Sacrifices | ✓

By priscillangel

288K 29.2K 831

|HIGHEST RANKING: #29 IN WEREWOLF CATEGORY | "Jika kau tidak mau berkorban untuk mencapai apa yang kau ingink... More

Notes
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
THANKYOU!
Part 38
Part 39
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Epilogue
Promises

Part 40

3.2K 382 6
By priscillangel

[Warning : 2.500 Words - salah satu part terpanjang yang pernah aku buat]


Setelah hampir satu jam menghabiskan waktuku untuk menangis dan meluapkan semua perasaanku – apapun itu – aku akhirnya berhasil menenangkan diriku kembali dan menyandar pada dipan tempat tidurku. Jujur aku tidak pernah memikirkan hal-hal yang tadi Eli katakan padaku dan memang aku sangat sedih serta kecewa akan diriku sendiri ketika menyadari semua itu. Tapi disisi lain aku juga merasa sangat beruntung karena ada Eli yang bisa membantuku menyadarinya.

Aku berusaha beranjak dari tempat tidurku meski aku tahu bahwa aku merasa sedikit lelah dan pusing akibat luapan emosiku barusan tapi aku merasa bahwa Aku harus menemui Aiden saat ini juga sebelum semuanya terlambat.

Hanya saja aku berhenti ketika aku baru saja melangkah keluar kamar dan menoleh kearah sisi kiri dari pintu kamarku hanya untuk menemukan sosok Ace disana.

Aku terdiam tidak tahu apa yang harus kulakukan dan aku melihat Ace menyadari hal itu dariku. Aku menundukkan kepalaku dan menutup pintu kamarku perlahan tapi setelah itu aku tidak melakukan apapun. Aku tahu ada hal yang ingin disampaikan Ace padaku, dan jujur aku tidak yakin aku mau mendengarkan apapun yang akan disampaikannya itu saat ini. Entah mengapa aku merasa tidak nyaman dan sedikit takut akan apa yang akan dikatakannya itu. Aku hanya berharap itu tidak akan menambah buruk hal yang sudah terjadi.

"Hei –" ucap Ace setelah beberapa saat dan aku melihat dari sudut mataku Ia melangkah kearahku, dan tanpa sadar – aku melangkah mundur seakan tidak ingin Ia mendekat.

Aku menatap kebawah dan memandang kearah kakiku sendiri karena aku tidak pernah menduga aku akan melakukan itu.

Lalu aku memberanikan diri untuk mengangkat kepalaku untuk menatap Ace – dan aku mendapati pria vampire itu menatap terkejut dan ada sedikit kilatan sedih – kecewa di pandangan matanya.

Aku mendengar Ace berdeham pelan dan menghela nafas seakan Ia sedang mengumpulkan keberanian untuk mengatakan hal yang ingin Ia katakan itu padaku.

"Jujur – aku ingin menjelaskan semuanya, tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana." Ucap Ace perlahan setelah beberapa saat berlalu,

"Aku tidak pernah menduga bahwa semua akan berakhir seperti ini. Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik tapi sepertinya ada hal yang berjalan diluar keinginan dan kesadaranku." Jelas Ace, dan aku hanya terdiam berusaha mencerna apapun yang dikatakannya,

"Sejak awal aku bertemu denganmu – aku memang merasa bahwa kau adalah gadis werewolf yang baik. Dan entah mengapa ketika aku berbicara denganmu, melakukan kegiatan bersamamu membuatku seakan teringat akan sosok diriku yang dulu."

"Sosok diriku ketika aku masih bersamanya – bersama istriku sebelum akhirnya Ia harus meninggal dalam penyerangan yang dilakukan Vernon dulu. Dan tanpa kusadari ada bagian dalam diriku yang ingin menjaga perasaan itu, perasaan tenang dan seakan semua akan baik-baik saja yang kudapat ketika berada didekatmu meski aku tahu bahwa aku tidak boleh merasakan itu."

"Apalagi ketika aku merasakan itu – denganmu." Tambahnya, dan aku menghela nafas kecil karena kurasa Ace benar-benar tulus mengatakan itu semua, tapi bukan berarti itu akan merubah apapun bukan? Hal yang sudah terjadi memang tidak bisa diputar ulang, jadi Aku hanya perlu berpikir untuk memperbaiki kesalahan yang ada.

"Aku tahu bahwa ini semua terjadi karena kesalahan dan kebodohan yang kulakukan. Aku tidak pernah memperhitungkan bahwa orang lain selain diriku sendiri akan menyadari semua itu."

"Percayalah, aku sudah berusaha keras untuk menutupinya semampuku."

Aku menatap kearah Ace ketika melihat pria itu melangkah maju mendekatiku, tapi kali ini aku tidak memberikan reaksi apapun dan hanya terdiam menatapnya.

"I'm sorry Ella." Ucap Ace kearahku.

"I'm so sorry –" tambahnya dan aku tahu bahwa Ia benar-benar memohon maaf padaku dari nada suara yang kudengar saat Ia mengucapkan kata-kata 'maaf' itu.

"Thank you, karena kau sudah memberanikan diri dan berusaha menjelaskan situasi ini padaku. Tapi kau tahukan bahwa itu tidak akan mengubah apapun?" ujarku setelah memikirkan hal yang benar-benar ingin kukatakan padanya.

Aku melihat sekilas kearah Ace yang mengangguk perlahan lalu tersenyum kearahku.

"Aku tahu. Dan karena itulah aku berusaha mengatakan ini padamu. Aku juga berharap ini bisa membantuku untuk kembali ke jalur yang benar."

Aku tersenyum ketika mendengarnya mengatakan itu, seakan Ia memang sudah sadar dan memahami bahwa memiliki perasaan dan ketertarikan padaku adalah hal yang 'salah'.

"Kau – mau menemui Aiden?" tanya Ace padaku dan aku mengangguk pelan.

"Good luck dan tolong sampaikan maafku padanya jika memungkinkan." Ucapnya dan setelah itu Ace langsung berbalik meninggalkan diriku.

--

Aku berusaha mencari Aiden tapi aku sama sekali tidak menemukannya di beberapa tempat yang kupikir akan menjadi tempat Aiden menyendiri saat ini.

Aku berjalan kearah kamarku lagi tapi aku langsung berhenti melangkah ketika merasakan kehadiran Joziah dan Steve. Tanpa pikir panjang aku langsung sedikit berlari menuju kedua pria itu berada.

"Hai –" sapaku pada mereka, " – Apa kau melihat Aiden?" tanyaku langsung tanpa basa-basi, dan kulihat Joziah tertawa kecil karena Ia seakan dapat menangkap basah alasanku mencari Aiden.

"Dia sedang berlari di hutan. Kurasa Ia membutuhkan itu untuk sedikit menenangkan dirinya." Jawab Joziah dan aku tersenyum kearah mereka.

"Mungkin jika kau menyusulnya sekarang kau bisa menemui Aiden di jalur kembalinya. Kau bisa mengikuti aromanya." Jelas Joziah,

"Tapi – berhati-hatilah. Bagaimanapun saat ini kau bukan hanya mate Aiden atau werewolf biasa. Aroma tubuhmu sangat kuat Ella dan sangat langka jadi jangan gegabah. Jika kau merasakan sesuatu kau harus memberi tahu Eli dan berlari kembali kesini." Sela Steve tepat sesaat sebelum aku ingin mengatakan terima kasih pada Joziah, dan aku terdiam sejenak ketika menyadari bahwa bagaimanapun sisi The Next Delta dalam dirinya tidak akan bisa ditutupi.

"Thank you." Ucapku pada keduanya dan aku langsung bergegas menuju keluar dan sesaat setelah aku melangkah keluar aku dapat mencium aroma Aiden. Dan melihat aromanya begitu kuat maka Ia pasti sedang berlari dengan sisi Serigalanya.

Aku berlari kecil mengikuti aromanya dan aku tahu bahwa Bianca juga membantuku dalam hal ini, karena baik diriku maupun dirinya berharap bisa sesegera mungkin menyelesaikan pertengkaran ini.

Ikatakan mate yang dimiliki oleh Werewolf akan selalu mendorong siapapun yang merasakannya untuk selalu berada bersama dan saling menyayangi satu sama lain. Jadi ketika kita bertengkar atau berada dalam posisi yang jauh akan membuat kami para werewolf merasakan sakit. Memang rasa sakit itu tidaklah seberapa tapi tetaplah akan terasa dan jika dibiarkan itu hanya akan membuat perasaan kami kacau.

Aku merasakan sosok Aiden sudah sangat dekat dan aku memacu diriku untuk berlari kearahnya. Tapi disaat yang bersamaan aku merasakan sosok lain didekatku dan ketika aku berusaha mengenali sosok itu perhatianku teralihkan sehingga membuatku salah melangkah dan aku langsung terjatuh ketanah.

"Wah –" ucapku sesaat ketika menyadari bahwa 'sosok' yang memecah pikiranku dan membuatku terjatuh adalah seekor anjing liar.

Aku langsung beranjak berdiri dan sedikit mengibaskan debu tanah yang menempel pada sekujur badanku. Aku tidak menduga akan kehadiran anjing liar itu tadi, dan jujur aku terjatuh dengan cukup keras karena aku sedang berlari dengan tempo yang cepat sebelumnya. Jadi dalam sekejap aku sudah menyentuh tanah dan berguling diatasnya membuat semua debu dan kotoran yang ada menempel di sekujur tubuhku.

"Apa yang kau lakukan?" tanya seseorang dan ketika aku mengangkat kepalaku – aku mendapati Aiden disana.

Ia hanya menggunakan celana pendek menunjukkan bahwa Ia memang baru saja berlari dengan serigalanya.

Ia berdiri tidak jauh dariku tapi melihat Ia tidak langsung melangkah mendekatiku atau memastikan diriku baik-baik saja maka itu memperkuat dugaanku kalau Ia masih sedikit terganggu dengan pertengkaran kami tadi.

"Aku mencarimu. Dan Joziah memberitahuku bahwa kau sedang berlari di hutan." Jawabku jujur dan aku melanjutkan kegiatanku tadi – membersihkan pakaian dan celanaku dari tanah yang menempel.

Aku merasakan tatapan Aiden pada ku dan Ia seakan memastikan bahwa Aku tidak terluka dengan menatapku dari atas kebawah – melakukan pengecekan dengan sepasang matanya. Akupun memberanikan diriku untuk menatap balik kearahnya, dan pria itu langsung melemparkan padangannya pada sisi kanannya menunjukkan bahwa Ia sedikit terkejut aku mengetahui bahwa Ia memandang kearahku.

"Aku mencarimu untuk mengatakan – maaf" ucapku perlahan kearahnya dan Aiden langsung mengalihkan padangannya kembali kepadaku.

"Aku tidak pernah berusaha memahami apa yang kau pikirkan dan terus memaksamu untuk melakukan apa yang kumau. Dan jujur aku selalu melakukan itu seakan itu memang yang sudah selayaknya kudapatkan darimu. Kurasa aku bahkan tidak pernah melakukan hal yang sama padamu."

"Jadi maaf. Aku sadar bahwa dalam pertengkaran kita kali ini aku juga melakukan kesalahan, meski aku juga tahu bahwa aku bukanlah yang menjadi penyebab utamanya. Tapi tetap saja sikap keras kepalaku dan sikap acuh tak acuh yang kumiliki mendorong kita pada titik ini." Jelasku pada Aiden yang hanya menatapku dari tempat Ia berdiri saat ini.

Aku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.

Sebenarnya aku tidak menduga bahwa Aiden akan memberikan reaksi yang 'dingin' seperti ini. Well, lebih tepatnya aku tidak pernah berpikir bahwa ada sisi seperti ini padanya. Aku tahu bahwa Ia bukanlah pria yang selalu bersikap hangat dan ceria setiap waktu, tapi bagiku Ia tetap selalu menjadi sosok yang akan mengerti dan memaafkanku ketika aku melakukan kesalahan. Itu yang selalu ada dalam benakku dan pikiranku ketika Aku memikirkan soal Aiden.

Jadi melihat Ia hanya terdiam melihatku saat ini, seakan menjadi pertanda bahwa Ia tidak akan memaafkanku dan itu membuatku sedikit takut. Bagaimana jika Ia benar-benar lelah dengan semuanya? Dan memintaku untuk memutuskan hal yang tidak akan pernah bisa kuputuskan?

Bagaimana jika disini Ia langsung bertanya – apa yang akan kupilih diantara pulang dengannya dan tetap disini membantu Ace tapi aku harus berpisah dengannya?

Aku tahu bahwa mungkin aku terlalu berpikir berlebihan, tapi jika kau ada diposisiku saat ini dan melihat tatapan Aiden padaku – aku yakin kau bisa memahami kenapa aku berpikir seperti ini.

"Ehm, sebelum kau dan Eli maupun lainnya sampai disini, aku selalu berharap dan memohon agar apapun yang terjadi aku bisa kembali bertemu dan menghabiskan waktu bersamamu. Dimana sejak pertama kita bertemu hingga saat ini aku tahu bahwa kita tidak pernah benar-benar menghabiskan waktu 'bersama'. Aku bahkan belum pernah mengatakan hal yang sebenarnya ingin kukatakan padamu." Ucapku setelah aku memberanikan diriku untuk jujur padanya dan yang terpenting adalah jujur pada diriku sendiri,

"Dulu ketika Paman Timios mengatakan bahwa aku bisa saja menemui kematianku ketika aku bertemu dengan mateku, dimana itu adalah dirimu, jujur aku sedikit takut dan ragu. Apa aku memang sudah seharusnya melakukan ini? Apa aku bisa tetap bersamamu dan melalui itu semua?"

"Tapi – setelah waktu berlalu dan aku benar-benar melalui ini semua membuatku menyimpulkan bahwa apapun yang terjadi nanti –"

Aku menatap kearah Aiden dan aku melihat bahwa kedua matanya sedikit berubah warna, membuatku tersenyum kecil karena ternyata Ia tidak benar-benar mengacuhkanku.

" – apapun itu, aku tidak akan pernah menyesal sudah bertemu denganmu sebagai mate ku. Bertemu denganmu, meski itu hanya beberapa bulan yang lalu, tapi aku merasa bahwa aku seakan sudah mengenalmu sejak dulu. Aku tahu bahwa itu juga terpengaruh karena ikatan yang kita miliki, tapi – aku tidak yakin bahwa jika mateku adalah orang lain aku akan merasakan hal yang sama." Lanjutku dan aku berhenti sejenak sebelum mengatakan hal yang sebenarnya ingin kukatakan.

Aku tidak pernah mengatakan hal ini pada siapapun kecuali keluargaku, karena aku belum pernah menemukan sosok yang tepat untuk mengucapkannya – hingga aku bertemu dengan Aiden.

"I love you – Aiden."

Aku langsung mengatupkan bibirku ketika kata-kata itu keluar dari bibirku. Dan sebelum aku benar-benar menenangkan detak jantungku yang seakan ingin meledak akibat 'pengakuan' tiba-tiba yang kulakukan ini, Aiden melangkah kearahku dan dalam hitungan detik Ia sudah berada tepat dihadapanku.

Aiden merengkuh wajahku dengan kedua tangannya, dan aku mengangkat kepalaku untuk menatap kearahnya. Sesaat ketika tangannya menyentuhku aku merasakan sengatan kecil pada diriku, dan aku mendengar dalam benakku geraman kecil dari Bianca yang menunjukkan bahwa Ia menyukainya.

Dan aku juga menyukai ini – Aiden yang berada didekatku.

Keheningan dan suara angin yang bersentuhan dengan dedaunan di pohon yang ada disekitar kami menjadi hal yang satu-satunya kudengar saat ini. Tapi ketika Aiden melangkah lebih dekat secara perlahan aku bisa mendengar suara detak jantungnya. Dan itu membuatku tersenyum karena bukan hanya diriku yang merasakan luapan emosi ini.

"Aiden –" ucapku ingin mengatakan sesuatu padanya, tapi belum sempat aku menyelesaikan kalimatku Aiden mendekatkan wajahnya padaku dan menciumku.

Itu hanya sebuah kecupan kecil, dimana Ia langsung melepaskan bibirnya dariku dan menarik sedikit wajahnya hingga hanya ada jarak kecil diantara aku dan dirinya.

"I love you too – Ella." Ucap Aiden perlahan seakan berbisik padaku. Membuatku langsung merengkuhkan tanganku padanya dan menariknya untuk kembali menciumku.

Aku menciumnya seakan tidak ada hari lain setelah ini, dan aku tahu bahwa itu karena luapan emosi yang aku rasakan beberapa hari terakhir ini. Rasa bersalah, rasa rindu dan juga ikatan mate yang kita miliki membuatku merasakan suatu dorongan yang membuatku mencium Aiden seakan tidak akan ada waktu lain setelah ini.

Dan aku juga merasakan hal itu dari Aiden.

Aku bisa merasakan dirinya begitu menginginkan ini. Bisa kembali menyentuhku, memastikan diriku berada didekatnya, dan memastikan bahwa aku benar-benar miliknya. Hanya miliknya seorang.

Kita menghabiskan waktu beberapa saat untuk saling meluapkan emosi yang ada dengan ciuman itu. Dan setelah aku maupun Aiden sama-sama membutuhkan udara barulah Ia melepaskan tautan bibirnya dariku.

Aiden menarik pelan kepalaku dan memelukku. Ia sengaja merendahkan dirinya sedikit dan membuatku mampu menyandarkan kepalaku pada pundak kirinya. Aidenpun melakukan hal yang sama, Ia merebahkan kepalanya pada pundak kananku.

Tapi belum sempat aku memulihkan diriku dari ciuman yang kita lakukan barusan, Aiden tiba-tiba mencium bawah leher kananku, tepat didekat garis selangka bahuku. Dan Ia menciumnya selama beberapa detik, membuatku nyaris kehilangan kesadaranku karena aku tahu bahwa Ia mencium titik 'itu'.

"Aku akan memberikan mark ku disini –" bisik Aiden perlahan dengan suara khas nya yang terdengar lebih jelas karena posisi kami saat ini.

Aku memejamkan kedua mataku dan berusaha menjaga diriku agar tidak terjatuh karena percayalah hal yang dilakukan Aiden barusan membuatku kehilangan tenaga pada kedua kakiku. Aku memeluk Aiden lebih erat berharap itu bisa membantuku untuk tetap berdiri.

" – setelah semua ini berakhir. Aku akan menandaimu dengan mark ku, apapun yang terjadi aku akan melakukannya. Jadi jangan berharap kau bisa melupakanku atau meninggalkanku setelah semua ini." Tambahnya dan aku langsung membuka kedua mataku ketika mendengarnya mengatakan itu.

Aku melepaskan perlahan pelukan ku pada Aiden dan menatap tepat kearah kedua matanya. Lalu meletakkan tangan kananku pada sisi wajah Aiden.

"Apa maksudmu dengan mengatakan aku akan melupakan atau meninggalkanmu?" tanyaku padanya, dan jujur ucapannya sedikit menyakitkan karena Ia seakan tidak percaya aku akan selalu bersamanya setelah semua yang kuucapkan dengan susah payah tadi.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Bahkan dalam kondisi seburuk apapun, aku yakin aku tidak akan pernah meninggalkanmu Aiden. Kenapa kau kau bisa mengatakan itu?"

Aiden tersenyum kecil dan mengecup pelan kening kepalaku sebelum akhirnya menatap kearah diriku.

"Entahlah. Akhir-akhir ini aku seakan merasakan hal aneh dalam diriku. Dan itu membuatku bahwa aku tidak seharusnya membuatmu melakukan pertempuran ini sejak awal, dan karena itulah aku ingin mengajakmu untuk berhenti. Aku tahu bahwa kau tidak akan mungkin berhenti, tidak setelah semua perjuangan yang kau lakukan. Dan aku menghargai itu – maka aku berusaha untuk melupakan perasaan itu hingga suatu titik dimana aku tidak bisa menolaknya lagi." Jawab Aiden,

"Baik diriku maupun serigalaku merasa bahwa sesuatu akan terjadi padamu. Meski aku juga tahu bahwa ini bisa saja karena aku terlalu khawatir, maka dari itulah aku mengatakan hal itu. Aku percaya padamu – aku tidak mungkin meragukanmu ketika kau berkata tidak akan pernah meninggalkanku, hanya saja perasaan khawatir yang kumiliki tidak akan hilang hanya karena kau mengatakan itu."

Eli benar – ikatan mate yang dimiliku dan Aiden membuat kami lebih merasakan keterkaitan yang lebih satu sama lain, jadi kurasa rasa khawatir Aiden padaku ada kaitannya dengan itu.

"Tenanglah –" ucapku pada Aiden dan mengusap pelan pipi kanannya, " – Aku tidak akan pernah pergi atau menghilang lagi tanpa sepengetahuan atau tanpa sepersetujuanmu." 


[bersambung]


Siapa aja yang kangen sama Aiden-Ella? 

Buat yang kangen mungkin part ini bisa jadi pelipur lara ya guys XD

Dan bagaimana menurut kalian ketika aku mengupload sepanjang ini? Tadinya mau aku pisah jadi 2 part tapi tidak jadi karena konten dari part ini memang bagus kalau digabung jadi satu hehe 


Jangan lupa comment dan vote ya ^^  


love, 

priscillangel

Continue Reading

You'll Also Like

16.9K 729 38
The Winner of MWC23 with Andromos Publisher Farah adalah seorang artis yang sedang naik daun, tujuh tahun terjun ke dunia entertainment membuatnya me...
2.8M 152K 66
#1. Vanderbilt Story Part 1-11 :public Part 12-end : private Hidup selama bertahun-tahun dengan harta, pesona dan hubungan singkat yang panas ti...
2.6M 253K 34
"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun...
1.5M 74.6K 42
~~~~~~by:anastasyashn01 Mencintai seseorang,kadang bisa menjadi sebuah pekerjaan yg sulit..... Elleanor. Sandy. A Amazing Cover by: @crayoncotton