Synesthesia

By cupacups_

78.4K 12.5K 3.1K

family : where life begins and love never ends More

Synesthesia
Srestha
Dhatu
Jendra
01
02
03
04
05
06
07
08
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

09

2.3K 460 76
By cupacups_


Dhatu berjalan memasuki kelasnya bersama dengan Lukas, teman sekelasnya yang baru ia temui pagi tadi.

"Dhatu." Panggil Yolla saat melihat Dhatu memasuki kelas. "Sini duduk sama aku."

"Iya." Dhatu menuju ke bangku di sebelah Yolla dan mendudukkan dirinya di sana.

"Itu siapa?" Tanya Yolla menunjuk Lukas yang sekarang berjalan ke arah belakang.

"Lukas namanya, tadi baru kenalan sama aku." Dhatu menjawab pertanyaan Yolla. Yolla hanya mengangguk-angguk tidak sempat bertanya lagi karena teman-temannya di luar kelas tiba-tiba masuk ke dalam kelas dengan heboh. Membuat dirinya dan juga Dhatu keheranan kenapa teman-temannya tiba-tiba masuk ke kelas semua.

"Eh eh, banyak kakak kelas ke sini." Kata anak-anak kelas Dhatu sambil duduk di kursinya masing-masing, takut karena kedatangan kakak kelas. Padahal ini baru hari pertama masuk sekolah.

Benar saja, nggak lama setelah itu ada beberapa kakak kelas memasuki kelas Dhatu, ia menatap sekeliling kemudian bertanya. "Di sini ada adiknya kak Daniel?"

Teman-teman Dhatu yang lain saling menoleh satu sama lain sedangkan Yolla langsung menoleh untuk menatap Dhatu dan Dhatu pun mengangkat jarinya.

"Namanya siapa, dek?" Tanya kakak kelasnya tersebut pada Dhatu.

"Dhatu." Dhatu menjawab ragu. Ini nggak akan kenapa-kenapa kan?

Salah satu dari gerombolan kakak kelasnya itu mendekati Dhatu kemudian berkata sambil menatap Dhatu.

"Inget-inget nama gue ya dek, Daisy." Kata seorang kakak kelasnya tersebut kemudian tersenyum pada Dhatu.

"Iya, kak."

Kak Daisy mengangguk-angguk kemudian setelah bertanya ia dan teman-temannya langsung kembali ke kelasnya.

"Itu kenapa?" Yolla dan beberapa teman lainnya langsung mengerubungi Dhatu, meminta penjelasan kenapa kakak kelas mereka mencari Dhatu.

"Nggak tau." Dhatu mengangkat bahunya, ia juga nggak mengerti maksud kakak kelasnya tadi.

Mungkin salah satu teman kakak Ta, pikir Dhatu.

Setelah kedatangan Kak Daisy, bel sekolah berbunyi dan semua siswa mengikuti upacara termasuk para siswa baru yang akan menjalani kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah. Hari pertama Dhatu di sekolah nggak ada hal yang menyebalkan, semua berjalan lancar dan Dhatu menikmati hari pertamanya sebagai siswa SMP.

"Dhatu, masih inget aku nggak?" Tanya seorang cewek yang Dhatu ingat pernah menemuinya di SD dulu. Ia menghampiri Dhatu saat Dhatu sedang menunggu jemputan.

Cewek yang mengaku pacarnya Kak Farel.

"Iya, kak."

"Maafin aku ya, dulu udah negur kamu." Kata cewek tadi sambil tersenyum pada Dhatu.

"Iya nggak papa." Dhatu mengangguk menjawab permintaan maaf kakak kelasnya tersebut. Karena Papa Kai selalu bilang harus selalu memaafkan orang lain.

"Kenalin, aku Bella." Cewek yang namanya Bella itu mengulurkan tangannya pada Dhatu dan Dhatu pun membalas uluran tangan Kak Bella. "Kita temenan ya sekarang?"

"Iya, kak Bella."

***

Srestha melangkah menuju ke kelasnya, ia memperhatikan sekeliling. Sudah ada beberapa anak yang menduduki kursinya masing-masing. Ia pun mengedarkan pandangan kemudian menuju ke bagian paling belakang di kelasnya dan mendudukkan dirinya di situ.

"SAMLEKOM." Suara keras dari pintu mengagetkan Srestha yang baru saja duduk.

Seorang laki-laki dengan pipi chubby memperhatikan sekeliling kemudian berjalan menghampiri meja Srestha. "Niel, kosong kan?"

"Iya."

"Gue duduk di sini ya." Belum Srestha menjawab dia udah mendudukkan dirinya di kursi sebelah Srestha, membuat Srestha tertawa.

"Oke."

Dia Giawan, teman semasa SMP-nya dulu. Ia hanya tau Giawan namun tidak akrab karena mereka tidak pernah satu kelas. Ia hanya tau anak itu bersuara bagus karena ia sering ikut lomba nyanyi dari sekolah dan juga sering mengisi acara perpisahan ataupun pentas seni di sekolahnya dulu.

"Lo tau gue kan, Niel?" Tanya Giawan sambil menatap Srestha, sanksi kalau Srestha ternyata nggak mengenalnya.

"Giawan, kan?"

"Panggil Wawan aja, atau Triji." Giawan terkekeh memberitahukan namanya pada Srestha.

"Oke."

"Ini kita nggak ada acara digencet gitu kan ya?" Giawan bertanya sambil melongok-longok ke luar jendela. Memperhatikan beberapa kakak OSIS yang lalu lalang.

"Kata Adit sih nggak ada."

"Adit cungkring?" Wawan bertanya lagi dan hanya dibalas angkukan oleh Srestha.

Hari pertama PLS di sekolah Srestha juga berjalan lancar, nggak ada acara gencet-gencetan oleh kakak kelas, seperti yang Adit ceritakan pada Srestha bahwa di sekolah mereka nggak ada yang seperti itu.

"Dek, makannya yang bener dek." Bahu Srestha ditepuk pelan oleh seseorang saat ia sedang menyantap baksonya saat jam istirahat berlangsung.

"Dit, ah." Srestha menyeka kuah baksonya karena kaget dengan tepukan di bahunya yang ternyata dilakukan oleh Adit.

"Laper banget, lo?" Adit mengamati Srestha yang lahap menyantap baksonya. Temennya ini kenapa hobi banget makan sih?

Ia sendiri heran dari kecil ngeliat Srestha yang nggak pernah lepas dari makanan. Berbeda dari dirinya, dibandingkan makanan ia lebih nggak bisa lepas dari cewek.

"Hooh." Srestha hanya mengangguk singkat, ia makin sibuk dengan mangkok baksonya itu. Setelah menyelesaikan makannya baru ia menyadari bahwa sedari tadi Adit nggak sendiri. "Eh, siapa Dit?"

"Kenalin nih, temen gue Aksa." Kata Adit sambil menunjuk teman sebelahnya, Aksa.

"Daniel." Srestha mengulurkan tangannya pada teman Adit tersebut.

"Aksa." Aksa membalas uluran tangan Srestha sambil tersenyum, temen Adit ini badannya besar dibanding teman-temannya tapi terlihat seperti bocah. "Lo yang tetangganya Adit itu, Srestha?"

"Iya, kok lo tau?" Srestha balik bertanya. "Adit cerita apa aja?"

"Aib lo, Ta." Kata Adit cuek dan dibalas tatapan malas Srestha.

"Enggak kok, Adit cerita yang bagus-bagus soal lo. Katanya dia punya sahabat dari kecil namanya Srestha." Aksa tersenyum melihat Srestha dan Adit yang emang keliatan udah sahabatan lama.

"Sa, gue geli asli." Adit berpura-pura mual mendengar ucapan Aksa.

"Geli juga gue dengernya, Dit."

***

Malam hari ketika sudah di rumah, saat selesai makan malam Papa Kai dan Mama Krystal mengajak anak-anaknya untuk berkumpul di ruang tengah. Saling bertukar cerita tentang hari ini, terlebih untuk Srestha dan Dhatu yang baru aja menjadi siswa baru.

"Gimana hari pertama di sekolah kalian yang baru?" Tanya Papa Kai menatap Srestha dan Dhatu bergantian.

"Seru sih, Pa." Srestha menjawab sambil mengambil potongan buah yang sedang dikupas oleh Mama Krystal.

"Nanti dulu, kak. Biar selesai Mama motongnya." Tegur Mama Krystal saat Srestha nggak berhenti nyemilin buah. Srestha hanya meringis mendengar teguran Mamanya.

"Kalau dedek gimana di sekolah?" Papa Kai sekarang menatap Dhatu karena tadi ia belum menjawab.

"Iya seru juga, tadi dedek udah dapet temen-temen baru juga selain sama Yolla." Dhatu berkata cerua karena ia udah berkenalan sama teman-teman barunya yang tidak satu SD dengannya.

"Ya udah bagus, kalau Ujin ada cerita apa di sekolah?" Papa Kai ganti menanyai anak bungsunya, yang sekarang udah rebutan makan buah bersama Srestha.

"Biasa aja Pa, kan temen Ujin masih sama." Kata Jendra cuek membuat Mama Krystal tertawa.

Anak bungsunya ini lucu sekali.

"Waktu terima raport kemarin gurunya Jendra bilang gimana kalau Jendra les vokal aja, sayang banget kalau vokalnya nggak diasah, Pa. Gimana menurut Papa?" Mama Krystal menceritakan tentang saran dari guru Jendra beberapa waktu yang lalu.

Sudah lama sebenarnya ingin ia ceritakan pada Papa Kai, tapi Papa Kai masih sibuk mengurusi kegiatan pemilihan dekan sehingga Mama Krystal pun jadi ikut lupa karena membantu Papa Kai mempersiapkan banyak hal.

"Ya nggak papa, daftar aja. Yang penting nggak ganggu belajarnya Ujin ya dek?" Papa Kai mengacak-acak rambut Jendra.

"Ujin boleh ikut les nyanyi Pa?" Tanya Jendra senang saat Papanya memperbolehkan dirinya ikut les vokal.

"Ya boleh dong, tapi belajarnya jangan lupa ya." Papa Kai tersenyum melihat Jendra senang karena bisa mengikuti les vokal.

Anak bungsunya itu memang hobi menyanyi, Papa Kai dan Mama Krystal mendukung saja apapun hobi anak-anaknya asalkan tidak mengganggu sekolah.

"Ujin les sama kakak Ta aja." Srestha tiba-tiba berkata pada Jendra.

"Kan kakak Ta nggak bisa nyanyi?" Tanya Jendra polos.

"Bisa dek, tapi nggak bagus. Hahaha." Srestha tertawa sendiri karena kalimatnya. Membuat Jendra mengerucutkan bibirnya sebal.

"Ya udah nanti Mama daftarin Jendra ya, biar daftar sama Saga juga." Jendra semakin mengangguk senang karena mengetahui bahwa ia akan didaftarkan les vokal, bersama dengan sepupunya, Saga.

"Ma, ngomong-ngomong makanan sama bekalku seminggu ini kenapa sayur terus ya?" Papa Kai mengubah topik obrolan menjadi menu makan yang akhir-akhir ini selalu sayur terus-terusan.

"Iya, biar kamu sama Jendra sehat. Kalian tuh jarang banget makan sayur."

"Bosen Ma, ganti lah sekali-sekali." Papa Kai merengek karena selalu disuruh makan sayur oleh Mama Krystal.

"Nggak ada, awas ya kalau Papa makan di luar yang nggak sehat. Papa tuh lagi masa pemulihan." Ancam Mama Krystal pada Papa Kai membuat ketiga anaknya tertawa. Suka saat melihat Papa Kai dan Mama Krystal berdebat lucu seperti ini.

"Awas loh, Pa." Srestha ikut-ikut mengancam sambil tertawa.

"Iya, ampun sayang-sayangku."

***

Beberapa waktu berlalu setelah masa dimulainya pemilihan dekan, dan Papa Kai akhirnya terpilih menjadi dekan Fakultas Ekonomi.

Hari ini adalah hari pelantikan Papa Kai, yang tentu saja akan ditemani oleh Mama Krystal karena setelah acara pelantikan akan dilanjutkan acara di jurusan Papa Kai.

"Ma, dasi yang dikasih anak-anak di mana ya?" Papa Kai memakai kemejanya, meminta Mama Krystal untuk mencarikan dasi hadiah ulang tahun dari anak-anak mereka.

Hari ini hari bersejarah untuknya, jadi ia harus memakai pemberian dari ketiga anaknya tersebut. Karena semua ini ia lakukan adalah untuk keluarganya.

"Kamu terakhir kali pake itu kapan?" Mama Krystal bertanya dan dijawab gelengan oleh Papa Kai, ia lalu menuju ke lemari pakaian Papa Kai untuk mencari dasi milik suaminya, tapi nggak ia temukan. "Kamu taruh di mana sih?"

"Lupa."

"Duh, kamu kenapa nggak bilang dulu sih? Bentar aku cari." Mama Krystal menuju ke tempat setrikaan untuk mencari dasi Papa Kai tapi ia nggak menemukannya juga. Ia lalu kembali ke kamar kemudian mencari di tempat dasi Papa Kai lagi untuk mengulangi mencari, namun tetap tidak ada.

"Papa! Ini apa?" Tanya Mama Krystal sambil menunjuk dasi yang ternyata ada di dekat tumpukan kaos kaki, masih berada dalam kotak dasinya.

Sepertinya Papa Kai lupa meletakkan kembali dasi di tempatnya. Papa Kai hanya meringis saat Mama Krystal menemukan dasinya.

"Kebiasaan kamu tuh kalau naruh barang, sama aja kayak Srestha." Mama Krystal mulai mengomel sambil memakaikan dasi pada Papa Kai.

"Ya namanya juga papanya." Kata Papa Kai sambil mencubit hidung Mama Krystal gemas.

"Udah ganteng nih." Mama Krystal menyelesaikan memasang dasi kemudian menatap suaminya yang terlihat rapi dan tampan tersebut.

"Suaminya siapa dulu? Mama Zibel~"

***

Di depan anggota senat dan para pimpinan di kampus Papa Kai, saat ini Rektor dari kampus Papa Kai sedang melantik dan serah terima jabatan Dekan dan beberapa tenaga fungsional lainnya.

Ada tiga Dekan yang dilantik pada acara ini, Papa Kai yang merupakan Dekan Fakultas Ekonomi, kemudian dua dekan lainnya adalah Dekan Fakultas Hukum dan Fakultas Teknik.

Mama Krystal sangat bangga sekali dengan Papa Kai, karena ia tau bagaimana suaminya berusaha dan bekerja keras untuk sampai di posisinya yang sekarang.

Selesai acara pelantikan, Papa Kai ditemani Mama Krystal menuju ke tempat diadakannya acara oleh jurusan untuk Papa Kai.

"Selamat ya, Pak Kai."

"Selamat ya, Pak Kai."

"Selamat ya, Pak."

Beberapa ucapan selamat bergantian diucapkan oleh teman-teman Kai dan juga beberapa mahasiswa yang merupakan panitia acara di jurusan Kai.

"Makasih ya. Semoga bisa mengemban amanah ini dengan baik." Papa Kai tersenyum dan membalas semua ucapan selamat yang masuk padanya.

"Pasti bisa, Pak." Kata salah seorang mahasiswanya dengan semangat.

"Pak, boleh minta waktunya sebentar?" Salah satu mahasiswa Papa Kai lainnya menghampiri Papa Kai dan Mama Krystal.

"Iya gimana?"

"Boleh wawancara sebentar, Pak? Buat warta kampus." Mahasiswa tersebut bertanya sopan pada Papa Kai.

"Iya boleh."

"Sama Ibu sekalian ya, bu."

"Sama saya juga?" Mama Krystal menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung.

"Iya bu."

Akhirnya Papa Kai dan Mama Krystal menjalani wawancara singkat dengan beberapa mahasiswanya tersebut. Hanya beberapa hal terkait perjalanan karier Papa Kai sampai menjadi Dekan dan juga bagaimana support dari Mama Krystal.

"Ini wawancaranya sudah selesai, tapi masih boleh tanya-tanya nggak, Pak?" Mahasiswa tersebut menutup notesnya karena wawancara yang akan digunakan untuk liputan dekan baru sudah ia dapatkan semuanya.

"Boleh, mau tanya apa?"

"Dulu sama Ibu ketemunya di mana sih, Pak?" Sang mahasiswa tersenyum sopan saat bertanya, pertanyaan yang ternyata disambut antusias oleh mahasiswa lainnya. "Kalau nggak keberatan sih boleh dijawab, Pak."

"Di kampus, temen satu jurusan juga." Papa Kai tersenyum mengingat pertemuannya dulu dengan Mama Krystal.

"Oalah, cinlok ya Pak?" Beberapa mahasiswa lain bertanya membuat Papa Kai terkekeh sambil mengangguk.

"Gimana ceritanya kalau boleh tau, bu? Kita penasaran gimana Bapak yang tegas gini bisa deketin Ibu?"

Pertanyaan dari mahasiswa suaminya tersebut membuat Mama Krystal tersenyum. "Ya bisa, Pak Kai ini dulu yang ngejar-ngejar saya. Kekeuh banget mau sama saya. Ya udah kan dari pada dia maksa terus akhirnya saya terima aja." Kata Mama Krystal menjawab dengan bercanda.

"Apaan, enggak aku nggak gitu." Papa Kai berpura-pura mual mendengar jawaban Mama Krystal. Malu sendiri di depan mahasiswanya saat Mama Krystal menceritakan tentang Papa Kai.

"Wah, bapak bucin ya Pak ternyata." Para mahasiswa Papa Kai sedikit meledek Papa Kai setelah mendengar jawaban Mama Krystal tadi.

Kapan lagi kan bisa ngeledek dosennya yang terkenal tegas ini?

"Nggak ada itu nggak ada." Papa Kai menggeleng-gelengkan kepalanya. Masih berusaha menutupi bahwa dirinya dulu yang mengejar Mama Krystal.

"Pake malu-malu segala, Pak."

"Kalian ini dikerjain sama istri saya. Nggak gitu ceritanya." Papa Kai menoleh pada Mama Krystal yang juga ikut tertawa bersama para mahasiswanya.

"Terus ceritanya gimana, Pak?"

"Rahasia perusahaan."

"Yaaaaah bapak."

"Udah-udah, saya mau makan dulu sama Ibu." Papa Kai berusaha mengakhiri pembicaraan mereka, tidak mau membahas lebih lanjut karena nanti ia semakin malu.

"Iya pak, makasih waktunya ya Pak, Bu. Maaf udah diajak becanda-becanda."

"Kalau bisa Ibu jadi dosen di sini aja, bu. Hehe." Salah seorang mahasiswa Papa Kai yang perempuan berkata saat menyalami Mama Krystal.

"Wah, saya nggak bisa ngajar." Mama Krystal tertawa sambil memberikan gesture menolak dengan kedua tangannya.

"Ya biar seger gitu ada dosen modis kayak Ibu."

"Jangan, saya galak." Kata Mama Krystal lagi, yang kali ini langsung diacungi jempol oleh Papa Kai.

"Lebih dari saya ini, galaknya." Papa Kai ikut berkomentar tentang istrinya.

"Duh, nggak jadi deh."

***

Sudah sekitar satu bulan Srestha dan Dhatu menjadi siswa baru. Mereka masih dalam penyesuaian, lagi seneng-senengnya ikut ekskul yang di sekolah lamanya dulu belum ada.

"Dedek baru pulang?" Tanya Mama Krystal saat melihat Dhatu baru saja masuk ke dalam rumah.

"Iya Ma, tadi Dhatu ngerjain tugas dulu."

"Duh rajinnya anak Mama." Mama Krystal berusaha mencium Dhatu tapi Dhatu menghindar. "Loh, kenapa dek?"

"Dhatu bau asem Ma, tadi abis olahraga terus pulang sampe sore. Asem banget." Dhatu mengernyit sendiri mencium bau badannya.

"Ya udah dedek mandi dulu ya. Habis ini makan." Mama Krystal tersenyum melihat Dhatu yang terlihat menikmati hari-harinya sebagai siswa SMP tersebut.

Selesai mandi Dhatu turun untuk makan siang, tepat dengan Srestha yang baru saja sampai rumah.

"Kakak ikut makan dong." Srestha mencium Mamanya lalu mengambil piring dan duduk di sebelah Dhatu.

"Kok nggak mandi dulu?"

"Udah laper Ma, nanti abis ini langsung mandi." Kata Srestha sambil mengambil nasi dan lauknya. "Ma, Ta kayaknya mau ikut basket aja."

"Jadinya ikut basket?" Mama Krystal bertanya karena beberapa waktu lalu Srestha sedang bingung memilih ekskul yang akan ia ikuti di SMA.

"Iya, biar banyak fans-nya." Srestha terkekeh menatap Mamanya yang udah melotot denger alasan anaknya ingin ikut ekskul basket.

"Kakak, nggak boleh gitu tujuannya." Mama menegur Srestha.

"Hehehe, becanda Ma."

"Adit basket juga?"

"Kak Adit itu yang foto-foto itu ya, kak?" Dhatu ikut bertanya karena ia tau kak Adit suka memotret.

"Iya dek. Adit fotografi Ma. Dia mana bisa basket, bisa pingsan di lapangan yang ada." Srestha tertawa membayangkan Adit yang memang tidak terlalu suka olahraga akan pingsan jika ikut ekskul basket.

"Kamu biasanya ngikutin Adit, kak?" Mama Krystal meledek Srestha yang memang dari kecil biasanya suka mengikuti kegiatan Adit.

"Iya, tapi sekarang enggak. Kalau Adit emang suka foto Ma. Ta ya suka-suka aja nggak suka banget."

"Iya nggak papa hobi kan beda-beda. Asal nggak saling mengejek aja, kayak kamu tadi kak. Tau Adit nggak bisa olahraga jangan diejek ya? Belum tentu kamu bisa motret sebagus Adit." Mama Krystal menasehati Srestha dan juga Dhatu untuk saling menghargai terhadap kesukaan teman-temannya.

"Iya Ma, itu becandaan Ta sama Adit aja kok. Adit juga sering becandain dirinya gitu." Srestha membela dirinya bahwa itu becandaannya dengan Adit.

"Iya, Mama pesennya kalau misalnya kamu ketemu temen kamu yang lain yang punya hobi yang berbeda. Nggak usah saling mengejek. Saling menghargai aja karena akan lebih indah kalau kita itu beragam." Mama Krystal menasehati Srestha dan Dhatu lagi, agar anak-anaknya mau menghargai apapun yang berbeda dari orang lain.

Dimulai dari hal sepele seperti hobi dan kesukaan. Karena biasanya anak seumuran Srestha terlebih laki-laki, akan merasa superior jika suka olahraga sehingga mengejek temannya yang tidak suka olahraga.

Mama Krystal tidak mau kalau ketiga anaknya nggak menghargai orang lain makanya ia nggak berhenti menasehati Srestha, Dhatu maupun Jendra.

"Siap Mama." Kata Srestha dan Dhatu bersama-sama.

***

Malam hari saat menjelang tidur Mama Krystal mengajak ngobrol Papa Kai, membahas tentang perkembangan ketiga anak mereka. Dan kali ini Mama Krystal ingin membahas soal Dhatu.

"Pa, Dhatu kok akhir-akhir ini pulangnya telat terus ya?" Mama Krystal berbaring di sebelah Papa Kai yang masih membaca buku. Mendengar pertanyaan istrinya, Papa Kai melepas kacamata bacanya kemudian menutup buku dan meletakkannya di nakas.

"Gimana, Ma?"

"Dhatu pulangnya lebih siang bahkan sampe sore, beberapa waktu belakangan."

"Mungkin ada tugas atau ekskul?" Papa Kai balik bertanya.

"Ya mungkin sih, cuma aku agak khawatir aja." Mama Krystal menatap Papa Kai, wajahnya menunjukkan kekhawatiran.

"Kenapa Ma?"

"Nggak tau, rasanya kayak bukan Dhatu aja."

"Emang kenapa?" Papa Kai membenarkan posisinya agar bisa menatap Mama Krystal dengan nyaman.

"Ya gitu suka pulang telat, kalau ditanya bilangnya ngerjain peer. Kalau ekskul kan aku tau jadwalnya. Terus beberapa hari ini minta uang saku tambahan katanya ada iuran apa gitu." Mama Krystal akhirnya menjelaskan pada Papa Kai tentang apa yang ia khawatirkan selama ini.

"Kamu curiga sama Dhatu?"

"Nggak tau aku ngerasa kayak dia sibuk banget sejak jadi anak SMP." Mama Krystal menunduk membuat Papa Kai tertawa. Mendengar tawa suaminya, Mama Krystal langsung cemberut. "Kok ketawa sih, Pa?"

"Kamu dulu juga gini pas Srestha baru SMP, Ma. Gara-gara dia pulangnya siang terus, mamanya juga baru jadi anak SMP, masih penyesuaian. Lagi seneng mereka ikut ekskul gitu. Kamu jangan khawatir ya." Papa Kai mengelus raambut Mama Krystal, berusaha menenangkan istrinya tersebut agar tidak terlalu khawatir.

"Iya mungkin Pa, aku aja yang terlalu galau gara-gara dedek makin siang pulangnya." Mama Krystal hanya mengangguk dan tersenyum.

Mungkin ini emang cuma perasaannya aja.

*

Sore hari seperti biasa Mama Krystal berniat akan mencuci baju, ia memilah baju seragam milik Srestha, Dhatu dan Jendra. Karena seragam harus selalu ia dahulukan agar nggak ribet kalau misalnya mau dipake tiba-tiba.

Ia kemudian menuju ke keranjang cucian ketiga anak mereka untuk mengambil seragamnya. Sebelum memasukkan ke mesin cuci, Mama Krystal selalu meraba-raba dulu setiap kantung saku karena biasanya mereka suka lupa meninggalkan uang di sakunya.

Mama Krystal lalu mengambil seragam milik Dhatu dan berniat memeriksa sakunya. Tapi ia menemukan keanehan pada baju milik Dhatu tersebut. Ia meraba-raba saku Dhatu lalu menemukan sesuatu yang membuatnya langsung menuju ke kamar Dhatu.

"Dhatu?"

"Apa, Ma?"

"Kamu ngerokok?"

***

Continue Reading

You'll Also Like

382K 2.7K 12
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
65.9K 5.5K 68
Ini hanya sebuah fiksi dan jangan sangkut pautkan kepada real life. Selamat membaca. Jangan lupa untuk votenya.
736K 23.2K 72
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
408K 20.2K 35
[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Tarima Sarasvati kira akan mudah baginya menjadi istri bayaran Sadha Putra Panca. Hanya perlu mela...