[✓] Best Friends

By uniessy

39.3K 4.3K 376

Sekuel dari Novel QUEENNORA yang semoga bermanfaat ❤ More

Quote
Best Friends
1. Ayah Ibu Kekasihku
2. Memilih Pemimpin
3. Pembeda Pembela dan Pencela
4. Beri Udzur
5. Teman Hijrah
6. Bangga Dengan Aib
7. Move On
8. Menolak Tapi Mendukung
9. Setelah Hijrah
10. Kenapa Ngga Bisa Cinta?
11. Penghibur yang Tak Terhibur
12. Tahan Lisan
13. Berat
14. Fitnah Dajjal
15. Itsar
16. Lengah
17. Berterima Kasih
18. Kenapa?
19. Hadiah Terbaik
20. Faqqih
21. Bagaimana Jika
22. Jaga Menjaga
23. Nabi Tidak Nonton Konser
24. Jangan Salah Bela
25. Ternyata Terjadi
26. Beda Lajur
27. Tidak Peduli Sekitar
28. Tergelincir
29. Tiada Manfaat
31. Teroris Pengecut
32. Pintu Surgamu Bukan Beban
33. Berpengaruh
34. Bucin
35. Soal Sesat
36. Luar Biasa

30. Kriteria Suami Idaman

596 93 9
By uniessy

Serial BEST FRIENDS – 30. Kriteria Suami Idaman

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2019, 12 Februari

-::-

Selagi menunggu Nora menghabiskan makanannya---yeah, you know what, Nora itu makannya lama sekali---maka aku main ponsel! Melihat-lihat laman instagram dan facebook. Isinya membosankan. Kalau bukan berita artis-artis, ya pasti berita artis-artis. Haduh...

Kalau bukan Pernikahan, ya Perceraian. Heran, kenapa sih orang-orang bahagia sekali kehidupan mereka terbongkar seperti itu. Bahkan, aku tidak mengerti kenapa yang ada di pikiran manusia-manusia zaman sekarang itu tidak lebih daripada; Bagaimana caranya terkenal, viral, banyak uang, dan semisalnya. Rela membuat video-video untuk diunggah dan ditonton banyak orang, padahal tidak membawa maslahat sama sekali.

Huh.

Really wasting my time.

Hei... tapi tunggu sebentar.

Aku cekikikan sendiri mendapati satu postingan di laman facebook-ku, ada temanku yang membagikan postingan akun lain. Berupa sebuah gambar yang di dalamnya bertuliskan; Kriteria Suami Idaman itu ada tiga: 1. Beriman, 2. Mapan, 3. Tampan.

"Hayo, lihat apa, yaa Ukhtayya?" tanya Nora. "Sampai geli begitu..."

Dan masih dengan mengikik, aku meliriknya.

"Ini, kriteria suami idaman, haha," kataku seraya menunjukkan layar ponselku padanya. "Lucu ya? Kalau kau, bagaimana kriteria suami idamanmu? Ah, aku tahu... Yang menyukai ilmu kan? Kau pernah bilang padaku. Nanti kalian menghafal Quran bersama-sama," aku mengatupkan kedua tangan, "sooo sweet."

Nora membalas kicauanku dengan tawa geli.

Yeah, it sounds funny. Maksudku, kami masih berkuliah. Harusnya tidak membahas ini. Ya kan?

"Kalau kau sendiri?" Nora balik bertanya dan aku menyeringai mendengarnya.

Tentu saja! Aku sudah punya jawaban untuk pertanyaan semacam ini!

"Jangan bilang yang mirip Chanyeol."

Ucapan Nora membuat rahangku mengatup padahal baru saja hendak menjawab pertanyaannya! Jadi, kupukul lengannya, tapi pelan sih. Hehe...

"Atau mirip Siwon..." sambungnya.

Aku menghela napas. "Tidak, aku akan memilih yang mirip Do Kyungsoo. Kau tahu kenapa? Karena tinggi kami sama!"

Nora tergelak dan aku melihatnya dengan tatapan pura-pura sebal. Tentu saja, aku takkan bisa benar-benar sebal dengannya kan?

"Itu namanya sekufu. Setipe, sejiwa," ucap Nora. Makannya sudah selesai. Dia mengambil air minum di sisi kanannya. "Semoga kau diberi jodoh Do Kyungsoo versi ikhwan fillaah rahimakumullaah."

"Ha, ha, ha," aku jelas menertawainya. "Tapi kriteria suami idamanku itu pria yang Tinggi."

"Nah kan," kata Nora. "Kalau begitu; Chanyeol," tambahnya. "Atau Siwon."

"Hzzz," responsku dengan bola mata berputar. "Dengar dulu. Kriteria suami yang kuinginkan adalah 5T+PKS."

Aku menyeringai lagi ketika kulihat kening Nora mengernyit.

"What?"

"5T+PKS."

"I know, you've said it before," kata Nora lagi. "Tapi apa itu 5T+PKS?"

"Lima T," aku melebarkan jari-jari kiriku. "Yang ke lima adalah, Tinggi. Oke, ini urutan terakhir, karena bagiku tidak terlalu penting. Toh aku tidak terlalu tinggi, hahaha!"

"Tinggi," Nora mengacungkan jempolnya, lalu membuka telunjuknya, "selanjutnya?"

"Tampan mempesona! Ha!" Aku menjentikkan jari. "Dia harus tampan, agar aku bisa membawanya dengan bangga ke undangan-undangan pernikahan teman-temanku."

Kening Nora mengernyit lagi. "Are you serious?"

"Yes! Absolutely!" ucapku, mantap. "T yang nomor tiga, adalah... Tajir Melintir! Hahaha! Dia harus kaya karena aku tidak mau bekerjaaa!" Aku tergelak lalu menutup mulutku sendiri. "I mean, seriously, I really wanna be a full great wife and mom," bisikku dengan nada benar-benar serius.

"Oke, oke," Nora masih tertawa.

Memangnya lucu ya? Apakah berharap suamiku kaya raya adalah kesalahan? Huh!

"Lalu yang nomor dua?"

"Takwa kepada Rabbul'alamiin..."

"Bisa diterima. Nomor satu, Tauhid ya?"

Aku menggeleng. "Bukan."

"Tawakal?"

"Bukan juga."

"Lantas?"

"Tangguh," bisikku, malu-malu. "HAHAHA! Ya ampun, aku kenapa sih," aku memegangi perutku selagi tertawa dengan mata terpejam. "Ini sungguh memalukan! HAHAHA!"

"Tangguh?"

"Iya, tentu saja tangguh---you know---HAHAHA!"

Dan Nora tertawa juga akhirnya. "Ah, benar, aku mengerti... Lalu PKS itu apa?"

"Penuh Kasih Sayang. HAHAHA! Aku geli sendiri," aku masih ngakak di tempat. Bodo amat deh orang-orang melihatku dan membatin apa saja. Terserah mereka. "Ya ampun, Nora. Aku sendiri geli setiap kali mengingat rumusan ini. Tapi sungguh, hahaha, aku tidak salah kan mengharapkan hal itu semua?"

Bahu Nora terangkat. "Tidak ada yang salah, tentu tidak salah. Selama kau berharap hanya pada Allah azza wa jalla. Sebab Allah Maha Tahu sementara kau tidak tahu apa-apa."

"Haha, iya, aku tahu itu."

"Tapi, dalam Islam, calon suami memang harus diseleksi dengan sebaik-baiknya," kata Nora. "Sebab kan dia yang akan menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Keputusan-keputusannya akan kita dengar dan kita taati. Makanya, pemuda-pemuda yang kita pilih nanti harus punya agama yang bagus, Lalu berkemampuan untuk ba'ah atau al ba'ah, lalu harus perhatian pada istri, menyenangkan jika dipandang---oke, seperti yang kaubilang: tampan. Sekufu dengan istrinya, lalu mampu memiliki keturunan alias tidak mandul."

"Huh? Ba'ah? Apa tadi?"

"Ba'ah, atau al ba'ah."

"Ya, itu. Apa itu?"

"Hm, tentang ini, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama, sebagian menafsirkannya sebagai kemampuan untuk berhubungan seksual sebagaimana mestinya suami dengan istri," jelas Nora. Gantian sekarang keningku yang mengernyit. "Dan sebagian lagi menafsirkan bahwa itu adalah kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap istri dan keluarganya."

"NAH!" Aku bersorak. Yehey! "Berarti 5T+PKS ku tadi masuk dong ya?!"

Nora nyengir. "Yap. Bisa dibilang begitu."

"Ah, arasseo," desisku pelan. "Rumusanku tidak salah."

"Tapi agama dan akhlaknya jelas yang paling utama," kata Nora. Kali ini nada bicaranya terdengar agak serius. "Itulah kenapa aku berharap jodohku adalah orang yang berilmu, Sebab, kata Syaikh Fuad Shalih; Rumah tanggamu bisa bahagia jika suamimu berilmu, mempelajari ilmu, senang mendengarkan ilmu, atau sekadar menyukai ilmu."

"Woaaah," aku berdecak. "Seperti para pemuda yang rajin mencatat saat kajian digelar itu ya?"

Senyum Nora terulas, lalu dia mengangguk.

Aku ikutan manggut-manggut. Mengepalkan kedua tanganku lalu menopang dagu.

"Kalau tidak salah ingat, Al Hasan Al Bashri juga pernah berkata; Menikahlah dengan orang bertakwa. Sebab jika ia mencintaimu, ia akan memuliakanmu. Dan jika tidak, maka ia tidak akan pernah menghinakanmu. Benar begitu ya? Atau aku ada salah kata?"

Nora menggeleng, "Kau benar."

Aku tertawa. Rupanya, perkara mencari pasangan untuk hidup bersama itu memang tidak sekadar tampilan fisik. Takwa itu paling utama. Agamanya, adabnya pada Allah Tabaraka wa Ta'ala yang masuk dalam pembahasan Tauhid, lalu adabnya terhadap sesama dalam bentuk akhlakul karimah.

HAH!

Menikah...

Aneh sekali ya.

Maksudku, bagaimana bisa dua orang memutuskan hidup bersama, padahal mereka tidak tahu bagaimana aslinya orang tersebut?

Tapi aku jadi ingat, bahwa kata Nora, yang begitu itu tidak usah dipikirkan, melainkan serahkan saja pada Rabbul'alamiin. Allah yang Maha Tahu, sementara kita tidak tahu apa-apa.

"Jadi, masih Siwon? Atau Chanyeol?"

"Heish, tidak keduanya. Aku mencari pria yang pandai bersyahadat dan bisa jadi imamku saat shalat tahajud! Bacaannya harus bagus, agar aku betah berlama-lama berdiri di belakangnya sebagai makmum, meskipun dia membaca dua juz dalam satu rakaat sekali pun! Ingat, doakan aku ya, Nora! Kan kau yang bilang sendiri, doa orang-orang baik itu dikabulkan Allaahul Kariim! Jadi, kau harus doakan aku agar dapat suami sebaik itu. Ya?"

[]


Continue Reading

You'll Also Like

2.2K 97 41
Sepercik kata, kata yg tersusun indah dari Sang Maha Pencipta ini kata tentang cinta, hijrah, rindu,persahabatan,random,masalalu, dan linnya Semoga Q...
280K 19.8K 33
(Privat acak, follow sebelum baca) Ibrahim Alfaiz, seorang dosen muda di sebuah universitas swasta ternama, hanya bisa pasrah saat dia harus menikah...
15.3K 1.8K 54
Sawamura Daichi Seorang pemuda yang dimintai tolong oleh kepala sekolah untuk membawa kembali kejayaan sebuah organisasi. Rohis Sebuah organisasi yan...
13.5K 923 10
EG Group rupanya tidak bisa berlama - lama tenang dari kasus yang baru saja mereka selesaikan, karena si detektif bawah tanah yang merupakan "anggota...