My Boyfriend Is Duda (END)

By __hinswaa

174K 6.8K 90

Seorang gadis berusia 22 tahun tengah mencoba menaklukan hati Pria yang ternyata berstatus seorang duda. Pert... More

Prolog
Bab 1 - Marisalena
Bab 2 - Arkana Kusuma
Bab 3 - Wanita Aneh
Bab 4 - Helm Siapa
Bab 5 - Menikah
Bab 6 - Kamu
Bab 7 - Panas
Bab 8 - Nyaman
Bab 9 - Hari Pertama Magang
Bab 10 - Baru Tahu
Bab 11 - Omdud
Bab 12 - Pesta
Bab 13 - Psyco
Bab 14 - Pria baik
Bab 15 - Permintaan Maaf
Bab 17 - Melukis
Bab 18 - Helm Pink
Bab 19 - Alay
Bab 20 - Pernyataan
Bab 21 - Tentang Andin
Bab 22 - Maafkan Aku
Bab 23 - Yang Terlupakan
Bab 24 - Mencoba mengerti
Bab 25 - Kamu Membuat Luka
Bab 26 - Hujan Menyatukan
Bab 27 - Kenyataan Menyakitkan
Bab 28 - Kissing
Bab 29 - Kecanggungan
Bab 30 - Cemburu
Bab 31 - Kepergian
Bab 32 - A Fact
Bab 33 - Akhir Dari Masalah
Bab 34 - End Part
NEW STORY

Bab 16 - Bangun Jarak

3.7K 194 1
By __hinswaa

Arka rasa dirinya sudah seperti remaja labil yang tengah di landa asmara, tengah di landa api kecemburuan. Semenjak melihat dengan jelas Alena bertemu kembali dengan pria brengsek yang diketahui namanya Bara itu perlahan ia mulai membangun jarak dengan Alena.

Entahlah Arka sendiri bingung dengan Alena yang semudah itu mau memaafkan seorang psyco seperti Bara, rasanya ingin sekali Arka memaki-maki pria itu, menghajarnya berkali-kali karena dia telah berani memeluk wanita yang disukainya.

"Ah! Sialan."

Di lagi tambah dengan ucapan Rendy yang semakin membuat hati kecilnya bimbang, apa benar wanita itu terlihat baik dengannya hanya karena ia telah membantu Alena magang di perusahaan keluarganya.

"Bodoh! seharusnya kau tau dia baik hanya membalas budi jasamu saja Arka, kenapa kau tidak peka dengan semua ini. Ck! Kau terlalu mudah memberikan hati Arka." ujarnya pada dirinya sendiri.

Sejujurnya Arka tidak tega melihat wanita itu di himpit dengan permasalahan kantor, tidak ada satupun yang membantunya bahkan dirinya sendiri sudah tidak ingin lagi dekat dengannya.

Arka masih ingat jelas saat di kantor, bagaimana mata Alena yang lentik itu mulai berkaca-kaca saat semua orang menyalahkannya. Retina matanya yang menatap Arka dari kejauhan seperti mengisyaratkan bahwa dirinya benar-benar membutuhkan bantuannya. Tapi persetan dengan semua itu Arka tetap bersikukuh memalingkan wajahnya dari tatapan Alena, ia masih ingat jelas dimana wanita itu mau saja di peluk oleh Bara.

Arka beranjak dari tempat duduknya, menaiki anak tangga satu persatu sampailah ia di kamarnya. Melepaskan dasi yang terikat di kerah kemeja silver yang ia kenakan, melemparkannya sembarangan. Pantatnya mendarat mulus di kasur berukuran king size, retinanya menatap nanar bingkai yang terdapat foto almarhumah istrinya. Namun seketika tatapannya terhenti di sebuah meja kecil yang terdapat helm pink yang mulai mengingatkannya tentang kejadian beberapa bulan silam tentang wanita itu lagi.

"Ah! lupakan dia Arka, dia bukan siapa-siapa mu ingat itu, dia hanya membalas kebaikan mu saja ingat itu," pikirannya mulai kalut kembali rasanya sesak sekali menahan gemuruh di dada yang semakin meletup.

***

Tempat ini sangat ramai, banyak pengunjung berlalu lalang. Bahkan sesekali teman-teman kuliahnya bercanda dan tertawa sangat keras tapi tidak dengan pikiran Alena yang masih melayang melambung tinggi entah kemana, rasanya Alena sudah seperti orang gila bagaimana tidak seperti orang gila pria tua itu membangun jarak dengannya. Apa yang membuatnya membangun jarak dengannya.

Apalagi dengan kejadian ketika Arka lebih memilih mengantar pulang Lisa partner kerjanya di bandingkan Alena.

"Maaf Al aku harus mengantar pulang Lisa, kamu bisa kan pulang sendiri?" kalimat itu seperti sebuah penolakan bagi Alena, sakit rasanya. Aku menghampirinya, tapi dia justru lebih memilih dengan wanita lain.

Alena akui Lisa jauh lebih terlihat dewasa di bandingkan dengannya.

Alena sendiri bingung mendefinisikan perasaannya saat ini. ia merasa semenjak kejadian bertemu dengan Bara semuanya bermula karena terakhir kali sore itu, Alena bertemu dengan Bara yang merengek-rengek meminta maaf dan dalam pikirannya.

Apa salahnya memberi kesempatan untuk seseorang berubah menjadi baik.

Sore itu juga di dalan taksi tidak ada pembicaraan yang lebih diantara mereka, Bara hanya mengantarkannya pulang saja tapi keesokan harinya saat di kantor pria itu bersikap aneh, ia rasa Arka benar-benar membangun jarak dengannya.

"Woy Al, lo kenapa sih dari tadi diam aja?"

Sial! Logan teman pria sekampus Alena berhasil membuyarkan semua lamunannya.

"Tahu nih kenapa sih lo Al? Mikirin apaan, kalau ada masalah cerita sama kita kali aja kita bisa bantu," kata Reksa.

"Iya nih udah 1 jam lo ngelamun dari tadi, obrolan kita enggak lo dengerin sama sekali mikirin apaan sih?" sambung Angel

Apa selama itu ia memikirkan pria tua itu.

"Gue enggak kenapa-napa kok cuman lagi capek aja, kalian kan tau sendiri gimana rasanya jadi mahasiswa magang," jawabnya asal.

"Iyasih gue juga ngerasain capeknya jadi mahasiswa magang capek banget saking capeknya gue pernah tidur seharian," kata Reksa jenaka.

"Anjir mayat hidup dong lo," tutur angel

"Jadi mahasiswa magang itu udah kayak pembantu yang disuruh ini itu dan kita nurut aja lagi." Logan bersuara.

Beruntung Alena memiliki teman sekampus yang sangat menyenangkan jika diajak nongkrong, jadi pikirannya tidak terlalu penat.

***

Sinar matahari mulai terbit menyinari setengah bola dunia, yang setengahnya malam masih pada tidur. Berbeda dengan ibu kota jakarta yang jalannya sudah penuh dengan kendaraan beroda empat dan sejenisnya. Ya, seperti kendaraan satu ini scoopy pink yang sedari tadi diam tak beranjak dari tempatnya sesekali sang pemilik mengumpat karena kemacetan yang berkepanjangan.

"Anjir! Bisa gosong gue di oven sama terik matahari. Ini juga apa enggak bisa ya macetnya di cancel dulu, bisa-bisa gue telat ke kantor." ujar Alena seraya celingukan.

Beberapa orang yang membawa kendaraan beroda dua yang melihat Alena mengoceh sendiri tidak karuan, mereka bergidik geli melihat perempuan secantik seperti Alena mempunyai sikap yang kurang waras.

Setengah jam kemudia jalanan mulai agak senggang tak menyia-nyiakan waktu Alena menancapkan gas motornya secepat mungkin, ia tidak perduli dengan tatapan dan ocehan orang-orang di sekitarnya yang ia mau hanyalah sampai di kantor dengan tepat waktu.

Sampainya di kantor ia mendapati suguhan pemandangan yang menyakitkan, ia melihat dengan jelas bagaimana perhatian seorang pria yang kini dengan santainya membukakan pintu mobil untuk seorang wanita.

"Makasih ya Pak Arka seharusnya Pak Arka enggak perlu repot-repot membukakan pintu segala untuk saya, saya merasa tidak..,"

"Saya tidak merasa di repotkan memang apa salahnya jika saya membukakan pintu untuk kamu? Sudah ayo kita masuk ke dalam, bukankah siang ini ada rapat penting, kamu harus siapkan berkas untuk rapat nanti bukan." ujarnya.

Lisa tersenyum menanggapinya dengan beroh-ria, sebelum akhirnya mereka masuk ke dalam kantor melewati wanita yang sedari tadi diam mematung di tempat, dan tidak ada satupun dari mereka yang saling menatap sekedar menyapa ataupun tersenyum untuknya.

Alena rasa pria itu sudah benar-benar berubah, Sejujurnya ia cemburu melihat Arka bersama Lisa sekarang dan bersikap acuh padanya.

***

Hari semakin siang pekerjaan mulai menyengat di pikiran para karyawan begitupun juga dengan Alena yang sesekali memijat pelipisnya yang mulai terserang rasa pusing.

"Kapan sih jam istirahat tiba, lama banget enggak kayak di sekolah-sekolah cepet istirahatnya." ucapnya seraya menumpuk kedua tangannya di meja.

Merasa namanya di panggil seketika ia langsung menatap seseorang yang ada di hadapannya, Alena pikir yang memanggilnya adalah Arka namun ternyata bukan tapi Ningsih rekan kerjanya yang memanggilnya.

"Ada apa?"
"Kamu di panggil sama Pak Rendy di tunggu di ruangannya,"
"Serius?"
"Iya,"
"Ada apa Pak Rendy tiba-tiba manggil aku, perasaan aku kok jadi enggak enak gini," ucapnya.
"Mana aku tahu Al udah mendingan ke sana dari pada kena omel lagi."

Secepat mungkin Alena menuju  ruangan CEO, namun sebelum ia benar-benar memasuki ruangan tersebut ia tak sengaja berpapasan dengan Arka, kedua mata mereka bertemu namun salah satu diantara keduanya secepat mungkin mengakhirinya siapa lagi kalau bukan Arka yang menghindari kontak mata dengannya.

Alena hanya bisa menarik nafas panjangnya yang mendapati respon Arka yang benar-benar membangun jarak dengannya.

Rendy yang mendapati Alena yang kini telah duduk di hadapannya, keduanya berjarak dekat hanya terhalang oleh meja yang membatasi.

"Ningsih bilang Pak Rendy memanggil saya?"

"Iya ada yang mau saya bicarakan sama kamu," Alena menanggapi dengan senyuman ramahnya.

"Kamu tahu semua orang sudah menduga bahwa kamu pelakunya," katanya.

"Saya berani sumpah kalau saya enggak ada sangkut pautnya dengan masalah ini Pak, saya enggak tau apa-apa," ujar Alena membela diri.

"Sumpah saja tidak cukup!"
"Lalu apa bedanya dengan Pak Rendy yang menuduh saya tanpa bukti?" ucap Alena memberanikan diri

"Semua bukti sudah tertuju kepadamu bahkan karyawan khusus yang membuat lebel produk saja dia yang bilang bahwa kamu yang menyuruhnya atas nama saya," ujar Rendy menatapnya tajam.

"Tapi saya..,"
"Jangan membantah! Sudah salah masih saja mengelak, sengarkan saya baik-baik masih untung saya tidak menjebloskan kamu ke penjara" ucapnya yang berhasil membuat Alena naik pitam mendengarnya.

"Besok kamu tidak perlu lagi magang disini bawa semua barang-barang mu itu," 
"Maksud Pak Rendy?"
"Maksud saya kamu di di berhentikan dalam program magang kamu, pergilah bitch dari perusahaan saya." Alena tak menyangka jika Rendy menekan kata terakhir itu untuknya.

"Saya tidak akan pernah menginjakan kaki saya di perusahaan yang di pimpin oleh pria yang tidak bisa berbicara kotor seperti anda,"

"Anda tidak bisa membedakan dengan siapa lawan bicara anda, dan satu hal yang anda ketahui saya bukanlah bitch seperti yang anda ucapkan,"

"Pantaslah di hidup anda sampai sekarang belum mempunyai pendamping. Menjaga ucapannya saja tidak bisa apalagi menjaga seorang wanita di kemudian hari!" ujar Alena dengan amarah, sebelum ia benar-benar meninggalkan ruangan itu, dan sedari tadi Rendy diam mematung mendengar penuturan Alena.

***

Rasanya sangatlah sakit melebihi sakitnya tertimbun besi berpuluhan, ia bersumpah tidak akan pernah menginjakan kakinya kembali di perusahaan laknat itu. Alena ikhlas bila ia harus mengulang kembali studinya.

Alam seakan mengerti dengan keadaan Alena, cuaca sore hari ini sangat mendung terlihat jelas langit yang semula berwana biru kini berubah menjadi hitam pekat, begitu jelas awan hitam tersebut menahan air di dalamnya tak tahan menahannya langit mulai menyemburkan semburan air hujan yang mulai membasahi permukaan bumi.

Begitupun juga dengan Alena yang kini tengah menangis di pinggiran trotoar seraya memeluk tubuhnya sendiri, ia benar-benar membenci situasi seperti ini, ia membenci Rendy yang mengatakannya bitch dan juga membenci Arka yang tidak menepati janjinya.

Bukankah Arka pernah berjanji bahwa dirinya akan selalu ada untuk Alena, tapi dimana pria itu sekarang, pria itu tidak ada di saat Alena benar-benar membutuhkan dirinya.

TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

879K 34.7K 29
(Dosgal alias Dosen Galak) "Pak" "Pak" "Pak satrya" "Mas Satrya Nugraha" "Iya kenapa sayang?" BANGKE-__
589K 35.4K 67
Cinta Azalea, gadis 18 tahun miskin yang butuh pekerjaan. Annisa Azahra, anak 6 tahun yang membutuhkan sosok Bunda. Muhammad Adrian, Duda 30 tahun ya...
738K 21.4K 73
SEQUEL OF MARRIED WITH OM-OM!! ⚠️ADA BEBERAPA PART YANG MENGANDUNG ADEGAN ORANG TUA⚠️ HATI-HATI BESTIE ‼️‼️ Cerita tentang kehidupan pernikahan Jonat...
97K 3.2K 30
"Yakin ingin kabur?" bisiknya yang spontan membuat bulu kuduk gadis di hadapannya merinding.wajah mereka yang hanya terpaut lima cm saja membuat gadi...