.

Tidak menjadikan suatu masalah, buat Hafizh yang penting semuanya harus tetap dalam koridor profesionalitas dan etos kerja yang baik.

Tidak akan pernah ada yang tahu perubahan sedikit di bibir Hafizh. Bahkan mungkin Hafizh sendiri tidak menyadarinya. Di beberapa pos laporan keuangan memang masih ada yang harus dibenahi. Hafizh berusaha memberikan contoh dan sedikit membagikan ilmunya kepada Fatia.

"Jadi ini dimasukin ke buku besar pembantu saja. Sehingga laporan yang masuk ke neraca rugi laba tinggal pokok pokoknya saja. Untuk lainnya nanti di masukkan ke buku besar-buku besar pembantu. Kemudian yang ini, aku nggak suka ya seperti ini." Kata Hafizh sambil menunjukkan sebuah nota dan laporan yang dia lingkari.

"Maksudnya?"

"Ini pasti ada kesalahan pembukuan kan?" tanya Hafizh kepada Fatia. Fatia hanya mengangguk kemudian tersenyum. "Harusnya ini biarkan saja keliru, baru setelahnya dibuatin jurnal balik. Sehingga balance sheet tetap klop antara debit dan kredit tidak seperti ini, terbuka."

"Oh iya, aku nggak ngerti itu buatnya seperti apa." Kata Fatia kemudian.

"Nanti aku ajari. Ingatkan masalah ini. Kemudian ini, bedain dong antara overhead cost, fixed cost dan variable costnya."

Fatia masih terbengong mendengarkan penuturan Hafizh. Istilah itu memang tidak asing di telinganya namun saat Hafizh menjelaskan sepertinya memang dia sedang blank untuk berpikir.

"Fatia? Kamu mengapa melamun, ini aku sedang ngomong loh. Diajarin beneran loh ini malah bengong, nggak usah dilihatin begitu akunya sudah ganteng dari dulu. Ini fixed cost kasih cadangan dana dong, jangan ambil dana bulan depannya. Biaya listrik, biaya air, telepon, dan expedisi bulan berjalan." Kata Hafizh tanpa melihat muka Fatia yang kini telah memerah karena malu ketahuan melamun oleh Hafizh.

"I___iya." Jawab Fatia terbata.

"Jangan iya-iya doang, apa tadi yang aku bilang. Coba ulangi." Perintah Hafizh sedikit bossy.

"Emmmm, itu___anu emmmm." Jawab Fatia yang mulai gelagapan dengan perintah Hafizh.

"Makanya kalau diajari lihatnya ke materi jangan ngelihatnya ke aku. Yang ada kamu nggak bakalan bisa konsentrasi dan aku paling enggak suka mengulang apa yang sudah aku sampaikan sebelumnya." Kata Hafizh setengah kesal kepada Fatia.

"Maaf" Fatia hanya menunduk. Merutuki kesalahannya mengapa dia hanya terbengong melihat Hafizh yang begitu sempurna menjelaskan sesuatu kepadanya seolah seorang dosen akuntansi yang sedang berdiskusi dengan mahasiswanya. Seandainya Fatia memiliki nasib seberuntung Hafizh pasti dia juga akan merasakan bangku kuliah, merasakan bagaimana asyiknya menjadi seorang mahasiswa.

"Ini untuk pertama dan terakhir kalinya. Kalau nggak paham di catat. Aku nggak akan mengulang lagi apa yang telah aku ajarkan kepada kalian." Kata Hafizh kemudian mengulang penjelasannya kepada Fatia.

Beberapa kali Fatia bertanya kepada Hafizh tentang apa yang tidak dia mengerti. Dan Hafizh dengan sangat telaten mengajarinya sampai Fatia bisa dan mengerti.

Hingga pelajaran hari ini selesai. Fatia harus membereskan laporan seperti yang diminta oleh Hafizh. Serta merubah pos-pos neraca seperti yang dicontohkan oleh Hafizh. Memang lebih simpel hanya saja dia harus membuat buku besar pembantu.

"Sementara buat secara manual, malam ini kirim ke emailku. Nanti aku buatkan master untuk bisa di copas supaya kamu hanya tinggal masukin di buku besar pembantu saja tetapi sudah bisa terakses di neraca rugi laba dan laporan buku besar perusahaan." Kata Hafizh sambil menuliskan alamat emailnya di buku yang berada di depan Fatia.

"Iya siap."

Setelah Fatia mengiyakan perintahnya. Hafizh bergegas untuk keluar dari butik. Perutnya sudah keroncongan minta diisi. Tangannya dengan cepat menuliskan pesan WA kepada Qiyya, dan bertanya bundanya ingin nitip makan apa.

Lovely Bolobolo
Telat bang, Bunda sudah kencan ini sama daddy. Kamu makan sendiri saja.

Benarkan dugaan Hafizh, sedari tadi Bundanya meninggalkan bersama dengan Fatia karena memang ingin bertemu daddynya. Pantas saja tadi buru-buru keluar bahkan memilih untuk memesan ojek online dibandingkan dengan menunggu Hafizh selesai menjelaskan keinginannya kepada Fatia tentang pembukuan di perusahaan yang telah dirintis oleh bundanya.

Bukan sok menggurui hanya saja supaya lebih jelas perolehannya dari mana saja. Karena nantinya tidak hanya tentang pakaian yang ingin dijamah oleh Hafizh. Dia menginginkan satu paket komplit untuk suatu penampilan bagi perempuan.

Hafizh telah melakukan survey sebelumnya bahwa 7 dari 10 wanita itu sering membeli suatu barang yang justru tidak terpikirkan dari rumah saat mereka hendak pergi berbelanja. Itu karenanya dia berani mengambil risiko dengan memperluas pangsa pasar yang akan di sentuh.

Kedua tangan Hafizh kini memutar setir Bundar yang membawanya masuk menuju halaman sebuah rumah makan sederhana. Rumah makan bernuansa jawa yang dikemas secara modern.

Rumah joglo yang menjadi ciri khasnya membuat terasa seperti sedang memasuki rumah kuno. Ditambah dengan lantunan gending-gending jawa yang membuat tentram hati.

Mata Hafizh memilih tempat duduk yang masih kosong di joglo rumah makan utama. Kakinya melangkah ringan, perutnya sudah tidak bisa lagi diajak untuk berkompromi lebih lama.

Srreeeeeuuuutttt,

Sebuah jus buah naga sepertinya tumpah mengenai kemejanya. Seorang wanita berjilbab lebar yang sedang membawa sebuah gelas berisikan jus yang tumpah di kemeja Hafizh sepertinya memang tanpa sengaja menumpahkan isi gelas yang kini tinggal separo. Karena Hafizh melihat ada dua orang anak yang sedang lari berkejaran juga menabrak wanita tersebut.

Dugggghhhh,

Tubuh wanita itu sempat oleng dan tentu saja Hafizh membantunya supaya bisa berdiri tegak.

"Maaf."

"Maaf." Ucap Hafizh dan wanita itu bersamaan. Hafizh meminta maaf karena memang telah tanpa sengaja memegang tangan wanita tersebut sedangkan dia meminta maaf kepada Hafizh karena telah menumpahkan isi gelasnya ke baju Hafizh.

Saat wanita itu hendak mengambilkan tisu, namun dengan cepat Hafizh menolak. "Tidak perlu, saya bisa mengambil sendiri."

"Sekali lagi saya minta maaf Mas, saya tidak sengaja." Wanita itu kemudian berjalan membelakangi Hafizh menuju kursinya.

Saat kaki Hafizh kembali melangkah dia merasakan menginjak sesuatu. Ketika kakinya telah tergeser dan matanya menangkap sesuatu, sepertinya sebuah gelang emas yang terjatuh di lantai. Hafizh mengambil dan melihat sebuah nama tertulis disana, Khumaira.

Hatinya berkata kemungkinan milik wanita yang telah menabraknya tadi terjatuh. Kepalanya kembali mendongak dan mencari sosok wanita tadi. Masih berjalan menjauh dari Hafizh menuju kursinya. Bibir Hafizh sontak berkata sedikit kencang "Khumaira__" dan tepat sasaran wanita yang diperkirakan Hafizh membalikkan tubuhnya. Dengan tersenyum Hafizh mendekatinya kembali.

"Maaf Anda bernama Khumaira?" tanya Hafizh.

"Dari mana Anda tahu akan hal itu?" tanya wanita yang mungkin bernama Khumaira.

"Adakah Anda kehilangan sesuatu?" tanya Hafizh masih belum menunjukkan gelangnya.

Khumaira sepertinya masih bingung dengan pertanyaan Hafizh namun setelah melihat tangan Hafizh menunjukkan sesuatu disana, "Apakah gelang ini milik Anda, Mbak Khumaira?"

"Subhanallah." Lirih suara yang terdengar di telinga Hafizh dari bibir Aira. "Aira, nama saya Belizia Khumaira. Panggil saja Aira dan mengenai gelang itu, benar itu adalah gelang milik saya. Dari mana anda memperoleh itu?" Aira yang kini mulai tersadar bahwa gelang miliknya telah terlepas dari pergelangan tangan kanannya.

🍄🍄

-- to be continued --

🍃 ___🍃

Jadikanlah AlQur'an sebagai bacaan utama
🙇‍♀️🙇‍♀️

Jazakhumullah khair

🍃 ___ 🍃

mohon untuk cek ketypoan, syukraan katsiraan telah menantikan cerita ini

Blitar, 06 Juli 2019

revisi dan republish 19 Maret 2020

Continua llegint

You'll Also Like

2.5K 254 4
Zahra Naynawa. Kemarin mungkin ia berbahagia. Seseorang telah mempersuntingnya. Namun, sebuah kenyataan pahit telah menjadi tamparan telak untuknya d...
1.2K 317 10
Sudah terbiasa bersama, membuat Adiba menyimpan rasa pada sahabatnya, Naufal. Dari kecil, sampai masa-masa tersulitnya, Naufal selalu ada menemani Ad...
12K 961 61
"When you marry the girl of your dreams but she brings her bestie everywhere..."
67.3K 2.4K 13
Romance-a bit spiritual. Memilih menikah di usia 17 tahun mungkin menjadi putusan berat yang harus dijalani Sabilah. Impiannya menjadi seorang mahasi...