[3]Rain From The Sky [End]

Av Psychorus19

79.1K 6.2K 900

Sebab hujan butuh langit karena langit hampa tanpa hujan. Start : April 2019 Finish : December 2019 HIGHEST R... Mer

Main Cast
About Sky
About Rain
00. The Beginning
01. Delight Vs Sorrow
02. Apathetic
03. Hit By Fact
04. Someone Appears
05. Step By Step
06. Meet A Problems
07. Hapless Timepiece
09. Little More Familyship
10. The Sky Is Clouded Over
11. Between Physical & Mental
12. Two School Thugs
13. Bring Into Conflict
14. Flashback To The Past
15. Sky Crying, It Rains
16. The Perfect Mess
17. Affection Arises By Itself
18. Happiness Still Temporary
19. Truth Or Dare
20. Drought Came
21. Disaster Climax
22. Disappear Dearest
23. Attacked By Terror
24. Revenge Time
25. Time To Action
26. Side Story
27. Rainbow After Rain
28. Take Me To The Sky
Secercah Harapan Tertimbun Kemarau
Shackles Of Destiny
Badminton Is My Life
I (DOn't) Life : IDOL
J A N G A N TAKUT!
Microcosm Healing

08. Fake Friend, True Friend

1.5K 152 5
Av Psychorus19

WARNING!!
-Metode Penulisan Berbeda
-Percakapan Non-Baku
-Happy Reading & Semoga Betah

.

.

.

.

Bukti! Sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat mengarahkan tuduhan pada seseorang. Namun, tak semua bukti kasat mata itu murni seperti apa yang telah ditangkap netra kita. Sesuatu yang menjadi bukti mungkin dapat kita lihat dengan mudah, namun sesuatu yang tersembunyi di balik sebuah bukti belum tentu dapat kita pecahkan dengan mudah. Jangan mudah percaya hanya dengan secuil bukti, karena dibalik secuil bukti, mungkin ada beribu kepalsuan disana. Telaah dengan teliti, cermati dengan nurani, niscaya kita akan mendapat kebenaran yang hakiki.

.

.

.

.

"Eh..eh.. Mukamu kenapa? Masih pagi kok udah kusut gitu?" Tanya Jevan ketika tungkainya menginjakkan kaki di kelas dan langsung menangkap sosok sang sahabat.

"Percuma aku jelasin! Kamu pasti gak bakal percaya." Jawab Sky badmood.

"Emangnya ada apa sih?" Tanya Jevan sambil meletakkan tasnya dan menyamankan posisi duduknya di samping Sky.

Sky tak bergeming, bahkan menatap Jevan pun tidak.

"Itu arloji kamu nemu dimana?" Tanya Jevan lagi mencoba mengalihkan pembicaraan, tak tau saja dia bahwa sebenarnya arloji itu adalah inti dari permasalahan Sky.

"Kan aku udah bilang, kamu gak bakal percaya, jadi berhenti nanya-nanya!" Jawab Sky agak kesal.

"Kamu kan belum cerita, jadi gimana caranya kamu tau kalo aku bakal percaya atau gak?" Jevan tetap bersikeras memaksa Sky untuk berbagi.

"Haah.. Kalo aku bilang yang ngambil arloji aku adalah Rain, apa kamu percaya?" Tanya Sky menguji karena memang begitu adanya.

"Hah?! Apa? Gak mung.."...

"Kamu gak percaya kan? Ya udah.."...

"Tapi..tapi.. Masa sih Rain yang ngambil? Kamu gak salah nuduh orang kan?" Tanya Jevan membuat Sky gereget ingin menjitaknya.

"Sebenci-bencinya aku sama dia, selama ini aku tuh cuma diem aja. Aku gak pernah macem-macem sama dia, dan sekarang apa? Malah dia yang berani macem-macem sama aku. Kemaren aku liat sendiri arloji aku jatoh dari dalem tasnya pas dia lagi nyari sesuatu. Papa juga ada disana kok, dia saksinya." Jawab Sky yang akhirnya menumpahkan semua keluh kesahnya.

Jevan menatap Sky dengan mulut sedikit terbuka dan kepala yang terus-menerus menggeleng. Kaget? Tentu. Ia masih tak percaya bahwa anak sepolos dan selugu Rain ternyata hatinya busuk, bahkan setelah mendengar penjelasan dari mulut Sky, dia masih menolak kenyataan bahwa Rain memanglah satu-satunya tersangka utama.

"Hai semua!"...

Mereka bedua yang masih terlarut dalam suasana yang kurang mengenakkan kompak menoleh setelah mendengar sapaan dari seseorang yang sudah berdiri sambil tersenyum di depan meja mereka.

"Lagi pada ngapain?" Tanyanya masih dengan senyum yang mampu membuat sikap dinginnya Sky meleleh.

Sky dan Jevan saling pandang. Untuk Jevan, mungkin dia akan menyambutnya dengan baik, secara Jevan memang hangat terhadap semua orang yang baik, tapi Sky? Jika saja dia tak mengingat kejadian kemarin, mungkin dia sudah memaki orang yang sok kenal di depan mejanya saat ini.

"Sky, handphone kamu gimana? Perlu diganti?" Tanyanya lagi.

Butuh waktu agak lama untuk Sky menyahut.

"Gak perlu, cuma masih di konter." Jawab Sky seadanya.

"Loh? Emangnya ada apa sama handphone kamu?" Tanya Jevan yang sedari awal memang tak tau apa-apa.

Sky baru akan bersuara sebelum sang pemilik senyum menawan, Jimmy, menyambar seenaknya.

"Jadi kemaren tuh aku ngeliat Sky hampir ketabrak mobil di depan gerbang sekolah, terus aku nolongin dia dengan cara ngedorong ke pinggir jalan, tapi pas aku ngedorong dia tuh handphonenya gak sengaja jatoh dan kayaknya sih rusak." Kata Jimmy serius.

"Hah!? Kamu hampir ketabrak, Sky? Kok bisa sih? Terus kamu gak apa-apa kan? Gak ada yang luka kan?" Tanya Jevan bertubi-tubi sambil memeriksa seluruh tubuh Sky.

"Ck.. Bawel banget sih!"...

"Sky!"...

"Iya, kemaren aku emang hampir ketabrak gara-gara main handphone sambil nyebrang. Untung ada Jimmy yang nolongin aku, jadi aku gak apa-apa dan gak ada yang luka. Puas?" Jawab Sky tak bergairah.

"Ya ampun.. Lain kali hati-hati dong, kalo kemaren kamu beneran ketabrak gimana?" Jevan masih mengomeli Sky yang menurutnya keras kepala.

Sky tak ambil pusing. Ia malah sibuk menelisik sosok pemuda bernama Jimmy yang menumpang duduk di bangku depan meja mereka sambil memperhatikan Jevan yang terus mengomel.

"Dia kayaknya baik deh.. Apa aku beneran punya temen baru sekarang?" Batin Sky.

"Ngomong-ngomong makasih banget ya, Jim, kamu udah nolongin Sky si muka datar ini. Kalo gak ada kamu mungkin mukanya udah tambah datar kegesek sama aspal kemaren." Ucap Jevan tulus.

Siapa yang ditolong, siapa yang berterima kasih.

"Hahahahh.. Iya, sama-sama, kita kan temen. Aku udah nganggep kalian sebagai temen aku, gak tau deh kalian gimana.." Kata Jimmy.

"Kita juga udah nganggep kamu sebagai temen kok.. Iya kan, Sky?" Tanya Jevan sambil menyikut pelan lengan Sky meminta persetujuan.

"Iya, kita temen." Jawab Sky mantap.

Entah kenapa mulutnya tergerak untuk mengatakannya. Intinya, hatinya sudah menyatakan pada dirinya sendiri bahwa dia memiliki seorang teman selain Jevan.

Dialah Jimmy Wardana!

.

.

.

.

Tap.. Tap.. Tap..

Langkah kecil Rain dan Yongki yang menyatu dengan lantai menimbulkan keselarasan derap yang terus-menerus berulang selama mereka masih dalam langkah yang sama.

Tujuan mereka satu, yaitu perpustakaan. Untuk apa lagi jika bukan untuk mengembalikan buku paket?

Dari arah yang berlawanan pun terdengar keselarasan derap yang sama berasal dari tiga orang pemuda. Bedanya, tujuan mereka adalah kantin.

Langkah mereka berlima terhenti kala lensa Sky dan Rain bertemu pandang. Ya, tepat sekali! Tiga orang pemuda dengan tujuan kantin adalah Sky, Jevan, dan sahabat baru mereka, Jimmy.

Sky menatap Rain dengan tatapan yang menusuk. Bukannya setiap hari memang begitu? Hmm, tapi kali ini tatapannya lebih menusuk. Tersirat kemurkaan dan kebencian disana. Jika biasanya tatapan Sky hanya datar dan tak berarti, sekarang tatapannya seolah akan membunuh Rain. Tajam!

Bagaimana nasib Rain? Tentu dia tak nyaman. Matanya jelalatan tak tentu arah. Kadang menatap Sky, kadang menatap ke sembarang sudut sekolah, dan kadang menatap ujung sepatunya. Jujur, dia takut! Seumur hidupnya baru kali ini Sky memberikan tatapan membunuh padanya.

Sementara mereka berdua menyalurkan perasaan lewat tatapan, Jevan dan Yongki malah saling bertanya-tanya. Jika Jevan sudah tau sedikit banyak tentang akar masalahnya, lain lagi dengan Yongki yang benar-benar tak tau apa-apa sama sekali karena Rain tak menceritakannya.

"Kenapa kita berhenti?" Tanya Jimmy polos.

Seketika atensi keempat pemuda yang ada disana teralihkan pada Jimmy.

"Dia kan murid baru yang waktu itu nabrak aku. Jadi Langit udah akrab sama dia.. Tapi kok bisa semudah itu? Setauku Langit gak mudah akrab sama orang baru." Batin Rain.

"Oo, jadi ini murid pindahan di kelasnya kak Jevan. Mm, ganteng sih.. Kayaknya dia juga ramah deh sama orang baru, soalnya dia udah bisa temenan sama kak Jevan dan terutama kak Sky si muka datar yang cueknya minta ampun." Batin Yongki.

"Jangan pada ngelamun!" Ucap Jevan sambil melangkah menyusul Sky yang sudah pergi duluan tanpa berkata apapun.

Ucapan Jevan lantas menyadarkan kedua pemuda tersebut.

"Kamu ada hubungan apa sama Sky? Kamu ada masalah ya sama dia?" Tanya Jimmy penasaran.

Rain mengernyit. Kenapa Jimmy bertanya begitu? Kenapa dia seperti.. sedang menginterogasinya?

"Gak ada, dia cuma kakak kelas, permisi!" Jawab Rain lalu tergesa-gesa pergi diikuti Yongki.

"Ew, songong banget!"...

Jimmy menatap kepergian Rain dengan pandangan datar tanpa senyum atau apapun, namun meskipun dia mati-matian menutup sesuatu, sirat matanya tak akan bisa berbohong. Ingat, mata bisa bicara! Kita bisa tau perasaan seseorang melalui sirat matanya.

.

.

.

.

-TBC-

Fortsett å les

You'll Also Like

3.6M 287K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
102K 6.7K 12
Taehyung sangat frustasi tiba-tiba saja Seokjin mengirimnya ke sebuah kota kecil untuk tinggal dengan Yoongi. hampir separuh dari hidup Taehyung tak...
95.2K 12.6K 71
SEQUEL STORY "NOT YOU || BROTHERSHIP" Disarankan membaca story NOT YOU terlebih dahulu, agar tahu jalan cerita (story) ini. *** Mereka hanya setitik...
3.7K 418 14
Ini kisah tentang kasih sayang, kerinduan, dendam, dan penyesalan. Tentang tiga lapis pagar besi berduri pemutus dua peradaban, pemisah sanak dari sa...