The Last Psycho's Slave

By Rdepone

337K 12.2K 510

Be wise readers, it's adult only ! Cerita tidak di private. DO NOT COPY PASTE PLEASE ! =====================... More

1. The King.
2. The Slave.
3. The King : His life.
4. The Slave : Her life.
5. The King : next to his slave.
6. The Slave : the king in her dream.
7. The King : the ritual he made.
8. The Slave : she needs her king.
9. The King : trapped by his slave.
10. The Slave : horrible momment with her king.
11. The King : his plan through his slave.
12. The Slave : her tears, her pain and her end.
13. The King : his slave's ironic story.
14. The Slave : her king was her hero.
15. The King : does he realize ?
17. The King : missing her.
18. The Slave : forbidden love.
19. The King : he wants her like crazy.
20. The Slave : it happens again.
21. The King : got her.
22. The Slave : one fine day with you.
23. The King : i won't let her go.
24. The Slave : Decan, leave me please...
25. The King : dusk till dawn.
26. The Slave : we finally meet.
27. The King : am I daydreaming ?
28. The Slave : the beginning of our.
29. The Finale.
30. The Epilogue.

16. The Slave : encounter.

8.5K 408 23
By Rdepone

Comment for next part
Vote for next part
Happy reading !

***

Sabella menahan lengan Poppy begitu mereka hendak keluar dari klinik. Sabella sudah sadar dan merasa lebih baik hingga ia bisa pulang. Tapi ia khawatir kemana ia harus pulang mengingat ia punya kenangan buruk di dalam rumahnya.

Poppy menatap Sabella, ia lalu menggenggam tangan Sabella. "Ada apa ?" Tanya nya lembut.

Di pintu, Decan tengah menatap mereka. Ia tak mendekat, merasa Sabella ingin menyampaikan sesuatu pada Poppy.

"Aku harus pulang..." ucap Sabella lirih.

"Bukannya kita bakalan pulang sekarang ?" Tanya Poppy seraya melirik Decan.

"Ya— hm tapi aku gak bisa pulang kerumahku."

"Iya, kamu bakalan kerumah nenek atau Decan. Atau kalau kamu mau kamu bisa tinggal dirumah ku ?" Ungkap Poppy.

Sabella menggeleng, ia melirik Decan sebentar lalu merapatkan dirinya dengan Poppy. Ia terlihat sedikit ketakutan, wajahnya pucat.

"Aku gak bisa tinggal dirumah mereka," ucapnya dengan suara bergertar.

Poppy menatap mata Sabella dalam. Sabella terlihat ketakutan. Lalu ia melirik Decan sebentar.

"Kalau begitu kamu kerumah ku." Ucap Poppy lalu menarik Sabella untuk berjalan menyusul Decan.

Tapi Sabella tak berkutik, ia diam di tempat dan menahan Poppy. Ia lalu menahan salivanya, ia hampir menangis. "Sabella..." ucap Poppy dengan nada lirih.

"Biarkan aku pulang kerumah ayahku— di desa." Ucapnya dengan suara tercekat. Poppy menatap mata Sabella dalam, ada kekhawatiran, ketakutan, kegelisahan disana. Poppy hendak berbalik dan memberi tahu Decan, tapi lagi-lagi Sabella menahannya.

"Tolong...jangan bilang ke Decan," ucap Sabella dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya. Poppy menyatukan alisnya, kenapa Sabella tampak takut dengan Decan ? Pikirnya.

Sabella mengelap pipinya lalu mengenggam tangan Poppy kuat. "Tolong..." ucapnya lagi. Poppy mengangguk lalu menuntun Sabella untuk keluar dan menuju mobil Poppy.

"Sabella, kamu udah putuskan mau tinggal dimana ?" Tanya Decan yang duduk di depan saat mereka berada di jalan menuju rumah Decan.

Sabella melirik kaca spion, tatapan matanya bertubrukan dengan Poppy yang sedang menyetir. "Um— ya." Ucapnya.

"Dia dirumah ku untuk sementara." Ucap Poppy.

Decan mengangguk, ia mengusap perban yang melilit lengannya.

Perjalanan mereka dominan sunyi. Mereka tak berani membuka suara sampai mereka tiba dirumah Decan. Sebelumnya Poppy mengantar Sabella menuju rumahnya untuk mengemasi beberapa barang. Lalu ia mengantar Sabella menuju desa.

Sabella awalnya menolak, ia bilang bahwa ia bisa nak bis. Tapi Poppy menggeleng dan meyakinkan bahwa ia benar-benar tidak keberatan mengantar Sabella sampai kerumah ayahnya.

Sabella takut, ia takut Poppy seperti Decan. Ia memang baik, baik seperti Decan awalnya. Tapi Sabella khawatir Poppy akan melakukan sesuatu padanya nanti saat di perjalanan.

"Sabella, gak apa-apa." Ucap Poppy lagi.

"Saya terlalu merepotkan mbak." Ucapnya. Tapi Poppy mengancam ia tidak akan membiarkan Sabella pergi jika ia tidak mau di antar Poppy. Sabella semakin ketakutan, tapi Poppy berjanji akan mengantarkan Sabella kedesa dengan selamat.

Setelah lelah berdebat, akhirnya Sabella terpaksa menyetujuinya dan pergi menuju desa bersama Poppy.

Mereka sampai ketika hari sudah siang. Sabella mengucapkan terimakasih dan mengajak Poppy untuk singgah dan makan siang. Poppy menolak, ia bilang bahwa ia harus cepat sampai ke kota. Sabella mengiyakan lalu membiarkan Poppy pergi.

Sabella di sambut hangat oleh ayahnya. Ia mati-matian menahan tangisnya di pelukan ayahnya karna ia tidak mau membuat ayahnya curiga dan tau apa yang terjadi.

***

"Sabel, kenapa tidak ajak suami mu kesini ? Dia harus memantau pabriknya sekali-sekali."

Sabella menoleh kebelakang, ada ayahnya yang sedang berdiri tak jauh darinya. Sabella tersenyum pada ayahnya lalu menggeleng pelan. Ia sudah menyiapkan jawaban dari pertanyaan ayahnya sejak di perjalanan tadi.

Ia menarik nafas, "mas Adam sibuk, yah. Dia sering rapat akhir-akhir ini." Ucap Sabella, ia tidak sepenuhnya berbohong, Adam memang sering menghadiri pers akhir-akhir ini.

Unio hanya mengangguk. Ialu kembali melihat hamparan rumput di depannya bersama Sabella.

Mereka sedang berada di salah satu tanah kosong milik Unio. Di ujung sana terdapat pabrik milik Adam yang baru-baru ini beroprasi. Asap keluar dari cerobong bangunan megah itu.

"Ayah, Sabel rindu bunda." Ucap Sabella seraya memeluk ayahnya. Unio merangkul Sabella lalu mencium puncak kepala Sabella.

"Ayah juga." Sautnya.

Unio lalu melepaskan rangkulannya pada Sabella. Ia menatap Sabella sebentar, "ayah harus ketemu seseorang,"

"Siapa ?" Tanya Sabella.

"Yang mau beli tanah." Ucapnya lalu menepuk pundak Sabella dan pergi.

Sekarang Sabella disini. Sendiri. Menikmati sejuknya udara sore di pedesaan. Ia duduk di salah satu gazebo kecil tak jauh dari tempat ia berdiri tadi.

Ia menutup matanya, menghirup udara alami pedesaan walau sekarang sudah terpolusi asap pabrik.

Sabella menghela nafas, akhirnya setelah sebulan merasa tersiksa dan sakit ia bisa merasa tenang dan lega. Setidaknya ia jauh dari Adam, Decan, kenangan buruknya dan aman bersama ayahnya.

Walapun Decan terlihat sangat baik dengannya akhir-akhir ini tapi ia malah merasa tidak aman dan takut untuk berada disisinya setelah bagun dari pingsan di klinik tadi malam.

Ia kalut. Fikirannya kacau. Banyak hal yang kembali terngiang di kepalanya tentang Decan maupun Adam.

Ia sangat-sangat merasa tak nyaman berada di kota, berada jauh dari ayahnya. Mungkin, inilah balasan untuknya karna ia sudah membuat orang tua satu-satunya yang sangat mencintainya kecewa.

Sabella berencana tidak akan kembali ke kota untuk sementara. Setidaknya sebelum ia merasa aman di kota.

Sabella menoleh ke samping ketika mendengar suara derap langkah. Disana, tak jauh darinya ada seorang perempuan berambut panjang tengah berjalan seraya melihat hamparan rumput. Ia memakai kaca mata. Ia tersenyum ketika melihat Sabella, ada lesung di kedua pipinya ketika ia tersenyum. Sangat manis.

"Hai." Sapanya.

Sabella membalasa senyumannya. "Hai." Sautnya.

"Boleh aku duduk disini ?" Ucapnya ketika berada tepat di samping Sabella. Sabella mengangguk.

"Kamu orang sini ?" Tanya nya. Sabella lagi-lagi hanya mengangguk.

"Kamu ?" Tanya Sabella. Ia mencoba terlihat baik walau ia sedikit trauma bertemu dengan orang baru. Apalagi orang ramah seperti perempuan muda di sampingnya ini.

"Aku disini bisa dibilang liburan. Capek sama suasana kota." Ucapnya seraya terkekeh. Sabella mengangguk merespon ucapannya.

"Kebetulan, aku baru aja lulus SMA. Kalau kamu ?" Tanya nya.

Sabella menggeleng. "Aku kuliah arsitektur di kota. Cuman beberapa semester setelah itu berhenti— aku berhenti karna mau menikah." Ucap Sabella dengan nada miris.

"Tapi na'asnya pernikahan ku gak berjalan baik. Aku bahkan keguguran dan mau berpisah dari suamiku." Sambungnya. Ia tau ini tidak logis, berbicara masalah rumah tangga dengan anak yang baru saja lulus SMA. Tapi respon gadis di sebelahnya ini lumayan baik dengan mengatakan bahwa ia menyesal karna sudah menyinggung tentang itu. Sabella mengangguk dan bilang semuanya tidak apa-apa.

"Kamu sendiri ? Mau sambung sekolah dimana ?" Tanya Sabella melepas suasana canggung.

"aku kesini sama Mama dan adikku. Um... aku mau kuliah bisnis di Amerika biar bisa melanjutkan bisnis ayah." Ucapnya.

"Mama udah ngizinin, tapi papa— dia sibuk, jadi susah untuk di ajak diskusi." Sambungnya seraya menunduk. Ia terlihat sedih.

Sabella menyentuh bahunya. Perempuan itu menoleh, Sabella tersenyum padanya. "Papa kamu sibuk pasti buat kamu, supaya kamu bisa kuliah di Amerika seperti yang kamu mau." Ucap Sabella menenangkan.

"Iya, aku tau. Tapi aku khawatir, kalau papa malah sibuk bukan karna pekerjaan, tapi karna papa punya selingkuhan." Sabella menyatukan alisnya.

"Kenapa kamu bisa bicara seperti itu ?" Tanya Sabella hati-hati.

"Orang-orang seperti papa rawan di dekati wanita. Apalagi papa pebisnis.Kamu taulah, cewek jaman sekarang." Ucapnya seraya menunjukkan jari jempol dan telunjuknya yang digesekkan— Sabella mengerti itu, maksudnya uang.

"Tapi aku selalu berdoa supaya papa dijauhkan dengan hal seperti itu."

Sabella tersenyum lalu menepuk pundak perempuan di sampingnya. "Amin." Ucapnya menyahut.

"Kamu tinggal dimana ?" Tanya nya.

Sabella menunjuk arah kanannya. "Di ujung sana."

"Oh, dekat juga ya." Sahut perempuan disampingnya.

"Kalau kamu tinggal dimana ?" Tanya Sabella balik.

"Rumah ku di tengah kota, di komplek yang gak jauh dari Mall Bestari."

Ah, komplek perumahan Adam. Batin Sabella.

Sabella hanya mengangguk untuk merespon. "Udah mau gelap." Ucap Sabella.

Perempuan di sampingnya mengangguk. "Aku harus pulang." Ucapnya.

Sabella juga mengangguk. "Sampai ketemu lagi." Ucapnya lalu berjalan meninggalkan Sabella. Tapi, belum jauh berjalan ia berbalik dan menghampiri Sabella.

"Ada apa ?" Tanya Sabella.

Ia tergelak. "Kita belum kenalan." Ucapnya.

Sabella ikut tergelak lalu mengulurkan tangannya. "Aku Sabella— Sabella Xaviera."

Ia membalas uluran tangan Sabella. "Aku Kathreena— Kathreena Alea Bernadi."

Sabella tersentak, senyumnya hilang seketika. Bernadi. Dia anak Adam. Anak perempuan Adam yang belum sama sekali ia lihat dan temui.

Kathreena lalu melepas uluran tangannya. "Oh iya, itu Mama dan adikku." Ucapnya seraya menunjuk wanita dan seorang bocah laki-laki berumur sekitar 10 tahun sedang membawa layangan.

Mereka mendekat, jantung Sabella berpacu sangat kencang. Ia mati kutu, tak tau hendak berbuat apa.

"Hai, saya Amy." Ucap wanita itu ketika berada tepat di depan Sabella. "Dan ini, anak saya Rey." Sambungnya seraya menyentuh puncak kepala bocah laki-laki di sampingnya.

"Halo tante, saya Rey Callahan Bernadi." Ucap bocah laki-laki itu dengan nada yang ceria dan senyum yang mengembang. Kathreena terkekeh seraya mengacak-acak rambut adiknya.

"Sa— saya— sa— Sabella." Ucap Sabella terbata-bata. Amy tersenyum, lalu sedetik setelahnya tampak keheranan.

"Bukannya kamu yang waktu itu di parkiran mall ya ?" Tanya Amy. Sabella meneguk salivanya lalu mengangguk kaku.

"Kebetulan sekali ya." Ucapnya seraya terkekeh.

"Nama kamu juga tidak asing." Ucapnya.

Ya, tentu saja. Kamu yang mengangkat telfonku sampai Adam marah dan membunuh janinku. Batin Sabella.

Sabella menunduk, tangannya sudah terkepal disisi tubuhnya. "Mungkin, itu bukan saya. Nama saya lumayan pasaran." Ucap Sabella dingin.

Amy terkekeh. "Nama kamu cantik kok seperti yang punya." Ucapnya.

Sabella hanya menyeringai lalu menatap Amy.

"Ayo ma, udah gelap. Duluan ya, Sabella." Ucap Kathreena.

"Duluan ya," ucap Amy lagi. Sabella tak mengubris dan hanya melihat mereka pergi dengan tatapan dingin.

***

Halo !
Aku mau nanya, bagaiman tanggapan kalian sama cerita THE LAST PSYCHO's SLAVE ini.
Aku penasaran banget, komen ya hehe
Btw, sedih banget part 15 gaada yang komen. Bosen ya ? Um, i tried my best btw.
Tapi gakpapa, aku bakalan lebih giat dan bikin cerita TLPS ini semakin seru dan ngefeel.
Kalau begitu, tetap sama Decan dan Sabella ya !💖

Love,
Depone.

Continue Reading

You'll Also Like

5K 256 33
"We're so childish, aren't we?" - Sebuah kisah-kasih dalam balutan biru telah tertulis abadi di sudut abu-abu. Ditemani oleh hujan dan sapuan angin m...
98K 8.9K 31
ยฉCopyright by Jlyexile, November 2019 R 17 | Bagi ade-ade yang belum cukup umur ayo mundur, jangan di baca, konflik disini belum sesuai dengan usia k...
276K 23.9K 74
Completed | Teenfiction-romance comedy [Private acak. Follow dulu sebelum baca] โ๐™๐™๐™š ๐™ฉ๐™ž๐™ข๐™š ๐™ฌ๐™๐™š๐™ฃ ๐™ž'๐™ข ๐™ค๐™ฃ๐™ก๐™ฎ ๐™จ๐™š๐™š๐™ž๐™ฃ๐™œ ๐™๐™ช๐™ข๐™–๐™ฃ๐™จ ๐™ฃ...
118K 7.4K 35
ใ€Œ follow dulu sebelum baca ใ€ โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€ โYou are the shooting star that I always d r e a m of.โž Bagaimana jika aku menceritakannya...