Synesthesia

By cupacups_

78.4K 12.5K 3.1K

family : where life begins and love never ends More

Synesthesia
Srestha
Dhatu
Jendra
01
02
03
04
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

05

2.4K 502 155
By cupacups_


"Ta, kita kayaknya harus berubah, deh."

Adit berkata tiba-tiba, di saat mereka berdua sedang menunggu jemputan dari supir Adit. Mendengar kata-kata Adit, Srestha lalu menoleh dan mendapati Adit sedang menatap ke arah langit. Srestha pun mengikuti arah pandangan Adit.

"Berubah jadi apa?"

"Kita kan udah SMP ya, aku udah kelas delapan kamu kelas tujuh, kita udah gede. Jangan manggil pake aku-kamu lagi lah." Kata Adit lagi yang kali ini ia menoleh pada Srestha dan berkata dengan semangat.

"Kenapa emang?" Srestha lalu menoleh karena heran dengan perkataan Adit.

"Ya aneh aja, aku sama temen-temen udah pake lo gue. Kayaknya tuh aku-kamu terlalu kayak anak-anak. Kan kita udah gede Ta."

"Ya udah nggak papa deh, anak kelasku aja ada yang ngomongnya pake lo-gue." Srestha mengangguk karena mengingat beberapa temannya juga menggunakan lo-gue ketika memanggil satu sama lain.

"Jadi mulai sekarang panggilnya lo gue ya."

"Oke." Srestha membentuk kata oke dengan jarinya, mereka berdua kembali menatap langit, nggak tau memikirkan apa.

"Dit, masih lama nggak jemputnya?" Srestha bertanya lagi karena supir Adit belum juga datang.

"Masih kayaknya, kenapa?" Adit melihat jam tangannya, supirnya tadi bilang mau nganterin kakaknya dulu makanya ia perkirakan datangnya masih lumayan lama.

"Laper, ke kantin yuk."

"Ayo deh."

Srestha dan Adit meninggalkan bangku di depan sekolah untuk menuju ke kantin sekolah mereka. Setelah memesan mereka berdua duduk sambil memperhatikan kakak kelas sembilan yang sudah memulai jam tambahan untuk persiapan Ujian Nasional.

"Eh Ta, anak kelas tujuh A ada yang cantik kan?"

"Siapa?" Srestha terlihat berpikir siapa temen sekelasnya yang cantik.

"Sandra."

"Oh si Sandra, naksir?" Srestha mengangkat satu alisnya dan hanya dibalas cengiran oleh Adit.

"Kenalin dong, Ta."

"Besok aja ke kelas. Nanti gue kenalin." Dengan sok taunya Srestha mulai menggunakan kata ganti 'gue', dan ternyata langsung dibalas juga oleh Adit.

"Wah mantap, ntar gue ke kelas lo ya?"

"Siap." Srestha tertawa sambil mengacungkan jempolnya.

"Keren juga ya kita pake gue-lo." Adit tertawa karena merasa dirinya dan Srestha layaknya anak yang udah besar karena memanggil satu sama lain dengan lo-gue.

"Iya. Kayak anak gede ya kita." Balas Srestha. Ia kemudian teringat sesuatu yang akan ia ceritakan pada Adit. "Eh Dit, inget Farel nggak? Yang sekarang kelas enam?"

"Iya, kenapa?"

"Masa pas awal masuk itu ngasih Dhatu gantungan kunci, katanya oleh-oleh." Srestha menceritakan kejadian saat awal masuk sekolah dulu di mana Dhatu diberi oleh-oleh gantungan kunci sama kakak kelasnya.

"Beneran?" Adit mendongak dari piringnya dan dibalas anggukan oleh Srestha. "Wah, suka itu si Farel sama Dhatu kayaknya."

"Iya kan? Pasti suka deh si Farel, cupu banget pas kita udah nggak di SD baru berani deketin Dhatu." Merasa mendapat dukungan dari Adit, Srestha semakin semangat.

"Dhatunya suka nggak?"

"Nggak tau, tapi Dhatu kan gitu aja. Dia kayaknya nggak suka-sukaan. Kan nggak boleh sama Papa." Srestha mengangkat kedua bahunya, karena Dhatu ya gitu aja kayaknya nggak suka-sukaan sama cowok.

"Ya udah berarti Farel aja yang suka sama Dhatu."

"Jendra tuh yang suka laporin soal Dhatu." Srestha tertawa karena adik bungsunya suka laporan kalau ada cowok-cowok yang ganjen sama Dhatu.

"Mantap banget Jendra."

***

"Srestha udah pulang?" Mama menyapa Srestha saat melihat Srestha membuka pintu rumah, kemudian langsung berjalan menuju meja makan.

Padahal sebelum pulang ia sudah makan sama Adit di kantin, tapi melihat masakan Mamanya ia lapar lagi.

"Ganti baju dulu, kak." Tegur Mama Krystal saat melihat Srestha akan mengambil nasi.

Dengan cemberut Srestha langsung naik ke kamarnya dan berganti baju, ia lalu turun kemudian bergegas mengambil nasi dan lauk yang dimasak Mamanya.

Mama Krystal sendiri ada di halaman belakang karena beliau baru saja mencuci baju dan sekarang menjemur pakaian dibantu oleh Dhatu.

"Kaka Ta." Jendra menghampiri Srestha yang sedang makan di meja makan.

"Apa?"

"Tadi Ujin dikasih cokelat sama kak Farel." Jendra menunjukkan cokelat yang ia pegang pada Srestha.

"Farel bilang apa?"

"Katanya hadiah buat Ujin gitu. Terus katanya salam buat kak Dhatu." Jendra menjawab jujur apa yang dikatakan Farel tadi padanya.

"Hmm." Srestha hanya menggumam karena ia sibuk menghabiskan makan siangnya.

"Kak Farel sama kak Dhatu pacaran ya kaka Ta?" Tanya Jendra polos.

Srestha menggeleng kemudian meneguk segelas air karena ia sudah selesai makan. Ia membereskan piring kemudian menghampiri Jendra lagi.

"Farel aja kayaknya yang suka sama Dhatu. Enggak pacaran." Srestha menjelaskan pada Jendra soal kemungkinan bahwa hamya Farel aja yang suka sama Dhatu.

"Kaka Ta mau nggak?" Jendra menawari Srestha cokelat yang dihadiahkan untuknya itu.

"Buat Ujin aja deh, itu kan hadiahnya Ujin."

"Ujin mau berbagi sama kaka Ta." Jendra menyerahkan cokelatnya dan memberikan pada Srestha. Srestha lalu tersenyum dan membagi cokelat itu jadi dua bagian.

"Nih buat Ujin yang gede."

"Waaah, makasih kaka Ta."

Sedang asyik menikmati cokelat, Mama dan Dhatu kembali dari halaman belakang.

"Ada yang mau ikut Mama ke rumah nenek? Mama Krystal bertanya dan ketiga anaknya mengangguk serempak

"Ya udah pada siap-siap ya. Tadi Mama bikin kue buat dibawa ke rumah nenek."

"Asiiik." Srestha dan kedua adiknya langsung berlari menuju kamar mereka masing-masing untuk bersiap-siap mengunjungi kakek dan neneknya.

Sedangkan Papa Kai sepulang dari kampus nanti akan menjemput mereka.

"Kakeeeeeek." Sesaat setelah sampai, mereka bertiga kompak berlari ke arah kakeknya yang sedang duduk di ruang tengah sambil membaca koran.

"Cucu-cucuku." Kakek meletakkan korannya kemudian bergantian memeluk ketiga cucunya.

"Mama di mana Pa?" Tanya Krystal sambil mencium tangan Papanya.

"Ada di kamar."

Krystal mengangguk kemudian menyusul Mamanya ke kamar, ia membiarkan ketiga anaknya mengobrol dengan kakeknya.

"Lho, Mama mau ke mana?" Krystal bertanya karena saat ia masuk ke kamar Mamanya sedang memasukkan baju ke dalam koper.

"Singapore kak, nganterin Papa check up."

"Berdua aja?"

"Iya."

"Krystal temenin, mau?" Krystal duduk di kasur dengan menawari Mama untuk menemaninya ke Singapore.

"Kamu bisa emangnya?"

"Bisa sih, tapi belum bilang Kai. Nanti aku bilang dulu ya Ma?"

"Iya kak, ijin dulu sama Kai ya. Nanti Krystal kabari Mama lagi."

Saat perjalanan pulang ke rumah, Krystal mengutarakan niatnya pada Kai untuk menemani orang tuanya check up, ia nggak tega kalau Mama Papanya cuma pergi berdua.

"Pa, aku boleh nemenin Papa sama Mama check up nggak ke Singapore?" Krystal meminta ijin pada Kai dalam perjalanan pulang. "Aku nggak tega mereka pergi sendiri."

"Iya, nggak papa. Kamu temenin aja, biar ada yang jagain." Kai mengangguk menjawab permintaan Krystal.

"Terus kamu sama anak-anak gimana?"

"Ya nggak papa, aku yang ngurus anak-anak. Ya nggak?" Kai menoleh ke belakang dan dibalas anggukan oleh ketiga anaknya.

"Iya, Mama temenin kakek aja. Kasian kakek sama nenek kalau pergi sendiri." Srestha mengiyakan ucapan Papanya.

"Pa, kamu yakin nggak papa ditinggal?"

"Iya. Tenang aja anak-anak aman kok sama aku."

"Beneran ya?" Krystal bertanya lagi untuk memastikan, karena ia agak ragu meninggalkan Kai dan ketiga anaknya.

"Iya, masa kamu nggak percaya sama suami kamu sendiri?"

"Bukannya nggak percaya, tapi kan—"

"Udah kamu temenin Mama aja, urusan rumah biar aku yang handle." Kai berkata mantap untuk meyakinkan Krystal.

Karena sudah mendapat ijin dari Kai, Krystal pun mengabari Mamanya bahwa ia akan menemani Mamanya ke Singapore. Sebelumnya ia mempersiapkan bahan-bahan masakan dulu sebelum ia pergi.

"Di kulkas ada ayam yang udah aku ungkep, tinggal digoreng aja buat sarapan besok. Terus ini telur baru aku beli kemarin. Sayur juga semuanya masih fresh." Krystal menunjukkan isi kulkas pada Kai, ia masih saja khawatir kalau Kai kesulitan mencari barang-barang di kulkas.

"Ini bumbu dapur di sini, panci wajan di sini yang biasa dipakai—"

"Iya Ma, udah kamu jangan khawatir. Aku bisa kok sama anak-anak." Kai menghentikan ucapan Krystal.

"Iya, Mama tenang aja. Ada Ta yang siap membantu Papa." Srestha ikut menambahkan melihat Mamanya seperti tidak yakin pada Papa.

"Ya udah kalau gitu Mama berangkat dulu ya?"

"Hati-hati ya Ma." Kai mencium pipi istrinya saat akan berpamitan.

"Mama berangkat dulu ya anak-anak."

"Iya Ma, semoga kakek sehat ya Ma." Kata Dhatu sambil mencium pipi Mama Krystal.

Mama Krystal adalah orang yang paling penting di rumah.

Semua hal dan masalah yang ada di rumah bisa diatasi oleh Mama. Bukan berarti Papa tidak bisa, tapi karena Mama lebih banyak di rumah jadi beliau lebih memahami seisi rumah dan masalah-masalah yang ada di dalamnya.

Membetulkan selang gas yang bocor, pipa air yang macet, mesin cuci yang ngadat, semua sudah pernah Mama Krystal lakukan.

Papa, Srestha, Dhatu dan Jendra juga sangat bergantung dengan Mama. Apapun yang mereka cari pasti Mama bisa menemukannya.

Lalu apa jadinya rumah kalau Mama Krystal tidak di rumah?

***

Pagi hari saat Mama tidak di rumah.

"Srestha, mandinya yang cepet." Tegur Papa dari luar kamar mandi saat melihat Srestha belum keluar juga dari kamar mandi.

Kai sendiri belum mandi karena ia sedang menyiapkan sarapan untuknya dan ketiga anaknya.

"Papa, itu kalau gorengnya gitu nanti minyaknya meletup." Dhatu melihat ayam yang udah diungkep Mamanya tapi belum didiamkan lama dari kulkas sehingga masih dingin, dan langsung dimasukkan ke minyak panas oleh Kai.

"Aduh."

Bener aja, Kai langsung berjingkat ketika minyak yang ada di penggorengan meletup-letup saat ia memasukkan ayamnya.

"Nggak papa dek, udah dedek ganti baju terus liatin Jendra ya?" Papa Kai menyuruh Dhatu untuk menyingkir. Ia sendiri kembali berjingkat karena letupan minyak goreng.

"Iya Pa."

"Pa, mau Ta ambilin helm nggak biar nggak kena muka?" Srestha yang baru keluar dari kamar mandi memberikan usul pada Kai dan langsung mendapat gelengan dari Kai.

"Udah, kakak ganti baju aja."

"Pa, bau gosong." Kata Srestha sambil menunjuk penggorengan.

"Yah kak, ayamnya gosong." Kai langsung mematikan kompor karena ayam gorengnya terlalu matang.

Srestha hanya geleng-geleng kepala, ia meninggalkan Papanya yang sedang sibuk mempersiapkan sarapan untuknya dan kedua adiknya.

Kai menyajikan ayam goreng yang agak gosong tersebut dengan tumis tahu sederhana yang ia buat. Setelahnya ia mandi dan bersiap untuk ke kampus.

"Papa, dasi Ta di mana ya?" Srestha turun dan melihat Papanya sudah rapi, Papa sedang membuat susu untuk mereka bertiga.

"Srestha biasanya taruh mana?"

"Di lemari Ta, tapi nggak ada."

"Dicari dulu kak." Kata Kai sambil meletakkan gelas berisi susu di meja.

"Udah Pa, kalau Papa nggak percaya Papa cari aja."

Kai menghela napasnya, ia lalu naik ke kamar Srestha untuk mencarikan dasi Srestha. Ia mencari di lemari Srestha, dan di seluruh pojok kamar Srestha tapi ternyata nggak ada.

"Kamu taruhnya di mana?"

"Di lemari kan Ta udah bilang."

"Terus kok nggak ada?"

"Ya Ta nggak tau. Gimana nih Pa? Masa Ta nggak pake dasi?"

"Udah nanti beli aja di koperasi." Kai juga nggak tau harus nyari ke mana lagi, dari pada kelamaan di rumah mending beli lagi aja lebih cepet.

Baru aja Kai keluar dari kamar Srestha, Dhatu menghampirinya dengan membawa sisir dan ikat rambut.

"Papa, Dhatu mau dikuncir dua." Dhatu menyerahkan sisir dan dua ikat rambut pada Papanya.

Kai menerima sisir dan ikat rambut dari Dhatu kemudian ia menyisiri rambut Dhatu, membaginya menjadi dua bagian kemudian menguncirnya ke atas.

"Papa, ini nggak sama." Dhatu memegang kunciran yang dibuat oleh Papanya.

"Nggak sama gimana?"

"Ini kunciran dedek yang satu tinggi yang satu enggak." Dhatu menunjukkan kuncirannya yang memang tinggi sebelah.

Saat Kai lihat pun memang tinggi sebelah, ia lalu memperbaiki kunciran Dhatu agar posisinya sama.

"Udah nih, udah sama tingginya." Kata Kai setelah selesai menguncir rambut Dhatu.

Dhatu kembali melihat kaca untuk melihat hasil rambutnya, ia lalu berbalik pada Papanya.

"Pa, ini nggak sama. Ini di depan ini di belakang." Dhatu menunjukkan lagi posisi kuncirannya yang nggak sama.

"Aduh dek, susah banget."

"Papa nggak bisa ya? Ya udah kuncir satu aja deh." Dhatu sedikit mengerucutkan bibirnya karena nggak bisa dikuncir dua.

Kai akhirnya melepasan ikatan rambut Dhatu dan mengikatnya menjadi satu bagian.

"Aaaaaak, sakit Pa." Dhatu menahan tangan Kai yang terlalu keras menguncirnya.

"Maaf maaf dek." Kai melonggarkan ikat rambut Dhatu dan merapikan rambutnya. "Udah nih, gini aja ya. Udah cantik anak Papa."

"Ya udah deh." Kata Dhatu pasrah karena Papanya nggak bisa menguncir rambut sesuai keinginannya.

*

"Papa, susu Ujin manis banget." Kata Jendra sambil mengerjap-ngerjapkan matanya, merasakan susu buatan Papanya yang terlalu manis.

"Papa tambahin air lagi ya?" Kai menuangkan air panas lagi ke dalam gelas Jendra.

Kai menghela napasnya berat saat akhirnya mereka semua selesai sarapan. Setelahnya ia mengantarkan Srestha, Dhatu dan juga Jendra menuju ke sekolahnya masing-masing.

Tugas pagi ini udah beres.

Krystal is calling

Kai tersenyum sambil menggeser layar untuk menjawab telepon istrinya.

"Halo Pa?"

"Iya Ma?"

"Gimana pagi ini aman?" Tanya Krystal dari seberang.

"Aman kok." Kai hanya mengangguk-angguk ringan. Padahal ya nggak aman-aman banget.

"Ya udah kalau gitu, ini aku mau ke RS."

"Iya, ati-ati ya Ma."

Kai menutup telepon dan menghela napasnya berat, baru sepagi ini tapi rasanya energinya udah terkuras. Padahal di rumah, piring bekas makan dan memasak tadi pagi belum ia bereskan.

Berat.

***

"Papa, besok dedek sama Ujin ada bazaar makanan." Saat Kai pulang dari kampus, Dhatu dan Jendra mendatanginya mengatakan bahwa besok akan ada bazaar makanan.

"Kok dadakan dek, bilangnya?"

"Enggak, kan dedek udah bilang sama Mama. Kayaknya Mama lupa."

"Aduh, terus dedek sama dek Ujin mau bikin apa?" Kai menyuruh dua anaknya untuk duduk dan membahas apa yang akan mereka jual untuk bazaar besok.

"Apa ya Pa? Dedek dulu udah pernah bikin puding." Dhatu memberi tau papanya kalau dulu dia pernah jualan puding di bazaar sekolahnya.

Kai sendiri nggak yakin ia akan bisa membuat puding yang layak untuk dijual. Ia sedikit berpikir makanan apa yang sekiranya bisa ia buat.

"Dek, beli aja gimana?" Usul Kai akhirnya setelah nggak ketemu mau jualan apa.

"Nggak boleh Pa, harus bikin sendiri." Jendra menggeleng karena kata bu gurunya harus buatan mereka.

"Telepon Mama aja, Pa." Usul Dhatu karena ia juga nggak dapet ide apapun.

"Ya udah." Kai juga pasrah, ia mengambil hapenya kemudian menelepon Krystal. Meminta pendapat apa sekiranya makanan yang bisa dengan gampang ia buat untuk bazaar Dhatu dan Jendra.

"Halo, Pa. Kenapa?"

"Ini anak-anak katanya besok bazaar."

"Ya Allah aku lupa Pa. Terus gimana?" Krystal bertanya dengan panik karena ia benar-benar lupa.

"Nggak tau, ini mau nanya kamu. Yang gampang dibuat apa ya? Yang kayaknya aku bisa gitu dalam sekali coba."

"Nggg, apa ya?"

"Jangan yang susah-susah Ma. Udah tinggal berapa jam aja nih. Kalo gagal susah lagi kan."

"Es pisang cokelat?"

"Itu nggak susah?"

"Cuma pisang dibekuin sama cokelat aja. Kamu tinggal panasin cokelat. Nggak harus masak ribet."

"Ya udah kamu kirimin ya resepnya. Nanti aku bikin sama anak-anak."

Setelah mendapat resep dari Krystal, Kai mengajak anak-anaknya untuk berbelanja dan membuat es pisang cokelat sesuai dengan saran Krystal.

Ya memang tidak terlalu sulit sih, cuma memanaskan cokelat aja. Selain itu tinggal diemin aja di kulkas. Cuma ya buat Kai yang nggak terbiasa bikin ginian agak kerepotan juga.

"Akhirnyaaaaa selesai juga." Kai memasukkan es pisang cokelat buatannya ke dalam kulkas, tinggal menunggu sampai besok dan siap dibawa oleh Dhatu dan Jendra.

"Horeee!!" Jendra berteriak senang karena ini adalah bazaar pertamanya dan ia dibantu Papa mempersiapkan makanan untuk ia jual.

"Makan malamnya kita go food aja ya?" Kai menawari ketiga anaknya, ia sudah terlalu lelah jika harus memasak lagi. Lebih baik go food aja biar cepet.

Anak-anak juga mengangguk senang, dari pada mereka makan ayam gosong lagi seperti tadi pagi.

"Pa, Mama kapan pulangnya sih?" Jendra bertanya saat mereka selesai makan dan duduk bersama di ruang tengah.

"Kenapa dek, kamu kangen Mama?"

"Iya."

"Kan Mama baru sehari pergi?" Kai mengingatkan Jendra bahwa Krystal baru berangkat kemarin.

"Iya tapi kayaknya lama banget deh Mama perginya." Srestha menyambung perkataan Jendra.

"Besok Mama pulang kok, Papa juga kangen banget sama Mama."

***

Esok paginya, karena kecapean kemarin Kai malah bangun kesiangan sehingga nggak bisa memasakkan makanan untuk anaknya.

Ia lalu membeli nasi uduk di dekat rumah untuk sarapan.

Simple.

Ia juga baru menyelesaikan cucian piring makan mereka karena kemarin ia udah nggak ada tenaga lagi. Belum tugas lain yang belum ia sentuh.

Makanya ia pulang lebih cepat karena harus membereskan pekerjaan rumah sebelum Krystal pulang.

Ia mencuci baju yang sempat diwarnai drama, ia salah memasukkan detergen ke tempat pewangi karena kurang teliti.

Setelah semua pekerjaan rumah akhirnya selesai ia dan ketiga anaknya duduk santai di ruang tengah. Menunggu Mama pulang.

"Assalamualaikum, Mama pulang." Suara Krystal terdengar dari luar dan membuat anak-anak dan juga Papa yang sedang duduk-duduk di ruang tengah langsung menoleh.

"MAMAAAAAA."

Bukan cuma anak-anak saja yang berteriak melihat Krystal pulang, tapi Kai juga ikut berteriak.

Jendra, Dhatu sama Srestha malah berlari menyambut kedatangan Mamanya, mereka berdua memeluk Mamanya bergantian.

"Aduh, aduh. Kangen banget ya sama Mama?"

"Kangen banget, Ma."

"Baru juga sebentar aja." Krystal mencium pipi Srestha, Dhatu dan Jendra bergantian.

"Iya, tapi Ta kangen banget."

"Papa juga kangen banget Ma." Papa Kai ikut merentangkan tangannya untuk memeluk Mama.

"Pada kenapa sih ini?" Mama Krystal bingung tapi tetap membalas pelukan Kai.

"Berat, Ma." Komentar Srestha sok tua.

"Berat kenapa kak?"

"Ah pokoknya berat kalau nggak ada Mama."

“Sini-sini Mama duduk dulu.” Papa Kai melepaskan pelukannya dan menyuruh Mama untuk duduk.

"Gimana di rumah?" Tanya Krystal saat ia sudah duduk dikelilingi Kai dan ketiga anaknya.

“Ma, masa ya Papa goreng ayam minyaknya meletup-meletup.” Kata Dhatu memulai laporannya pada Mama Krystal. “Lucu deh Ma, Papa sampe berjingkat-jingkat gitu.”

“Iya, sampe Ta bilang Papa pake helm aja biar nggak kena minyaknya.” Srestha ikut menambahkan sambil terkekeh.

"Tapi ayamnya gosong." Jendra menambahkan membuat kedua kakaknya mengangguk sambil tertawa.

“Hush, kalian ini jangan bilang-bilang dong.” Papa Kai menaruh telunjuknya di tangan menyuruh kedua anaknya diam.

“hahaha Papa gitu ya?” Krystal tertawa membayangkan Kai yang berjingkat-jingkat menghindari minyak panas.

“Iya Ma, terus ujung-ujungnya Papa nggak masak lagi malah pesen gofood.”

“Terus Ma, masa Dhatu dikuncir dua tapi miring sih?” Dhatu kembali melapor pada Mamanya membuat Krystal tertawa sambil menoleh pada Kai.

“Lagian kamu dek, masa minta dikuncir sama Papa? Kan Papa nggak biasa kuncir dedek.”

“Papa bikinin susu buat Ujin juga kemanisan, Ma.” Si bungsu juga ikut melapor tindakan Kai.

“Ini kalian semua kok menjelekkan Papa gini ya?” Kai pura-pura memasang wajah marah pada ketiga anaknya.

“Hehehe, abis Papa sih gitu.”

“Jangan gitu dong kalian sama Papa, kan Papa udah berusaha buat membantu kalian. Masa kalian malah nggak terima udah dibantu kayak gitu?” Mama menegur ketiga anaknya.

Suaminya itu sudah berusaha keras menjaga anak-anak mereka. Walaupun memang lucu kalau dibayangkan.

“Hehe iya Ma. Maaf ya Pa, walaupun gitu kita semua sayang banget kok sama Papa.” Kata Srestha disambut anggukan kedua adiknya.

Kai hanya tersenyum sambil mengelus kepala Jendra. "Dek, hasil makanan buatan dedek mana? Tunjukin ke Mama gih."

Dhatu dan Jendra teringat kemudian menuju kulkas untuk mengambil es pisang cokelat buatannya.

"Ujin bikin ini loh Ma, dibantu sama Papa." Jendra memberikan es pisang cokelat buatannya yang sengaja ia sisihkan untuk Mama.

"Coba sini kaka Ta yang cobain." Srestha mendekati kotak yang dibawa Jendra tapi langsung dijauhkan oleh Jendra.

"Ini buat Mama. Kaka Ta kan udah makan." Larang Jendra saat melihat kakaknya akan memakan es buatannya.

"Enak sih, kaka pengen lagi." Srestha tertawa meringis.

"Kita makan sama-sama aja, gimana dek?" Usul Mama yang dijawab anggukan oleh Jendra.

"Wah, Jendra hebat ya bisa bikin es gini?" Krystal memuji es buatan Jendra tersebut.

Jendra lalu bercerita bahwa teman-temannya banyak yang membeli jualannya.

Ia senang sekali.

***

“Kamu tuh hebat banget ya bisa ngerjain kerjaan rumah yang segitu banyaknya, tanpa ngeluh lagi.” Kai geleng-geleng kepala membayangkan pekerjaan Krystal setiap harinya.

Ia tau itu berat, tapi setelah mengalaminya sendiri. Ternyata sangat berat.

“Kamu juga hebat kok.” Krystal tersenyum sambil berbaring di sebelah Kai.

“Tapi rasanya tiap abis ngerjain apa gitu aku langsung pengen ngeluh aja karena nggak selesai-selesai. Padahal kemarin baru sebagian aja yang aku kerjain." Kai tertawa mengingat kegiatannya mengurus rumah kemarin.

"Kan kamu nggak biasa makanya kerasa berat banget."

“Aku kebayang gimana repotnya kamu tiap pagi, Srestha yang suka ribet karena kehilangan barang, Dhatu yang minta dikuncir, Jendra yang masih kecil, ditambah aku juga yang kadang bikin repot. Bener-bener Super Mom.” Kai mengacungkan jempolnya di depan Krystal.

Tulus memuji istrinya.

“Apasih kamu kok gini aku jadi geer nih?” Krystal mendorong bahu Kai pelan.

“Serius, aku semakin menyadari tugas kamu tuh berat banget Ma. Kamu pasti capek ya?"

“Ya capek tapi aku seneng kok ngerawat kamu sama anak-anak. Capeknya tuh ilang ngeliat kalian seneng.” Krystal tersenyum tulus sambil menatap Kai.

Secapek apapun ia mengurus ketiga anaknya dan juga Kai, tapi karena ia melakukannya dengan tulus dan menyayangi mereka semua rasa capek itu terbayarkan dengan senyuman suami dan ketiga anaknya.

“Ululu sayang banget deh sama Mama Zibel.” Kai mengunyel Krystal ke pelukannya dan menciumi kepalanya gemas, membuat Krystal menggelengkan kepalanya karena badannya diunyel-unyel sama Kai.

"Papa ih, kayak abege aja."

***

Continue Reading

You'll Also Like

723K 19K 58
Altan Ferhan, direktur perusahaan ritel yang dipaksa berjodoh dengan gadis pelayan cafe karena penjanjian orang tuanya di masa lalu. Penyakit sang Pa...
383K 2.7K 12
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
STRANGER By yanjah

General Fiction

243K 27.7K 34
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...
576K 21.3K 31
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...