The Last Psycho's Slave

By Rdepone

337K 12.2K 510

Be wise readers, it's adult only ! Cerita tidak di private. DO NOT COPY PASTE PLEASE ! =====================... More

1. The King.
2. The Slave.
3. The King : His life.
4. The Slave : Her life.
5. The King : next to his slave.
6. The Slave : the king in her dream.
7. The King : the ritual he made.
8. The Slave : she needs her king.
9. The King : trapped by his slave.
10. The Slave : horrible momment with her king.
11. The King : his plan through his slave.
12. The Slave : her tears, her pain and her end.
14. The Slave : her king was her hero.
15. The King : does he realize ?
16. The Slave : encounter.
17. The King : missing her.
18. The Slave : forbidden love.
19. The King : he wants her like crazy.
20. The Slave : it happens again.
21. The King : got her.
22. The Slave : one fine day with you.
23. The King : i won't let her go.
24. The Slave : Decan, leave me please...
25. The King : dusk till dawn.
26. The Slave : we finally meet.
27. The King : am I daydreaming ?
28. The Slave : the beginning of our.
29. The Finale.
30. The Epilogue.

13. The King : his slave's ironic story.

10.1K 383 10
By Rdepone

Comment for next part
Vote for next part

***

Decan berjalan dengan tergopoh-gopoh di lorong rumah sakit. Ia baru saja di telfon oleh Aleesha yang mengatakan neneknya baru saja di bawa kerumah sakit karna pingsan. Decan cemas bukan main, ia langsung meninggalkan pekerjaannya dan ngebut menuju rumah sakit.

Decan menghampiri meja resepsionis. Bertanya dimana neneknya di rawat dan langsung menuju kamar neneknya. Disana ada Aleesha dengan mata yang sembab, ia memeluk Decan begitu Decan masuk. Decan mengelus punggung Aleesha lalu mencium puncak kepalanya.

"Abang... nenek— hiks"

Decan mengelus rambut Aleesha, menenangkan gadis itu.

Tak lama pintu terbuka, seorang dokter dan perawat masuk. Decan menghampiri mereka, bertanya bagaimana kondisi neneknya.

"Pingsannya ibu Danielle sebenarnya disebabkan oleh tekanan darahnya yang sangat tinggi. Tapi untuk sekarang kondisi ibu Danielle sudah membaik. Jadi kita biarkan dulu beliau beristirahat."

Decan mengangguk. Lalu menyuruh Aleesha untuk istirahat karna ia baru saja pulang sekolah. Ia juga merebahkan dirinya di samping Aleesha sambil memperhatikan neneknya.

Ia sangat khawatir. Begitulah perasaan Decan sekarang. Hanya nenek dan Aleesha yang ia punya. Mereka sudah seperti belahan hatinya, ia tidak bisa hidup tanpa salah satunya.

Ia melirik Aleesha sekilas, ia masih segukan. Matanya kembang dan ia masih memakai seragam sekolah.

Decan menarik Aleesha kembali kepelukannya. Ia juga dapat merasakan ketakutan dari hati Aleesha. Walaupun Aleesha adik angkatnya sekalipun tapi ia sangat-sangat mecintai Aleesha sebagaimana ia menecintai neneknya.

"Nenek pasti bakalan baik-baik aja. Doain aja yang terbaik buat nenek."

Decan dapat merasakan Aleesha mengangguk di dadanya.

"Abang harus ngurus adsministrasi rumah sakit dan ambil keperluan nenek dirumah. Kamu bisa jaga nenek kan ?"

Aleesha mengangguk lalu melepas pelukannya pada Decan.

"Nanti abang bawain baju ganti buat kamu juga."

Decan berdiri, lalu berlalu menuju ranjang neneknya. "Nenek Decan pergi sebentar ya..." ucapnya sambil mengganggam tangan neneknya.

Tidak ada jawaban tentu saja, neneknya masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Decan lalu menghela nafas dan keluar ruangan. Decan mengurus adsministrasi dahulu sebelum ia menuju basement tempat ia memarkir mobilnya dan melaju menuju rumahnya dan neneknya.

Sesampainya di rumahnya, ia menelfon Poppy mengabarkan bahwa kemungkinan besok ia tidak dapat masuk kantor karna Aleesha masih harus sekolah dan ia yang akan menjaga neneknya. Poppy mengiyakan, ia juga bilang bahwa ia akan menjenguk nenek Decan besok malam setelah pulang kantor.

Decan lalu membersihkan tubuhnya, membawa beberapa baju dan keperluannya. Lalu kembali melaju menuju rumah neneknya.

Ia menghidupkan lampu rumah nenek, mengambil beberapa keperluan nenek dan Aleesha lalu kembali pergi dengan mobilnya.

Jarak jauh antara rumah sakit, rumah Decan, rumah Neneknya membuat ia harus berjam-jam di jalan. Hingga langit sudah menggelap.

Decan melirik sekilas jam. Sudah hampir jam tujuh malam. Yang ia harapkan setelah ia sampai ke rumah sakit ialah : menemukan neneknya dengan senyum merekah menyambutnya.

***

Decan mengeluarkan tas besar dan sekantong makanan dari bagasi mobil begitu sampai di parkiran rumah sakit.

Parkiran lumayan sepi, mengakibatkan orang-orang akan saling mengetahui jika berada disana.

Decan berjalan menuju pintu masuk begitu terheran mendapati pejabat tinggi yang ia temui di loby waktu itu sedang merokok di samping mobil Jeep Wrengler putih.

Decan mengerutkan kening. Adam sendiri, tidak ada bodyguard ataupun suruhannya. Ia benar-benar sendiri dengan kemeja yang lumayan lusuh. Decan tak berniat menyapa sebelum ia bertemu pandang dengan Adam. Tatapannya dingin, ia lumayam terlihat depresi. Decan menunduk sopan lalu berlalu tanpa memeperdulikan sosok itu lagi.

Decan memasuki lift, kamar neneknya tidak di lantai dasar.

Dan ia langsung dibuat penasaran begitu keluar dari lift dan mendapati Egi tengah berdiri di depan pintu yang berhadapan dengan neneknya.

Ini tidak mungkin ada sangkut pautnya tentang nenek kan ? Batin Decan.

Decan melajukan langkahnya dan langsung membuka kamar neneknya begitu berada di depan. Aleesha menatap Decan heran, nenek juga begitu. Nenek sudah sadar ! Tapi rautnya tidak seperti biasa. Wajahnya pucat dan ia terlihat lemah.

"Decan..." sapa nenek.

Decan tersenyum lalu masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu. Decan meletakkan tas dan kantong makanan ke meja lalu menghampiri nenek.

"Nenek sudah baikan ?"

"Lumayan..." Decan tersenyum mendengarnya.

Ia lalu menyuruh Aleesha untuk mandi dan makan. Ia juga menyuapkan makanan pada nenek. Tentu saja makanan yang ia suapkan makanan dari ruma sakit— bubur tawar dan lauk tawar. Tapi nenek terlihat sangat-sangat menikmatinya, mungkin karna Decan yang menyuapi.

"Decan, kapan kamu kamu kenalin nenek sama calonmu." Decan terkesiap. Ia lalu terkekeh.

"Belum ada, nek." Nenek mengerutkan dahinya di sela mengunyah makanan.

"Belum ada ? Mana ada laki-laki ganteng seperti kamu belum ada yang punya di umur segini." Ucap nenek.

Decan tergelak, "Decan belum nemu yang pasti, nek."

Nenek tertawa, ia mengelus rambut Decan. "Jangan sungkan kenalin ke nenek. Siapapun itu, selama ia baik, nenek akan terima."

Decan mengangguk lalu kembali menyuapi nenek makanan. "Decan kalau nenek sudah tidak a—"

"Nenek jangan ngomong seperti itu." Tegas Decan.

"Nenek tetap akan sama Decan, Decan gak bisa hidup tanpa nenek." Sambungnya.

Nenek menghela nafas, "lambat laun nenek tetap akan dimakan usia, jangan pernah mengelak tentang fakta. Nenek mau kamu jaga Aleesha kalau nenek sudah tidak ada."

"Nenek masih disini nek, jangan pikirkan tentang itu. Decan akan jaga nenek dan Aleesha sampai kapanpun." Ucap Decan seraya menggenggam tangan nenek. Raut wajahnya sudah sanga serius, nenek tidak kembali membuka suara, ia takut Decan akan murka.

Tak lama dari itu, Aleesha keluar dengan setelah tidur. Ia lalu mengajak Decan untuk makan yang Decan tolak mentah-mentah.

"Makan Decan, kamu tidak makan sama saja kamu bunuh nenek perlahan."

Decan mati kutu mendengar penuturan neneknya, ia lalu mengiyakan dan ikut serta dalam acara makan Aleesha.

Baru saja Decan hendak menyuap nasi ia mendengar suara tangisan dan teriakan dari luar. Decan mengerutkan dahi. Ia berdiri dan mengintip lewat kaca pintu. Suara itu berasal dari kamar depan, Aleesha mengikuti Decan lalu membuka pintu. Decan dapat melihat dengan jelas Egi dan beberapa perawat yang tengah menenangkan seorang perempuan di atas kasur.

Decan mendekat, ia semakin curiga dengan apa yang terjadi. Aleesha mengikutinya.

Decan terbelak begitu mendapat Sabella tengah meraung-raung. Ia menendang dan memukul orang-orang di dekatnya, ia seperti kerasukan setan.

"Aleesha, kamu masuk, jaga nenek." Ucap Decan, Aleesha mengangguk lalu kembali ke kamar neneknya.

Decan menerobos masuk, ia sempat bertemu pandang dengan Egi.

"LEPASKAN KEPARAT !" teriak Sabella. Perawat tampak semakin mempererat regangannya kepada Sabella.

"LEPASKAN ! JANINKU GAK MATI ! JANINKU GAK MUNGKIN MATI ! LEPASKAN !" Raung Sabella, air matanya mengalir deras di pipinya.

"DASAR LAKI-LAKI BAJINGAN ! DIA MEMBUNUH ANAKKU ! DIA BUNUH ANAKNYA SENDIRI !!"

Sabella mencoba melepaskan diri dari regangan perawat dan Egi. Infus dan selang oksigennya telah terlepas. Penampilannya acak-acakkan.

"LEPASKAN BRENGSEK !!" Teriak Sabella.

"Sabella tenangkan dirimu ! Kamu bisa membahayakan dirimu sendiri !" Bentak Egi. Sabella tak peduli, ia tetap menangis meraung.

"KAMU GAK TAU GIMANA RASANYA KEHILANGAN ANAK, KEPARAT ! LEPASKAN ! LEBIH BAIK AKU MATI !"

Decan terpangu, ia tak tau harus melakukan apa. Ia sakit melihat kondisi Sabella seperti ini, ia sangat tak tega mendengar raungan Sabella.

Dalam hati ia memaki Adam. Berani-beraninya ia sampai menyakiti Sabella dan mementingkan dirinya sendiri. Ia pejabat tak tahu malu.

Decan berjalan mendekat kearah Sabella, ia menerobos kumpulan perawat yang mencoba menenangkan dan meregang Sabella.

"Tolong mbak, mbak bisa semakin sakit kalau begini..." ucap salah satu perawat. Ia memeluk kaki kanan Sabella.

"BIARKAN AKU MATI ! LEPASKAN ! AKU MAU KETEMU ANAKKU !" Raung Sabella.

"Sabella, ini aku Decan... tolong jangan begini, ada aku disini..."  ucapnya seraya ikut memegang tangan Sabella.

Ia tak tau kenapa ia berucap seperti itu, ia tak memikirkan mungkin Sabella akan lebih menjadi-jadi karna ada pembunuh di sampingnya ketika ia baru saja kehilangan janinnya.

Decan menggeleng pelan, ia semakin mempererat genggamannya pada tangan Sabella.

"Sabella, aku mohon. Kamu bisa makin sakit..." ucap Decan.

Dan ajaibnya, Sabella melemah setelah Decan berucap. Ia menatap Decan dengan tatapan yang miris.

"Decan... anakku udah gak ada... aku gak becus jaga janinku..." ucapnya lirih seraya menatap Decan.

Decan menggeleng, "ini bukan salah kamu, ini semua takdir..." ia lalu mengelus kepala Sabella.

"Decan— hiks... laki-laki keparat itu yang membunuh janinku..." ucapnya di sela isakannya.

Decan lalu menarik Sabella kepelukannya seraya mengelus kepalanya. Sabella terisak, ia menangis di dada Decan tak kalah hebatnya seperti sebelumya.

Decan melirik Egi, laki-laki itu dengan nafas yang terengah-rengah berlalu keluar dengan ponsel di daun telinganya. Decan yakin betul bahwa ia menelfon atasannya— Adam.

Decan menatapnya sinis seraya mengelus kepala Sabella. Egi juga menatapnya, ia berbicara dengan seseorang di ujung telfon.

Decan dapat membaca apa yang ia bicarakan, ia sempat menggumamkan namanya—Menyebut nama Decan.

***

Aku tau part ini kacau banget. Tolong dimaafkan 🙏🏻

Sebagai gantinya bonus foto abang Decan💖

Continue Reading

You'll Also Like

276K 23.9K 74
Completed | Teenfiction-romance comedy [Private acak. Follow dulu sebelum baca] โ๐™๐™๐™š ๐™ฉ๐™ž๐™ข๐™š ๐™ฌ๐™๐™š๐™ฃ ๐™ž'๐™ข ๐™ค๐™ฃ๐™ก๐™ฎ ๐™จ๐™š๐™š๐™ž๐™ฃ๐™œ ๐™๐™ช๐™ข๐™–๐™ฃ๐™จ ๐™ฃ...
1M 17.1K 9
Setelah membaca dengan teliti petunjuk cara menggunakan testpack yang ada di tangannya. Rea melangkahkan kaki menuju kamar mandinya. Memejamkan mata...
118K 7.4K 35
ใ€Œ follow dulu sebelum baca ใ€ โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€โ–€ โYou are the shooting star that I always d r e a m of.โž Bagaimana jika aku menceritakannya...
98.2K 11K 200
Judul Inggris : Divine Physician, Overbearing Wife: State Preceptor, Your Wife Has Fled Again! Feng Ru Qing adalah seorang putri manja dengan wajah m...