Forever Yours

By kananaw

812K 47.1K 8.4K

[SEQUEL DARI FOREVER MINE] RANK: [#17 in Mafia] [#3 in gangster] [#1 in italian] [#17 in wattpadromance] [#1... More

Forever Yours.
SYNOPSIS
PROLOG
Chapter 01 - Missing her.
Chapter 02 - Sleeping beauty is awake
Chapter 03 - Painful Reality
Chapter 04 - Remembering The Past
Chapter 05 - She won't hide anymore
Chapter 06 - King of Spade Movement
Chapter 07 - Haunted by The Past
Chapter 08 - Coming Back To The Underworld Community
Chapter 09 - Her Other Side
Chapter 10 - Midnight Gathering
Chapter 11 - Crossing Path
Chapter 12 - The devil will hunt him down
Chapter 13 - Stubborn little girl!
Chapter 14 - tricking the old man
Chapter 15 - Unexpected visit from the former generation.
Chapter 16 - Do not fall into the same pit like me, son.
Chapter 17 - Phrase 1: Blowing up the research center
Chapter 18 - The turning point
Chapter 19 - His little kitten coming back to his side.
Chapter 20 - Reminiscing his precious memory
Chapter 21 - Her deepest fear for these past months part. 01
Chapter 22 - Her deepest fear for these past months part. 02
Chapter 23 - Her deepest fear for these past months part. 03
Chapter 24 - It's getting livelier in here!
Chapter 25 - A shattered & jealous heart
Chapter 26 - Little kitten psychology condition part. 01
Chapter 27 - Little kitten psychology condition part. 02
Chapter 28 - Teasing his little kitten
Chapter 29 - Darling, are you just...blushing!?!?
Chapter 30 - The devil provoking his love rival
Chapter 31 - Waves of emotion
Chapter 32 - His fears part. 01
Chapter 33 - His fears part. 02
Chapter 34 - Morning call & flirting each other
Chapter 35 - Prediction & Preparing for the war.
Chapter 36 - Please, help me to protect my queen
Chapter 37 - Provoking The Devil
Chapter 38 - Underestimating The Devil Power
Chapter 39 - A wavering heart
Chapter 40 - My heart ached for you
Chapter 41 - Collecting reward
Chapter 42 - Hidden spy among us
Chapter 43 - Catherine concerns.
Chapter 44 - Bad premonition.
Chapter 46 - Painful heart.
Chapter 47 - Familiar figure.
Chapter 48 - Hidden Conspiracy
Chapter 49 - His true nature
Kupas tuntas underworld community & Keluarga Ramirez + Pemberitahuan penting
Chapter 50 - Chaos & Losing Control [COMEBACK]
Chapter 51 - Meeting an old acquaintance
Chapter 52 - Enemies are bound to meet
Chapter 53 - Confronting The Truth [Part. 1]
Chapter 54 - Confronting The Truth [Part. 2]
Chapter 55 - Come back to me, little kitten
Chapter 56 - Midnight Discussion
Chapter 57 - Help me to safe her, will you?
Chapter 58 - Where the hell is she!?
Chapter 59 - The Aftermaths
Chapter 60 - She got you wrapped on her little finger
Chapter 61 - Unexpected Result That Blown Our Mind Away
Chapter 62 - Welcome back, little kitten.
Chapter 63 - A warm welcoming
Chapter 64 - The overprotective Devil is out!
Chapter 65 - The man behind her misery
Chapter 66 - On the verge of breaking down
Chapter 67 - I will kill him right away!!!
Chapter 68 - Appeasing angry little kitten
Chapter 69 - It's been a while, sister-in-law
Chapter 70 - The eruption of little kitten
Chapter 71 - Chaos that escalate way too fast
Chapter 72 - Solving the missunderstanding between us
Chapter 73 - Dimitri true identity
Chapter 74 - The true king of underworld community
Chapter 75 - Did she just doing that to Rafael?!
Chapter 76 - Until you're tired of having them
Chapter 77 - The calm before storm
Chapter 78 - Her Inner Demon & Two Innocent Souls
Chapter 79 - A Night Filled With Madness
Chapter 80 - Is this some kind of coincidence
Chapter 81 - DNA Test to Prove Our Suspicion
Chapter 82 - You can't do anything to her! She is OFF LIMIT!!
Chapter 83 - This is the first time he lost control like this.
Chapter 84 - The Beginning of The Storm
Chapter 85 - The result that changed everything.
Chapter 86 - First Meeting
Chapter 87 - The Truth Behind Everything
Chapter 88 - Selling Her Soul To A Madman
Chapter 89 - Unexpected call
Chapter 90 - The Storm is Finally Here
Chapter 91 - A Wolf In Sheep's Clothing
Chapter 92 - Will Always Be Your Guardian Angel
Chapter 93 - Let's The Battle Begin
Chapter 94 - Falling Into A Trap

Chapter 45 - Freezing on the spot

5.7K 410 63
By kananaw

Chapter Playlist:
Overboard — Justin Bieber
ft. Jessica Jarrell

Hello gengs🖤🖤
Jangan lupa untuk klik bintang & komen pendapat kalian yaa☺️🙏🏼

• • • •

Begitu melihat tubuh Jiro menghilang dari balik pintu tersebut, kedua mata abu Amel bergerak kesana kemari untuk menyusuri setiap sudut ruangan minimalis tempatnya berada saat ini dengan penuh ketertarikan. Hotel The Mark ini merupakan hotel mewah yang berhasil menduduki posisi pertama dalam daftar 10 ranking hotel termewah di New York dan ini pertama kalinya Amel berada disini. Oleh karena itu melihatnya saja sudah membuat Amel excited sendiri untuk menjelajahi seluruh penthouse ini namun, setelah beberapa waktu Amel memperhatikan interior yang ada di dalam ruangan ini mau tidak mau seluruh rasa bersemangat yang dari tadi Amel rasakan menguap sedikit demi sedikit karenanya. Menurutnya interior penthouse ini terlihat cukup standar dibandingkan penthouse hotel yang pernah ia dan Vino tempati ketika mereka tinggal di Paris beberapa waktu lalu.

Mulai merasa bosan dengan aktivitas yang ada di dalam ruangan ini perlahan Amel berjalan kearah pintu coklat yang berada tidak jauh dari posisi duduknya di sofa besar ini sebelum membuka kenop pintu tersebut dan berjalan di dalam koridor yang diselimuti oleh keheningan tersebut.

Kerutan samar terbentuk pada dahi kecilnya begitu melihat koridor kosong tanpa ada tanda-tanda kehidpan sedikitpun. Kemana orang-orang barusan? Memangnya seluas apa penthouse ini sampai Amel sama sekali tidak melihat tanda-tanda kehidupan dari orang lain sedikitpun? pikir Amel dalam hati sambil berjalan tanpa arah mengikuti koridor panjang tersebut. Begitu Amel mendengar suara samar yang berasal dari salah satu pintu yang tidak jauh dari posisi berdirinya saat ini, kilatan lega langsung memenuhi pandangannya seketika. Kedua kaki rampingnya berjalan perlahan kearah sumber suara tersebut sebelum membuka pintu putih yang sedari tertutup rapat tersebut perlahan-lahan namun, apa yang di lihatnya di dalam ruangan tersebut langsung membuat seluruh tubuhnya membeku seketika.

Tubuhnya terasa baru saja di guyur oleh air dingin yang langsung membuat seluruh tubuhnya terdiam di tempat karenanya, kedua mata abunya menatap tidak percaya kearah pemandangan yang ada dihadapannya saat ini. Kilatan speechless, tidak percaya, sakit hati, marah, kecewa dan sedih datang silih berganti memenuhi pandangannya sebelum tangan rampingnya bergerak tanpa sadar untuk menutup bibirnya yang sedari tadi terbuka saking kagetnya tersebut.

Oh Tuhan...

Bagaimana bisa ini terjadi?

***

A moment before,

Kedua mata biru Gavin terus menatap kearah gelas whiskey yang ada di dalam genggamannya sedari tadi dengan tatapan menerawang. Tidak ada yang bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya saat ini, tidak juga dengan sosok yang sedari tadi duduk dihadapannya tersebut. Postur duduknya yang terlihat bersandar pada sofa besar yang ada di dalam tengah-tengah ruangan tersebut membuatnya terlihat memancarkan aura maskulin dengan sedikit sentuhan seksi yang membuat lawan bicara yang sedari tadi menunggu jawaban darinya menelan ludah gugup sendiri melihat godaan yang ada dihadapannya sedari tadi.

"Bagaimana, Gav? Tawaranku menarik, bukan?" tanya sosok tersebut dengan senyum menggoda yang terbentuk pada wajah cantiknya. Kedua mata Ivanna menatap kearah Gavin dengan tatapan penuh kelembutan, semua orang yang melihatnya pasti akan langsung terpukau melihat kecantikan sosok Ivanna hari ini, sayangnya laki-laki yang ia incar selama beberapa tahun terakhir ini sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan kepadanya sedikitpun. Seperti sekarang ini, laki-laki yang selama ini ia cintai hanya sibuk menatap gelas whiskey yang ada di dalam genggamannya dengan tatapan menerawang tanpa mempedulikan ucapannya barusan!

Pandangan Gavin perlahan bergerak untuk menatap perempuan dihadapannya ini dengan tatapan dingin yang terpancar jelas dari kedua mata birunya. Tatapan dingin tanpa emosi sedikitpun itu membuat siapapun yang melihatnya pasti akan merasa seluruh tubuhnya merinding sendiri karenanya, tidak terkecuali Ivanna yang sedari tadi menunggu reaksi darinya. "Bagaimana?" tanya Gavin setelah terdiam sedari tadi sambil menyilangkan kedua kakinya perlahan.

Kilatan excitement memenuhi kedua matanya sebelum Ivanna memajukan tubuhnya untuk mendekat kearah posisi duduk Gavin saat ini. "Tentu saja dengan menyamar, Gavin. Aku bisa membantumu, kau pikir aku orang bodoh yang tidak bisa melihat peperangan yang terjadi diantara Ramirez dan Romano selama ini? Kau bisa mempekerjakanku menjadi mata-mata untuk mengawasi pergerakan Alessio Romano" ucap Ivanna dengan nada menggoda yang dipenuhi oleh kepercayaan diri tersebut.

Mendengar ucapan penuh percaya diri lawan bicaranya membuat Gavin menaikkan kedua alisnya perlahan, ujung bibirnya perlahan terangkat membentuk sebuah seringai samar yang terlihat seksi pada wajah tampannya. "Kenapa?" tanyanya perlahan.

Jantung Ivanna rasanya berhenti berdegup untuk beberapa begitu melihat laki-laki tampan dihadapannya ini yang terlihat semakin seksi ketika tersenyum seperti itu. Rona merah langsung mewarnai kedua pipinya, kilatan serakah terlihat jelas dari kedua matanya seketika. Pokoknya Ivanna harus mendapatkan laki-laki ini! ucapnya dalam hati penuh dengan determinasi.

Senyum lembut terbentuk pada bibir kecilnya yang dilapisi oleh lipstick merah tersebut sebelum menjawab pertanyaan Gavin barusan. "Tentu saja karena aku memiliki banyak koneksi penting dalam dunia hiburan, Gavin. Tempat hiburan malam merupakan salah satu lahan pemasukan untuk Romano selama bertahun-tahun, dimana banyak artis-artis yang ada di dalam lingkaran pergaulanku sering berada di salah satu tempat hiburan malam milik laki-laki itu jadinya, untuk mendekati Alessio Romano bukan hal yang sulit untukku. Kau tahu sendiri kalau dunia hiburan dan bisnis memiliki hubungan yang saling terkait antara satu dan lainnya" jawab Ivanna sambil membasahi bibirnya perlahan untuk menutupi rasa antisipasi yang tiba-tiba menyelimuti tubuhnya begitu merasakan tatapan dalam yang Gavin berikan kepadanya.

Sibuk mengatasi degup jantungnya sendiri, Ivanna tidak menyadari tatapan jijik yang terpintas pada kedua mata biru Gavin ketika ia memperhatikannya sedari tadi. Gavin sengaja memberikan waktu luang untuk menemui perempuan ini karena ia sudah lelah mendengar permohonan Rafael selama tiga hari terakhir mengenai masalah ini. Jika bukan karena kehebohan Rafael, ia tidak mungkin ingin bertemu dengan perempuan ini.

Jangankan bertemu, berada di dalam jarak lima langkah dari perempuan saja Gavin sudah muak sendiri dibuatnya. Terutama dengan perempuan yang mengenakan terlalu banyak parfum seperti Ivanna ini, menciumnya saja sudah membuat dahi Gavin berkerut samar sendiri karenanya. Tidak ada yang bisa menyamai harum tubuh khas kucing kecilnya yang selalu membuatnya nyaman tersebut.

Memikirkan kucing kecilnya membuat kilatan samar terpintas pada kedua mata birunya. Sudah terlalu lama ia tidak bertemu dengan perempuan mungilnya yang satu itu, meskipun ia selalu mendengar laporan harian dari Damian – kepala tim pengawal pribadi yang ia tugaskan untuk mengawasi dan melindungi kucing kecilnya semua itu tidak menutup kerinduan yang memenuhi hatinya selama beberapa hari terakhir ini.

Jika bukan karena rencana penting yang akan mereka jalani malam ini, Gavin pasti sudah tidak lagi berada di dalam ruangan ini membuang-buang waktu berharganya untuk pertemuan tidak penting seperti Ivanna. Tetapi, begitu mendengar tawaran perempuan ini pikiran Gavin langsung berputar dengan berbagai kemungkinan yang mungkin bisa terjadi.

Sebenarnya tawaran ini bukanlah ide yang buruk...

Sayangnya, perempuan yang memiliki sikap seperti ini benar-benar membuat Gavin muak sendiri dibuatnya. Terutama tatapan penuh keserakahan yang memenuhi kedua matanya itu, melihatnya sudah membuat Gavin jengah sendiri tetapi, tentu saja Gavin tidak bisa mengusirnya begitu saja tanpa ada alasan yang kuat meskipun, Gavin selalu bersikap dingin dan tidak kenal ampun dengan lawan bicaranya, Sienna selalu mengajarinya dan Diego untuk memperlakukan perempuan dengan rasa hormat.

Oleh karena itu, Gavin tidak bisa mengusir perempuan dihadapannya ini, ia hanya bisa menunggu waktu yang tepat untuk mendapatkan alasan yang sesuai untuk dapat mengusir perempuan ini dari hadapannya karena Gavin tahu perempuan yang memiliki tatapan penuh keserakahan seperti Ivanna ini pasti akan meminta sesuatu yang berada di di luar kekuasaannya dan hal itu merupakan alasan yang tepat untuk Gavin dapat mengusir perempuan yang satu ini.

"Bayaran apa yang kamu inginkan?" tanya Gavin masih dengan nada dinginnya sambil menghembuskan kepulan asap dari putung rokok yang berada diantara sela bibirnya. Kedua mata birunya bagaikan lautan dalam membuat siapapun yang melihatnya tidak bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya saat ini.

Binar penuh kebahagiaan memenuhi kedua matanya, ujung bibir Ivanna perlahan terangkat untuk membentuk sebuah senyuman menggoda yang membuat ekspresi wajahnya seketika dipenuhi oleh antusiasme yang tinggi. Bangkit dari posisi duduknya perlahan Ivanna menggerakkan tubuhnya kearah Gavin yang masih duduk dengan santai tersebut.

"well...kau tahu Gavin..." ucap Ivanna dengan nada lembut.

Mendengar nada yang terdengar jelas dibuat-buat itu membuat jemari tangan Gavin yang baru saja meraih putung rokok yang berada di sela bibirnya terhenti untuk beberapa saat dan begitu Gavin mencium harum parfum menyengat dari tubuh Ivanna ia langsung menyengitkan dahinya dalam, bau menyengat seperti ini benar-benar membuatnya kesal sendiri begitu menciumnya.

Namun, mengingat ucapan Sienna membuat Gavin menahan dirinya untuk mendorong perempuan menyebalkan ini darinya. Akhirnya, Gavin hanya bisa terus terdiam sambil memainkan putung rokok yang ada diantara jemarinya tanpa mempedulikan Ivanna yang berusaha mendekat perlahan kearahnya.

Perempuan seperti ini tidak pantas untuk mendapatkan perhatiannya sedikitpun.

Tidak menyadari apa yang ada dalam pikiran Gavin, hati Ivanna masih dipenuhi oleh perasaan bahagia lantaran melihat Gavin tidak memberikan penolakan sedikitpun dari sikapnya sedari tadi. Mengingat terakhir kali laki-laki tampan dihadapannya ini melempar gelas whiskey yang ada di dalam genggamannya kearah Ivanna membuat hatinya selalu dipenuhi oleh ketakutan setiap kali berhadapan dengan laki-laki ini tetapi, ia selalu mengingatkan dirinya bahwa Gavin saat itu benar-benar sedang berada di dalam kondisi mabuk yang membuatnya tidak menyadari perbuatannya sedikitpun.

Oleh karena itu kali ini Ivanna memberanikan dirinya untuk bertemu dengannya, lagipula tawaran yang diajukan olehnya mampu menjadi bidak catur terbaik yang bisa Gavin manfaatkan. Ivanna sendiri juga tidak masalah jika dirinya dijadikan keping catur yang akan Gavin gunakan selama ia bisa berada di sisi laki-laki ini selamanya.

Ivanna rela melakukan hal itu!

Kilatan obsesi memenuhi kedua matanya untuk beberapa saat sebelum ujung matanya menangkap pergerakan dari arah pintu yang membuat Amel tercenung sendiri dibuatnya. Melihat sosok perempuan dengan wajah kecil dan kedua mata abunya yang terlihat bagaikan boneka itu membuat Ivanna terdiam untuk beberapa saat. Siapa perempuan itu? Ia tidak mengingat kalau Gavin memiliki karyawan perempuan yang selalu ia bawa kemana-mana? pikirnya dalam hati dengan penuh kalkulasi.

Sorot kaget, speechless, sakit hati, amarah, kesedihan dan kekecewaan terlihat memenuhi kedua mata abunya membuat Ivanna menyipitkan kedua matanya penuh kecurigaan. Kekecewaan? Apa perempuan itu kecewa melihat kedekatan mereka berdua? batinnya dalam hati sebelum kilatan samar terpintas pada kedua matanya.

Apa mungkin ini perempuan simpanan Gavin yang dibicarakan orang-orang?

Lingkaran pergaulan kalangan atas tempat mereka tubuh selama ini sebenarnya tidak jauh berbeda dari lingkaran pergaulan pada umumnya, bahkan mungkin bisa di bilang lingkaran pergaulan kelas atas memiliki tingkat kekejaman yang jauh lebih tinggi dari lingkaran pergaulan pada umumnya. Mereka – Ivanna, Gavin, Rafael, Leo, Dimitri dan lainnya merupakan salah satu generasi muda dari keluarga terpandang yang memiliki standar kesempurnaan yang tinggi, baik dari penampilan, status, kekayaan dan kekuasaan. Hukum rimba merupakan fondasi dasar dari lingkaran pergaulan tempat mereka tumbuh selama ini, dimana orang yang memiliki status tertinggi pasti akan menjadi pusat perhatian semua orang dimana orang-orang yang ada akan berlomba-lomba untuk mendapatkan kesan baik dari orang tersebut untuk keuntungan pribadi mereka masing-masing dan orang yang memiliki status rendah akan habis di caci maki oleh seluruh orang tersebut sebagai bentuk hiburan untuk mereka masing-masing. Oleh karena itu, seluruh orang yang ada di dalam lingkaran pergaulan seperti itu terutama para perempuan pasti akan selalu menaruh perhatian lebih untuk segala informasi yang beredar.

Sebagai sosok orang yang memiliki kekuasaan tinggi dalam dunia bisnis tentu saja Gavin akan selalu menjadi pusat perhatian oleh semua orang yang ada di dalam lingkaran pergaulan tersebut. Meskipun, ia selalu menjaga privasi kehidupannya dengan ketat, masih banyak gosip-gosip yang beredar mengenainya. Termasuk gosip mengenai adanya perempuan simpanan yang berada di sisi Gavin selama beberapa bulan terakhir.

Pada awalnya Ivanna tidak begitu mempercayai gosip-gosip yang beredar diantara teman-teman perempuannya itu karena sosok Gavin yang ada di dalam pikirannya merupakan sosok dingin bagaikan raja yang tidak pernah memandang tinggi siapapun.

Pendiam, arogan dan dingin.

Tiga kata tersebut merupakan sikap yang sesuai untuk mendeskripsikan sosok Gavin. Kedua mata birunya tidak pernah menunjukkan ketertarikan sedikitpun akan orang lain ataupun hal lain yang menurutnya tidak berguna untuk keuntungannya seakan tidak ada yang pantas untuk menarik perhatiannya sedikitpun.

Terlalu indah untuk di nikmati namun, terlalu sulit untuk di gapai.

Perumpamaan yang sangat sesuai untuk menggambarkan sosok Gavin selama ini. Dengan wajah tampannya, kekuasaan yang ia miliki, kekayaan yang ia hasilkan dan status yang melekat pada dirinya semenjak ahir membuat Gavin bagaikan target terbesar yang dimiliki oleh seluruh perempuan yang ada di dalam lingkaran pergaulan mereka. Membayangkan dapat berdiri di sisi laki-laki sempurna seperti Gavin pasti merupakan sebuah pencapaian dan kebahagiaan sendiri untuk orang yang berhasil menarik perhatiannya namun, sampai detik ini Ivanna tidak pernah melihat Gavin tertarik dengan perempuan sedikitpun.

Tetapi, begitu melihat adanya sosok perempuan lain di dalam penthouse yang sudah di pesan khusus oleh Gavin untuk pertemuan mereka hari ini menandakan bahwa perempuan ini memiliki hubungan khusus dengan laki-laki ini. Tatapan penuh penghinaan dan rasa jijik mewarnai kedua mata Ivanna begitu ia melihat pakaian biasa yang perempuan mungil ini kenakan. Apa yang Gavin lihat dari perempuan itu? bahkan tubuh mungilnya saja terlihat seperti anak remaja yang baru mengalami masa puber!

Terlalu kecil dan imut tanpa ada aura menggoda sedikitpun.

Terlalu mengecewakan.

Sangat tidak pantas untuk berada di sisi laki-laki sempurna seperti Gavin.

Perlahan kedua mata Ivanna bergerak untuk melirik kearah Gavin yang terlihat masih sibuk dengan pikirannya sendiri, kilatan gelap terpintas pada pandangannya seketika. Posisi Gavin saat ini berada tepat membelakangi sela pintu yang terbuka tersebut membuat laki-laki yang satu ini sama sekali tidak menyadari adanya kehadiran orang lain dalam ruangan luas tersebut, berbeda dengan Ivanna yang berdiri tepat di hadapan Gavin yang membuatnya dapat melihat sosok perempuan asing tersebut dengan jelas.

Perlahan berjalan semakin dekat kearah Gavin, jemari tangannya bergerak lembut di atas lengan sofa yang Gavin duduki dengan gestur sensual dan menggoda tersebut. Senyum lembut terukir pada wajah cantiknya membuat ekspresi wajah Ivanna terlihat jauh lebih menawan karenanya.

"Bagaimana?" mendengar suara dingin Gavin membuat hati Ivanna semakin dipenuhi oleh excitement karenanya. Kita lihat saja seberapa kuat perempuan asing itu melihat intimasi yang terjadi diantara aku dan Gavin batin Ivanna dalam hatinya sebelum menggerakkan tubuhnya untuk membuat sebuah ilusi posisi intim yang dapat di lihat jelas oleh perempuan tersebut.

"Ah...Gavin, kau tahu sendiri apa yang aku inginkan..." gumam Ivanna dengan nada manja sambil berjalan kearah punggung Gavin dan meletakkan kedua lengannya pada kedua sisi bahu laki-laki dihadapannya ini. Tatapan penuh provokasi Ivanna arahkan kepada perempuan tersebut, lengkap dengan senyum penuh tantangan yang terukir pada bibir merahnya.

Lihat baik-baik bahwa aku jauh lebih baik dari berbagai aspek dibandingkan dirimu, kau benar-benar tidak pantas berada di sisi laki-laki sesempurna Gavin ucap Ivanna dalam hatinya sambil terus melemparkan tatapan penuh kemenangan kearah perempuan yang terlihat sudah menetaskan air matanya tersebut sebelum berlari cepat untuk meninggalkan posisi berdirinya sedari tadi.

Tidak menyadari sosok mungil yang sedari tadi berdiri tidak jauh dibelakangnya, Gavin masih sibuk memainkan gelas whiskey yang baru saja di raih olehnya sambil melirik dari ujung matanya untuk memperhatikan gerak-gerik Ivanna. Begitu ia menyadari bahwa perempuan ini semakin nekat untuk mendekat kearahnya, hal ini langsung membuat Gavin menyengitkan dahinya dalam. Kilatan kesal dan jijik dapat di lihat jelas dari kedua mata birunya seketika terutama ketika bau parfum yang menyengat itu semakin menyerang indra penciumannya. Tanpa sadar hal itu membuat jemari tangannya mengerat seketika pada gelas whiskey yang sedari tadi berada di dalam genggamannya tersebut.

"Gavin..." mendengar bisikan dengan penuh nada menggoda tersebut membuat kilatan gelap langsung memenuhi kedua mata birunya sebelum lengan Gavin bergerak dengan cepat untuk mencengkeram lengan ramping yang sedang bergerak untuk memeluknya dari belakang tersebut dan mendorongnya dengan keras.

"AH!!!"

Tidak mengira reaksi Gavin akan seperti ini, Ivanna yang masih sibuk menikmati kemenangannya seketika kehilangan keseimbangannya dan terhempas jatuh tepat di hadapan Gavin dengan posisi yang sangat memalukan. Rambutnya yang tadinya tertata rapi langsung berubah menjadi berantakan membuat penampilannya saat ini terlihat cukup menyedihkan. Kedua matanya dipenuhi genangan air mata, seluruh tubuhnya terasa sakit karena kejadian barusan terutama lengan yang baru di cengkeram oleh Gavin beberapa saat yang lalu. Ekspresi memelas langsung mewarnai wajah cantiknya begitu ia menatap kearah Gavin yang masih duduk di atas sofa dengan ekspresi dingin tersebut.

"Gavin..." bisiknya lirih dengan nada penuh kesedihan yang langsung membuat sorot kesal terpintas pada kedua mata Gavin begitu mendengar nada bicara yang di buat-buat tersebut.

"Menjijikan. Kau tahu aku membencinya, Ivanna" jawab Gavin singkat sebelum menegak habis sisa minumannya. Perlahan bangkit dari posisi duduknya, kedua mata biru Gavin melirik kearah Ivanna yang masih terduduk pada posisi menyedihkan dihadapannya untuk beberapa saat sebelum berjalan kearah pintu keluar yang berada tepat di belakangnya saat ini.

Tubuh Ivanna menegang begitu mendengar ucapan kejam Gavin barusan yang terasa bagaikan tamparan keras untuknya. Air mata yang sedari tadi beursaha ia tahan akhirnya mengalir dengan deras dari kedua matanya. Tentu saja Ivanna tahu kalau Gavin sangat membenci perempuan tetapi, Ivanna kira Gavin sudah tidak lagi memiliki masalah tersebut karena sudah memiliki perempuan lain disisinya namun, siapa yang sangka reaksi Gavin akan separah ini?

Begitu pandangan Ivanna menangkap tubuh Gavin berjalan pergi meninggalkannya, sorot panik dan putus asa langsun memenuhi kedua matanya. "Gavin...Gavin jangan tinggalkan aku" teriak Ivanna dengan penuh kesedihan namun, mau sekencang apapun Ivanna berteriak tubuh bidang itu sama sekali tidak berbalik untuk menatapnya sedikitpun.

Melihat punggung laki-laki yang sudah mencuri hatinya selama ini menghilang dari balik pintu putih tersebut membuat Ivanna berteriak penuh amarah sebelum menghempaskan semua barang-barang yang ada disekitarnya dengan nafas yang terengah-engah. Vas bunga, tumpukan majalah dan beberapa bingkai foto terlihat berserakan di atas permukaaan lantai tersebut. Tatapan jahat dan penuh dendam langsung memenuhi kedua mata Ivanna begitu ia menatap kearah pintu putih yang berada tidak jauh dari posisinya tersebut.

Semua ini gara-gara perempuan kampung sialan itu!

Kalau saja perempuan sialan itu tidak menggodanya pasti Gavin sudah menjadi miliknya!

Lihat saja nanti aku akan memberikanmu pelajaran yang pantas agar kamu mengerti siapa yang pantas untuk berdiri di sisi Gavin selamanya.

TO BE CONTINUED

DUDUMTESSS🥁🥁🥁
GIMANA HAYO CHAPTER INI?

Apa yang bakal terjadi sama mereka berdua ya? Gimana reaksi Gavin pas tau akan hal ini? Seberapa hancur Amel ngelihat pemandangan yang gak dia duga itu?

tunggu kelanjutannya ya!😆❤️

sampai bertemu di update
selanjutnya!!
🖤🖤🖤

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 17.4K 37
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
683K 80.6K 45
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
4.8M 178K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
2.5M 274K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...