☆[S3] Chapter 26 : Jangan-Jangan Kau Jatuh Cinta Padaku?☆

143 18 128
                                    

"Jangan dipikirkan!"

"Kau sudah melakukan hal yang baik, kok!"

"Aku tidak akan membencimu, kok!"

"Jangan khawatir, tindakanmu keren, kok!"

"Jadi, jangan merasa bersalah lagi, ya, Melios!"

Setiap hari, teman-teman sekelas Melios selalu mengatakan hal-hal seperti itu padanya, untuk menyemangatinya agar tidak berwajah murung lagi, karena dia selalu merasa bersalah atas lenyapnya Raiga dari Surga. Mesikpun begitu, Melios tetap tidak bisa menjalani hari-harinya dengan normal kembali, karena beban berat terasa sedang bertengger di pundaknya. Bahkan, walaupun sebagian besar penduduk sekolah memandangnya sebagai seorang pahlawan karena telah menemukan dan melenyapkan Sang Malaikat Pendendam dari Surga, tapi tetap saja, ada beberapa murid dan guru yang membencinya.

Dan kejadian kemarin--yang dirinya dihajar habis-habisan oleh geng Rey--menjadi sebuah bukti, bahwa tidak semua orang senang padanya, ada orang-orang yang malah memandangnya sebagai  malaikat menjengkelkan.

Dan itu membuatnya tertekan.

Entah mengapa, akhir-akhir ini, namanya jadi terkenal di seluruh Surga, bahkan beberapa malaikat elit pun sampai mengenalinya, karena bagi mereka, Melios adalah sosok pahlawan penyelamat Surga. Tapi sebaliknya, bagi dirinya sendiri, dia adalah sosok malaikat pengecut, payah, dan bodoh. Sebagian dari dirinya pun, membenci tindakannya saat melaporkan Raiga pada malaikat elit, dan sebagian lagi, merasa bahagia karena salah satu musuhnya telah menghilang.

Setelah merasakan dua hal yang berbeda secara bersamaan di jiwanya, Melios jadi heran, mengapa dia terlahir sebagai seorang malaikat? Padahal di dalam hatinya, selalu dipenuhi dengan keegoisan, iri hati, kebencian, dan ketakutan. Jika bukan pengecut, julukan apa yang pantas disandang olehnya?

"Ah, maaf," Seorang lelaki tiba-tiba menubruk pundaknya di lorong menuju perpustakaan saat Melios sedang membawa setumpuk buku di tangannya, membuat buku-buku tersebut berjatuhan. "Ah, kau kan, Melios Si Pahlawan!" Ketika lelaki itu menatap muka Melios, ia terkejut. Lelaki berambut cokelat itu pun tergesa-gesa membungkukkan badannya untuk memunguti buku-buku yang berjatuhan itu dan mengangkutnya sendirian.

"Terima kasih," ucap Melios dengan menghadapkan wajahnya ke bawah, menundukkan kepala, tidak ingin menatap wajah orang yang barusan memunguti buku-buku tersebut, tapi saat kedua tangannya akan meraih buku-buku yang dipegang lelaki berambut cokelat itu untuk dibawa kembali, orang itu dengan sengaja tidak memberikannya. "Tolong, kembalikan buku-buku itu, aku harus menyimpannya di perpustakaan."

"Oh! Tenang saja, biar aku saja yang membawanya! Yah, sembari membalas jasamu karena telah menyelamatkan Surga dari--"

"Kumohon! Kembalikan buku-buku itu!" Tidak ingin mendengar ucapan lelaki itu lebih jauh, Melios spontan berseru dengan kesal, kepalanya masih ditundukkan, tidak mau berkontak mata dengan orang tersebut.

Kaget karena dibentak oleh Melios, lelaki berambut cokelat itu terheran-heran dan segera bertanya, "Ada apa? Sepertinya suasana hatimu sedang tidak baik? Apakah ada suatu masalah? Jelaskan saja padaku! Aku akan membantumu!"

Merasa seruannya tidak didengar, Melios pun dengan terpaksa mengangkat wajahnya untuk menatap muka orang tersebut lalu menjawab pertanyaan itu dengan memasang tampang jengkel dan disertai nada yang tinggi. "Maaf dan terima kasih! Dan juga! Kau tidak perlu khawatir! Karena itu! Bukan urusanmu!" Lalu Melios segera merebut buku-buku yang ada di genggaman lelaki itu dengan cepat dan ia langsung pergi dari hadapan orang itu dengan meninggalkan kesan dingin.

"Hah.. Hah... Hah..," Napas Melios terengah-engah setelah sampai di depan pintu perpustakaan, tangannya sampai bergetar. "Bodoh! Bodoh! Bodoh! Mengapa aku harus bertemu dengan orang seperti dia! Aku tahu namanya! Dia adalah Norman Bravery! Putra tunggal dari Nicholas Bravery, Malaikat Elit Kesatu!"

RAIGA (TAMAT)Where stories live. Discover now