RAIGA (TAMAT)

By CliffJensen

19.2K 2.1K 2.9K

Raiga adalah seorang malaikat yang diturunkan dari Surga ke Bumi untuk melaksanakan tugasnya, yaitu membimbin... More

☆Chapter 1 : Raiga☆
☆Chapter 2 : Neraka☆
☆Chapter 3 : Cara Malaikat Terbang☆
☆Chapter 4 : Wanita Jelek☆
☆Chapter 5 : Penyusup☆
☆Chapter 6 : Tingkah Konyol Malaikat☆
☆Chapter 7 : Si Penggila Anjing☆
☆Chapter 8 : Malaikat Elit☆
☆Chapter 9 : Pelayan☆
☆Chapter 10 : Canda dan Tawa (SEASON 1 END)☆
☆[S2] Chapter 11 : Sosok Misterius☆
☆[S2] Chapter 12 : Kunjungan Rumah☆
☆[S2] Chapter 13 : Mewah dan Megah☆
☆[S2] Chapter 14 : Musuh Raiga☆
☆[S2] Chapter 15 : Malaikat Perang☆
☆[S2] Chapter 16 : Air Mata☆
☆[S2] Chapter 17 : Pertengkaran☆
☆[S2] Chapter 18 : Malaikat Elit Baru ☆
☆[S2] Chapter 19 : Legenda Malaikat Pendendam☆
☆[S2] Chapter 20 : Lenyap (SEASON 2 END)☆
☆[S3] Chapter 21 : Dunia Para Elf☆
☆[S3] Chapter 22 : Penindasan dan Sebuah Rencana☆
☆[S3] Chapter 24 : Malaikat yang Malang☆
☆[S3] Chapter 25 : Sesuatu yang Jatuh dari Langit☆
☆[S3] Chapter 26 : Jangan-Jangan Kau Jatuh Cinta Padaku?☆
☆[S3] Chapter 27 : Gadis Mungil yang Meledak☆
☆[S3] Chapter 28 : Raungan Malaikat☆
☆[S3] Chapter 29 : Sosok yang Baik Hati namun Sangat Kejam☆
☆[S3] Chapter 30 : Tiga Sosok yang Menghilang (SEASON 3 END)☆

☆[S3] Chapter 23 : Kemunculan Sosok yang Mengejutkan☆

112 15 26
By CliffJensen

"Di dunia Rebula ini, kehadiran Iblis seperti kalian, tidak diharapkan! Aku akan membunuh kalian berdua demi kedamaian dunia!" Hill berteriak kencang saat dirinya sudah menggenggam pedang miliknya yang terkapar di tanah bersalju.

Kemudian, lelaki elf itu berjalan secara pelan menghampiri Yuna dan Zapar yang sedang mendiskusikan sesuatu sambil berjongkok, Hill Yustard mengangkat pedangnya tinggi-tinggi sesaat dirinya telah sangat dekat dengan mereka.

Dan, SET!

Hill langsung mengayunkan pedang tersebut dengan kencang ke arah Yuna dan Zapar yang masih sedang berjongkok di hadapannya, dia tidak tahu apa yang mereka pikirkan saat ini, padahal lawannya sedang berada di dekat mereka bahkan sedang mengacungkan senjatanya, tapi mengapa dua iblis itu tidak bergerak untuk menghindar atau bertarung lagi dengannya? Begitulah yang dipikirkan Hill Yustard, namun,

CRAT!

Sebuah darah tiba-tiba menyembur sangat deras dari bawah tubuhnya, sampai dia kaget tak mengerti, ah, ternyata pedang yang dia ayunkan pada Yuna dan Zapar malah mengenai kaki kirinya, pedang itu telah menancap di betisnya setelah membuat sobekan lurus dari pangkal pahanya sampai ke bawah.

"AAARGHHH!!!" Tentu saja, rasa sakit dari serangan tersebut langsung menyambar ke area lukanya sampai dia menjerit dan meringis kesakitan.

Bruk!

Hill Yustard sampai jatuh terduduk di tanah bersalju dengan darah yang masih menyembur-nyembur dari kaki kirinya, membuat area yang didudukinya banjir oleh cairan kental berwarna merah yang keluar dari tubuhnya, warna putih dari gumpalan tanah bersalju jadi tergantikan dengan warna merah yang sangat mengerikan.

"Me-Mengapa... Padahal aku yakin, tebasan pedangku mengenai kalian! Karena kalian sedang berjongkok persis di depanku! Tapi, mengapa tebasannya malah mengenai kakiku!?"

Kini, Yuna dan Zapar sedang berdiri tidak jauh dari tempat Hill Yustard menjerit-jerit, mungkin hanya beberapa meter saja, tapi misteri mengapa mereka tidak terkena serangan lelaki elf itu masih belum terungkap. Sebenarnya, apa yang telah terjadi saat itu? Hill Yustard benar-benar jengkel.

"Zapar, apa tidak apa-apa jika kita membiarkan dia terus begitu? Aku tidak tega melihatnya...." bisik Yuna pada Zapar dengan hati yang gelisah.

"Biarkan saja, Yun! Dia pantas mendapatkannya!" Setelah mengucapkan itu pada Yuna, Zapar kembali memusatkan perhatiannya pada Hill Yustard, lalu melangkahkan kakinya untuk mendekati si lelaki elf tersebut yang kini sedang bersimpuh lemah di permukaan salju yang menyatu dengan darahnya sendiri. "Hey kau!" Zapar langsung melemparkan sebuah bentakan pada Hill, membuat lelaki elf itu menatapnya dengan tajam.

"Kau mau membunuhku, kan?!" tebak Hill Yustard dengan suara yang tidak kalah kencang pada Zapar. "Jika itu benar, maka bunuh saja aku! Tapi kau akan terkena masalah besar! Kau akan punya banyak musuh jika membunuhku! Jadi, cepatlah! Ayo!Bunuh ak--"

"DIAM!!" Ocehan Hill langsung terpotong oleh teriakan Zapar bahkan sampai membuat segerombolan burung beterbangan dari pepohonan yang dihinggapinya, suara bocah itu menggema, memecahkan suasana sunyi dari hutan bersalju ini hingga Yuna juga tersentak mendengarnya. "Dengarkan aku! Brengsek! Jika kau ingin mati, aku bisa dengan mudah membunuhmu saat ini juga! Tapi, aku tidak sebusuk itu!"

"Kau sudah busuk dari lahir! Karena kau itu--"

"KUBILANG DIAM!" Zapar kembali membentak Hill karena lelaki itu tidak mau mendengarkan ucapannya sampai akhir. "Mungkin tadi kau bertanya-tanya, mengapa serangan dari pedangmu tidak mengenai kami, kan? Aku akan menjelaskannya padamu! Itu karena kami, menggunakan kekuatan malaikat! Kami bisa melindungi diri kami dari segala serangan dalam lima detik, saat kami menggunakannya, tubuh kami akan langsung menghilang dalam sekejap saat sebuah serangan datang, dan setelah itu, kening kami, para malaikat, akan membentuk sebuah pola bulan sabit yang bersinar, itulah yang Yuna bilang padaku!"

Rupanya apa yang dijelaskan oleh Zapar bukan omong kosong, Hill bisa melihatnya dengan sangat jelas bahwa saat ini, di dahi Yuna dan Zapar, terdapat sebuah bentuk bulan sabit yang bercahaya, sayap merah milik lelaki kasar itu pun ikut bersinar, dan secara perlahan, gadis berambut biru juga menunjukkan wujud dari kedua sayapnya yang berwarna putih terang.

Hill Yustard terkejut.

"Mu-Mustahil...," kedua mata Hill membelalak, keringatnya bercucuran, bahkan ia sampai melupakan rasa sakit pada kaki kirinya yang saat ini sedang terluka, karena sangat takjub melihat pemandangan indah dari dua makhluk yang ada di hadapannya ini. "Ak-Aku... Apa yang telah kulakukan selama ini!" Hill merasa terpukul, mengingat dia telah dengan keras kepala menganggap dua makhluk suci di depannya sebagai iblis kotor, tidak bisa dimaafkan, perbuatannya benar benar tidak bisa dimaafkan, begitulah isi pikiran yang ada di kepalanya sekarang.

"Zapar! Aku sudah tidak tahan lagi! Izinkan aku untuk menyembuhkan luka-lukanya!" Yuna menjerit dari belakang, membuat Zapar menoleh padanya, dan lelaki itu pun menjawab disertai dengan senyuman lebar,

"Tentu! Sembuhkanlah dia! Kawan!"

Menanggapi jawaban dari Zapar, Yuna tersenyum bahagia dan segera lari mendatangi Hill Yustard yang kini sedang terbaring di permukaan salju, yang juga sedang menahan rasa sakit di kaki kirinya dan hati kecilnya.

"Kenapa kau kemari..., jangan dekati aku, aku telah menyakiti kalian! Aku... Aku tidak pantas untuk menerima pertolonganmu! Kumohon! Biarkan aku mati! Zelila Yuna Birikawa!"

PLAK!

Seketika, tangan Yuna menampar pipi kanan Hill Yustard sampai kepala lelaki elf itu terhuyung ke samping, membuat mulutnya terdiam seribu kata dengan wajah frustasi.

"Bisakah kau diam sebentar! Aku tidak bisa fokus!" pekik Yuna dengan muka memerah saking kesalnya. Lalu, Yuna mengeluarkan sebuah sinar terang dari kelima jari tangan kanannya, kemudian, dengan hati-hati, dia sentuh luka sobekan yang ada di paha sampai betis kaki kiri Hill Yustard menggunakan jemari tangan kanannya yang bercahaya.

Mengusap-usapnya dengan lembut, Yuna melakukannya berulang kali. Sesekali Hill Yustard menunjukkan ekspresi perih saat Yuna menyentuh area paling sensitif di kaki kirinya, tapi dia berusaha menahan suara nyerinya yang ingin keluar agar tidak mengganggu kefokusan gadis berambut biru itu yang sedang berusaha menyembuhkan lukanya.

Menyaksikan hal itu, Zapar hanya menghembuskan napas lega, dia masih berdiri tegak di posisinya, dengan tubuh yang agak menggigil karena hawa dingin dari hutan bersalju. Saat Yuna memberitahukan padanya perihal rencananya, Zapar awalnya terkejut tak percaya, karena dia tidak pernah tahu kalau malaikat punya kekuatan yang dapat menghindari berbagai serangan dalam lima detik, sungguh, itu benar-benar keren, tapi, sebagai gantinya, energimu akan terkuras sedikit, membuat penggunanya akan merasa kelelahan setelah mengaktifkan kekuatan tersebut.

Namun, itu tidak buruk dari pada harus tewas diserang oleh lelaki bertelinga runcing itu di dunia yang bahkan tak dikenali mereka. Lagipula, tujuan Yuna dan Zapar masuk ke dalam lubang para pendosa bukan semata-mata ingin menghabiskan waktu di dunia ini, tapi adalah untuk menemukan dan menyelamatkan sahabat mereka, Kuruga Raiga Bolton, yang katanya dijatuhkan hukuman untuk menjatuhkan diri ke lubang para pendosa. Tapi, Yuna dan Zapar sesungguhnya tidak begitu yakin, karena dia belum tahu pasti apakah kegelisahan hati mereka benar bahwa Raiga dijatuhi hukuman itu, tapi menurut mereka, perasaan gundah yang terjadi di hati mereka bukan suatu kebohongan.

Karena ikatan seorang sahabat, tidak akan pernah salah, walau nyawa taruhannya.

***

Sementara itu, di dunia iblis.

"Membunuhku?" ulang Raiga dengan santai. "Coba saja kalau bisa."

Mendengar ejekan dari anak muda yang baru ditemuinya itu, membuat lelaki berkulit merah dan bertanduk kambing itu geram, dia tidak habis pikir kalau anak-anak muda zaman sekarang tidak punya rasa takut pada pria dewasa sepertinya, maka dari itu, dia harus memberikan bimbingan keras pada anak muda di depannya ini agar dia bisa lebih menghormati orang tua.

BUAG!

Lelaki berkulit merah itu, karena saking  gemasnya, dia pun secara reflek menghajar wajah Raiga yang kini sedang dicengkramnya, hingga bocah itu terpelanting jauh ke depan dari posisinya, menabrak beberapa orang yang sedang lewat, sampai anak muda itu berakhir terjengkang di tengah-tengah jalan raya, membuat segala kendaraan menghentikkan lajunya, dan semua orang menjerit kaget, memusatkan perhatiannya pada bocah lelaki yang terlempar ke jalanan dengan wajah membiru.

"Eh? Lihat-lihat!"

"Anak itu terlempar ke tengah jalan raya!"

"Ya! Ya! Aku juga melihatnya!"

"Mengapa itu bisa terjadi!?"

"Entahlah! Tapi kurasa ada seseorang yang menendangnya, mungkin?"

"Benarkah? Sadis sekali!"

"Hey! Aku tahu! Paman itu yang barusan menghajar anak itu sampai ke tengah jalan raya!"

"Eh? Kejamnya!"

"Aku pun melihatnya tadi!"

"Mengerikan!"

Semua orang yang menyaksikan kejadian itu saling melontarkan reaksinya masing-masing, mereka tercengang dengan hal itu, tidak biasanya ada perkelahian di tengah kota seperti ini, apalagi sampai ada yang terlempar ke tengah jalan raya, itu benar-benar menghebohkan. Beberapa kendaraan menghentikkan lajunya karena ada seorang bocah yang tergeletak di tengah jalan raya, menyebabkan situasi jalan menjadi kemacetan yang cukup panjang. Ratusan orang ada yang berkerubung ke tempat Raiga terkapar, segerombolan orang juga ada yang mengelilingi si pelaku, paman berkulit merah.

Suara berisik dari kehisterisan orang-orang yang mengerubunginya membuat Raiga tidak nyaman, padahal hajaran tadi tidak seberapa, dia juga tidak merasakan rasa sakit yang begitu parah, hanya wajahnya saja yang membiru, tapi mengapa orang-orang bersikap heboh seperti itu? Itulah yang sedang Raiga renungkan.

Tentu saja, jawaban dari renungan Raiga sangat jelas, itu karena dia malah membiarkan paman berkulit merah itu menghajarnya sampai terpelanting ke tengah jalan raya, mungkin jika dia berada di tempat sepi, itu tidak akan mengundang perhatian orang lain, tapi karena saat ini, posisinya sedang berada di pusat kota yang sangat ramai, tidak aneh jika suasana menjadi gempar. Lagi pula, sesuatu yang mengganggu kenyamanan kota, walaupun itu hanya sedikit, pasti akan menyebabkan keributan.

Karena tidak tahan mendengar keriuhan orang-orang di sekelilingnya, Raiga membangkitkan diri dan menatap satu persatu ratusan pasang mata yang memandanginya.

"Jangan khawatir," ucap Raiga dengan suara yang begitu pelan. "Aku baik-baik saja." Dan setelah itu, dia langsung mengaktifkan kedua sayap birunya dan melompat terbang, meninggalkan ratusan orang yang semakin heboh melihat dirinya pergi seperti burung.

"Dia terbang! Dia terbang!"

"Astaga!"

"Dia punya sayap! Ini gila!"

"Benar-benar mengerikan!"

***

"Huhh," Raiga menarik napasnya dan menghembuskannya dengan panjang, dia sekarang sedang berada di atap gedung tua yang menjadi tempat pendaratannya yang pertama kali di kota ini. "Menyusahkan, sudah punya penampilan yang aneh, mereka semua juga berisik, penduduk kota ini mirip sekali seperti monster. Mereka punya tanduk di kepalanya, dan kulit mereka pun warna-warni, benar-benar membuatku mual."

Pemuda berambut perak itu meletakkan pantatnya ke permukaan atap, bersimpuh santai dengan menyilangkan kakinya, matanya mengamati gedung-gedung pencakar langit yang berdiri jauh di depannya.

"Tapi, dari penampilan mereka... Ah,  tidak salah lagi, aku benci mengatakannya tapi sepertinya aku terbuang ke dunia para iblis setelah masuk ke dalam lubang para pendosa." kata Raiga dengan nada yang malas. "Tapi terserah, aku tidak peduli, walaupun aku lebih baik mati daripada hidup di tempat seperti ini, apa boleh buat?"

TAP! TAP! TAP!

Sebuah langkah kaki orang yang sedang berlari terdengar semakin mendekat, sepertinya dari belakang, Raiga segera menoleh dan dia terheran-heran saat melihat ada sesosok gadis berambut putih panjang yang tiba di hadapannya dengan memasang wajah kesal padanya.

"Hm?" Raiga acuh tak acuh pada gadis asing yang tiba-tiba muncul di hadapannya itu. "Maaf, aku tidak punya waktu untuk berurusan dengan gadis jelek sepertimu."

Gadis berambut putih panjang itu tidak merespon ucapan sarkas dari Raiga, dia malah melangkah dan menerjang ke tubuh lelaki itu, lalu memeluknya dengan pelukan yang sangat erat.

"Akhirnya... Aku menemukanmu! Tuan Raiga!"

"Hah?" Raiga tercengang saat badannya tiba-tiba dipeluk oleh gadis itu bahkan sampai menangis di pundaknya segala. "Mengapa kau--"

"Kumohon jangan lepaskan pelukan ini! Tuan!" pinta gadis itu dengan menjerit dan semakin mengencangkan lengannya yang melingkar di badan Raiga. "Biarkan aku, untuk kali ini saja, meluapkan kerinduanku padamu, Tuan!"

"Tuan?" Raiga semakin bingung dengan keadaan yang terjadi saat ini, mendadak ada gadis yang mendatanginya dan menyebut malaikat pemalas itu sebagai tuannya, karena otaknya tidak mengerti pada peristiwa aneh ini, sampai dia tak sadar kalau langit sudah berubah menjadi jingga.

Matahari akan terbenam sebentar lagi.

BERSAMBUNG...

Continue Reading

You'll Also Like

7.3M 377K 46
Daisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang ka...
3.6M 354K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
1.1M 104K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
13.4M 1.1M 81
♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...