DISTRUTTO 👌

By dewikristina169

153K 6.6K 183

(COMPLETED) Siapa sangka hubungan yang dirajut selama setahun akhirnya kandas begitu saja, belum lagi ma... More

Hallo!
(01)
(02)
(03)
(04)
(05)
(06)
(07)
(08)
(09)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(19)
(20)
(21)
Wajib Baca!!!
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)-END
(Extra Chapter)
Cerita Baru(01)

(18)

5.1K 271 2
By dewikristina169

-DISTRUTTO 18-

Setelah mendengar cerita Nakula, Linda mengerti keadaan Akela. Gadis itu sudah mengalami kehilangan yaitu Genta lalu dilanjuti orangtuanya, jelas sulit diterima. Akela terlalu syok sehingga mengalami depresi.

Sudah terhitung tigapuluh hari sejak Akela keluar dari rumah sakit, Linda membawa Akela ke rumah sakit Rosalina untuk melanjuti pengobatan. Gadis itu harus dirawat untuk tidak memperparah depresinya, berkat janji Rega, Nakula bisa melepas adiknya dan menyerahkan sepenuhnya pada Linda dan Rega.

Di rumah sakit, Akela terus dijaga Rega yang bergantian dengan perawat. Cowok itu benar-benar berkorban demi gadis yang sejak pertama kali bertemu membuatnya jatuh cinta.

Nakula sendiri mulai fokus pada sekolah, setiap jumat setelah pulang sekolah ia langsung berangkat ke Pinang untuk menemani Akela, kemudian pulang pada hari senin pagi. Untuk Akela sendiri, Nakula sudah berunding dengan sanak keluarga dan Linda, Akela sebaiknya mengundurkan diri dari sekolah, selain tidak memungkinkan untuk hadir, gadis itu juga harus fokus pada pengobatannya. Letta dan Yola selalu ikut Nakula datang, mereka lelah tapi tidak mungkin meninggalkan sahabatnya begitu saja. Keduanya selalu berusaha menyenangkan Akela.

Keadaan Akela mulai membaik semenjak berada di rumah sakit, ia sudah tidak fokus pada dunianya sendiri, matanya mulai bergerak ke segala arah meski belum mau berbicara dengan orang di sekitarnya. Namun, Akela masih sulit makan sehingga bergantung pada nutrisi yang datang dari impus.

Berkat Nakula yang gencar mencari dan membujuk orangtuanya, Mama dan Papa akhirnya menemui Akela. Keduanya tidak berani melihat Akela secara langsung, perasaan bersalah terus menggerogoti mereka. Saat Akela tidurlah mereka baru bisa leluasa menatapnya.

Namun, melihat Akela yang tidak kunjung kembali seperti semula. Nakula meminta Linda untuk berbicara langsung kepada orangtuanya, mengingat Akela seperti ini karena perceraian Mama dan Papanya.

Setelah berbicara dari mata ke mata, orangtua Akela akhirnya mau bertemu sang putri.

Nakula mengangguk, meyakinkan Mama dan Papanya untuk bertemu Akela, gadis itu sedang menonton film Doraemon, ruangan sepi, hanya ada Rega yang terus memperhatikan Akela, matanya tidak lepas dari Akela, buat siapapun yang melihat pasti sadar betapa besar rasa sayang Rega ke Akela.

Bunyi pintu yang dibuka mengalihkan perhatian Rega, cowok itu buru-buru bangun lalu menyalami Mama dan Papa Akela. Linda mengajak anaknya keluar, membiarkan keluarga Pratama itu menyelesaikan masalah yang mereka timbulkan.

Ana berjalan mendekati Akela, tangannya menyentuh pipi putrinya yang tirus. Matanya mulai meneteskan air, teringat akan kejadian terakhir waktu Akela datang ke kantornya. Ia menyesal, Ana sadar, di situlah titik terendah anaknya. Diperlakukan begitu oleh sang ibu saat mengalami depresi tentu mengguncang pemikiran gadis remaja itu.

Akela menoleh, menatap orang yang selama ini ia butuhkan. "Mama?"

Tangisan Ana semakin deras, dipeluknya erat sang anak. "Maafkkan Mama!" ucapnya berulang kali seraya mengecup kepala anaknya konstan.

Papa mereka ikut menangis, ia merutuki diri yang begitu pengecut lantaran meninggalkan Akela dan Nakula begitu saja. Laki-laki itu menenangkan diri di luar kota, memang dirinya yang mengajukan gugatan cerai tapi tetap saja, perempuan yang begitu ia cintai berpaling darinya demi laki-laki yang sudah berkeluarga berhasil mengganggu kerja otaknya. Kalau bukan Nakula yang nekat menyusul dan menjelaskan keadaan Akela, mungkin laki-laki itu baru akan pulang bulan depan.

Di ujung ruangan, Nakula menyaksikan semuanya. Keluarga yang dulu begitu harmonis hancur sekejap mata, belum lagi omongan orang di luar sana yang mengatakan Akela gila membuat beban pikiran Nakula bertambah. Cowok itu jelas tidak terima, seseorang yang mempunyai masalah kejiwaan itu bukan berarti gila. Manusia sering menyakut-pautkan kedua hal tersebut.

"Mama memang salah karena selingkuh dari Papa, tapi ini jalan yang Mama pilih. Maafkan Mama, Sayang."

Papa mereka melangkah mendekat, berdiri di seberang alumni hatinya. Tangan besar miliknya mengelus pelan kepala sang putri. "Akela kembali seperti semula ya? Jalani hidup seperti kemarin, tersenyum tanpa beban dan tertawa tanpa penduli duri di manapun. Maafin Papa yang memutuskan untuk cerai, setelah ini Papa sama Mama akan terus memperhatikan kalian, tidak penduli bagaimanapun status kami, Akela sama Nakula tetap anak Mama dan Papa serta kami tetap menjadi orang tua kalian."

Tangis Akela pecah, kesadaran gadis itu memulih. Ia berharap setelah ini tidak ada lagi luka yang timbul, bebannya perlahan terangkat. Orang tua mereka memeluk Akela erat, Nakula ikut nimbrung. Keluarga Pratama itu menangis, mengakhiri penyiksaan yang didera Akela.

***

Malam ini berbeda, Akela ditemani Ana. Gadis itu makan dengan lahap, disuapi oleh sang Mama. Meski hatinya sudah lega, Akela masih tidak berbicara, pikiran gadis itu masih berkutat mengenai masalah orangtuanya.

Linda mengatakan setelah ini proses penyembuhan Akela akan semakin mudah bila ditemani orang-orang yang ia sayangi. Sebulan ini, Linda tidak menghasilkan apa-apa, gadis itu masih enggan menceritakan masalahnya. Meski Linda sudah mengetahui masalah yang menimpa Akela, tetap saja sebagai seorang psiakiater ia memerlukan cerita dari sudut pandang penderita.

Masalah biaya, orang tua Akela lah yang mengurus mengingat selama ini ditanggung oleh Linda yang menganggap Akela sudah seperti anak sendiri.

Sebulan kembali berlalu, proses demi proses terus Akela jalanin, beberapa obat menjadi temannya. Gadis itu mulai ceria dan akhirnya bisa kembali ke rumah meski harus terus meminum obat yang diresepi oleh Linda.

Berkat usaha Linda dan orang tua Akela, gadis itu akhirnya bercerita dengan air mata yang berderai. Ia mencurahkan segala rasa yang timbul akibat masalah yang datang, ia mengaku syok dan stress karena mengalami hal seperti ini. Kehilangan merupakan salahsatu momok mengerikan bagi Akela, ditambah melupakan kebiasaan yang ada semakin membuatnya takut.

Selain obat, Akela juga diberi masukan maupun pencerahan yang membuka matanya. Linda sukses menjadi sosok ibu baru buat Akela, belum lagi Nakula yang terus membuatnya senang. Letta dan Yola yang mendukungnya, dan Rega yang selalu menemaninya. Hidupnya sudah mulai tertata kembali meskipun masih banyak luka yang harus ditambal.

Akela dan Nakula tetap tinggal bersama sang Papa sedangkan sang Mama tidur di apartemen miliknya, wanita itu sering mengunjungi Akela. Semuanya duakali lebih hati-hati dengan kesehatan jiwa Akela, tidak mau mengulang kesalahan yang sama dan berakhir dengan penyesalan.

"Kela," panggil Rega.

Akela menoleh, memandang cowok yang mengisi hari-harinya beberapa bulan belakangan ini. Rega tampan, ia dewasa, bahkan di usia mudanya ia mempunyai kafe yang berada di Lagoi. Kafe yang ia rintis bermodalkan nekat, meminjam uang Mamanya dan pernah ingin menyerah, untung saja sang Mama terus mendukungnya. Terbukti, kafe miliknya selalu ramai oleh para turis maupun anak remaja dan pelanggan lainnya.

"Masuk, yuk? Angin malam enggak baik buat kesehatan."

Akela tersenyum, perhatian Rega selalu berhasil membuat hatinya terisi penuh. Ia gak sebodoh itu, Letta dan Yola juga pernah menceritakannya, kalau Rega menyukainya.

"Jangan bengong!" bentak Rega.

Akela tertawa, sejak ia mulai pulih. Orang di sekitarnya selalu menyuruhnya untuk bahagia, tidak boleh kehilangan konsentrasi dan berpikiran lebih. Dirinya harus jauh-jauh dari hal yang berbau stress.

Rega menarik tangan gadis yang sudah mencuri perhatiannya sejak pertama kali bertemu, meninggalkan ayunan yang berteman dengan alam. Keduanya masuk ke dalam rumah Akela, di dalam hanya ada Nakula dan Papa mereka. Sang Papa sudah mulai produktif dalam bekerja, sesuai janjinya, ia jarang pulang larut malam, paling telat hanya pukul Sembilan dan tidak pernah lewat dari itu. Laki-laki itu selalu berusaha sarapan dan makan malam bersama.

Rega membawa Akela ke ruang santai, di sana ada Nakula yang sibuk bermain ponsel dan Papa yang menonton. Akela bergabung dengan Papanya, gadis itu duduk seraya memeluk pinggang sang Papa sedangkan Rega bergabung bersama Nakula. Walaupun umur mereka berjarak, keduanya selalu bertingkah layaknya sahabat.

"Belum tidur?" Papa bertanya sembari mengelus rambut anaknya sayang.

Akela menggeleng, ia suka berada di posisi seperti ini karena mengingatkannya pada masa kecil, di mana ia masih bisa selalu bermanja-manja tanpa ada yang mengejek.

"Saya permisi dulu, Om. Sudah larut soalnya." Rega berdiri lalu menyalami tangan Papa Akela.

Sang Papa tersenyum. "Terima kasih sudah datang berkunjung, hati-hati bawa motornya."

Rega tersenyum kemudian berjalan keluar diikuti Akela, sebuah kebiasaan baru buat Akela yaitu mengantar Rega sampai ke depan jika pulang berbeda dengan Genta dulu yang memang jarang mampir.

"Duluan, ya?" Rega mengelus rambut Akela.

Gadis itu tersenyum. "Jangan ngebut."

Rega tersenyum kemudian berjalan menuju motornya, setelah memastikan Rega benar-benar pulang. Akela kembali masuk, menuju ruang santai.

Setelah Akela balik ke Bintan, Rega sering bolak-balik masuk ke Lagoi. Setiap pagi ia kembali ke kafe untuk mengecek kondisi lalu siangnya mengunjungi Akela. Malamnya tidur di rumah tantenya, tempat Bara tinggal. Melelahkan memang tapi Rega suka melakukannya.

"Minggu depan kamu sudah mulai masuk sekolah," ucap Papa membuat Akela tersentak, dirinya kembali melamunkan Rega.

Akela menatap Papanya bimbang. "Kela enggak boleh balik ke SMA sebelumnya aja, Pa?"

Papa menggeleng. "Kamu harus cari suasana baru, lagian Nakula sudah terlanjur mengeluarkan kamu dari SMA lama."

Akela mendesis, melirik nyalang ke arah abangnya.

"Maaf deh, lagian kalau sekolah di Lagoi kan kamu bisa lebih dekat dengan Rega."

Pipi Akela memerah, hatinya menghangat saat mendengar nama cowok yang mengisi hatinya disebutkan. Sejak ia sembuh, Genta sudah tidak bisa masuk kembali ke hatinya, hanya ada Rega yang ketulusannya dapat Akela rasakan.

Papa berdeham. "Kamu perginya memakai bus dan diantar Nakula ke terminal, pulangnya Rega yang mengantar. Enggak papa kan?"

"Kok sama Rega? Bukannya bus SMA lagoi pulang-pergi?"

"Rega minta izin sama Papa dan karena kegigihannya Papa enggak bisa nolak."

Nakula bersiul, menggoda adiknya.

Akela hanya diam, hatinya sudah membunyikan beragam alat musik.

"K-kalau gitu Akela tidur dulu," ucapnya tergagap. Gadis itu langsung bergegas masuk ke kamar, lupa melakukan ritual sebelum tidur yang selalu ia lakukan.

"Biasa aja, Pa. Dia cuma lupa nyium kita." Nakula terkekeh saat menatap wajah Papanya yang begitu syok menatap Akela yang berlalu tanpa mencium pipi maupun mengucapkan selamat tidur.

"Dia sudah besar," ucapnya lalu fokus kembali pada tontonan.

-DISTRUTTO 18-

Minggu, 17 Maret 2019

Continue Reading

You'll Also Like

15.4K 2.8K 47
apa kalian pernah mendengar fall in love at first sight? atau mungkin kalian memahami dan bahkan pernah mengalaminya. tunggu sebentar, jika kalian p...
7.2K 455 66
MAU DIREKAYASA LAGI Amazing cover made by @radicaelly ***sinopsis*** Sedari SD Arinda hampir tidak pernah lepas dari pengawasan sang kakak, Adrian. H...
685K 8.9K 6
CERITA INI SUDAH PINDAH KE DREAME! Udah pernah rasain dapet boss kampret belom? Kalo belom, cobain deh Rasanya aah mantap! Start : 10 November 2020 ...
2.9K 322 24
Gyana membenci Dikta karena pemuda itu adalah sumber masalah di masa lalunya. Dikta adalah musuh abadi yang akan selalu Gyana jauhi. Namun, bagi Dikt...