☆[S2] Chapter 13 : Mewah dan Megah☆

467 77 194
                                    

"Mungkin itu hanya perasaanmu saja," ucap Yuna pada Raiga ketika mereka sedang berjalan-jalan di sekitar trotoar, di sisi jalan raya yang penuh dengan mobil awan yang berlalu-lalang.

Raiga menguap lebar, dia sebenarnya tidak terlalu memikirkan aura jahat yang ada di sekitar rumahnya, hanya saja, itu membuat perasaannya tidak nyaman sedari tadi. Tapi tetap saja, tampang lelaki berambut perak itu selalu menampilkan kilauan kemalasan, begitulah Raiga.

"Ya, mungkin kau benar," respon Raiga dengan nada yang tidak niat. "Hanya perasaanku saja."

Sudah lima belas menit mereka berjalan di trotoar, melewati berbagai toko yang berjejer rapi di sisi-sisi jalan. Tujuan mereka saat ini adalah mencari rumahnya Malakat Elit kesembilan, yaitu Tuan Garelio, alias kediamannya Zapar.

Menurut berita di koran sih, Zapar termasuk ke dalam anak kandung dari Tuan Garelio, jadi satu-satunya cara untuk mendatangi tempat tinggal lelaki berambut merah itu adalah mencari kediamannya Tuan Garelio.

Beruntung, karena Tuan Garelio termasuk ke dalam pasukan malaikat elit, mereka dapat menemukan informasi dengan cepat dari orang-orang. Tentu saja, siapa sih yang tidak tahu Tuan Garelio? Semua orang pasti mengetahuinya, bahkan, saking terkenalnya, semua malaikat pun hapal betul warna celana dalam yang selalu dipakai Tuan Garelio, sampai ke pola-polanya.

"Hmm," Raiga terdengar menggerutu, membuat Yuna menoleh padanya, di saat banyak bunyi klakson mobil yang menjerit-jerit.

"Ada apa, Raiga?" tanya Yuna dengan antusias, dia tidak mau membuat Raiga tidak nyaman berada di dekatnya, karena itulah, dia selalu mencemaskan hal itu. "Apakah kau tidak suka dengan wangi parfumku?"

"Bukan," Raiga menggeleng. "Bukan itu maksudku."

Yuna menaikan sebelah alisnya. "Lalu?" Dia penasaran mengapa Raiga memasang wajah malas setiap saat. "Oh, atau mungkin, kau sedang lapar, ya? Kalau memang benar, bagaimana kalau kita mampir sebentar di restoran?"

"Tidak, tidak," Lagi-lagi, Raiga menggeleng, seperti bayi yang rewel pada induknya. "Aku hanya merasa kalau saat ini kita sedang diikuti oleh orang asing."

"Diikuti oleh orang asing?" ulang Yuna tidak percaya, lalu dia langsung menoleh ke belakang, menatap satu persatu dari wajah-wajah orang yang berlalu-lalang di jalanan. "Mungkin itu hanya perasaanmu saja, Raiga."

☆☆☆

Dugaan Raiga memang benar, saat ini, tepat tiga meter di belakang mereka, ada seorang pria misterius yang berpakaian serba hitam, mengikuti mereka dari awal hingga sekarang.

"Aku akan terus mengamatimu, Kuruga Raiga Bolton," ucap Pria bertopi dan bermasker hitam itu dengan suara yang mengerikan, matanya memerah seperti kelamnya darah. "Sekarang, mau pergi ke mana kau bersama temanmu itu, Kuruga?"

Pria itu menghentakkan kakinya, berjalan di belakang Raiga dan Yuna, seakan-akan seperti orang lain yang berlalu-lalang, padahal, nyatanya dia terus-terusan memperhatikan pergerakan mereka.

Buk!

Naas sekali, pria itu malah tidak sengaja menabrak kereta bayi yang didorong oleh ibunya, membuat sang induk mulai mengamuk.

"PERHATIKAN JALANMU! BODOH!" pekik sang induk sampai-sampai semua orang menontonnya. "KALAU KAU TIDAK BISA BERJALAN! BIAR KUPATAHKAN KAKIMU UNTUK MAKAN MALAMKU! DASAR IDIOT!"

"Maaf-maaf! Saya benar-benar minta maaf!" Pria misterius itu memohon-mohon pada induk sang bayi agar dimaafkan, tapi sayangnya, tindakan itu malah membuat sang induk semakin marah.

RAIGA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang