☆Chapter 1 : Raiga☆

3.2K 282 172
                                    

Malaikat?

Apa yang kalian bayangkan setelah membaca nama itu?

Tentu saja, seorang pria atau wanita yang memiliki bundaran kuning di atas kepalanya, sayap putih yang besar dan cahaya berkilauan di tubuhnya.

Benar begitu?

Ya, rata-rata, setiap orang pasti membayangkan malaikat dengan rupa demikian, tapi bagaimana jika semua itu salah?

Maksudnya, malaikat yang kita kenal sebenarnya bukan seperti itu, melainkan sama seperti manusia-manusia lainnya, memakai pakaian bebas, memiliki selera dan berbaur di bumi bersama kita?

Yup! Itu semua benar adanya.

***

"Hah?" Suara kekagetan dari seorang bocah laki-laki membuat seisi ruang kelas bergema, membuat seluruh mata memandang ke arahnya. "Maksud Bapak, besok giliranku?"

"Ya, tentu saja, besok kau yang akan bertugas, Raiga." balas pria tua yang sedang berdiri di depan kelas, menyunggingkan senyumannya yang tertutupi kumis hitam. "Ada apa, sepertinya kau kelihatan gelisah, Raiga?"

Raiga yang duduk di bangku paling belakang hanya menunduk malu mendengar respon dari gurunya. "Ti-tidak, aku hanya tidak percaya kalau malaikat sepertiku terpilih untuk mengemban tugas berat seperti itu, aku benar-benar tidak percaya."

Bisikan-bisikan dari teman sekelasnya membuat Raiga semakin malu untuk menegakkan kepalanya.

Raiga yang memakai jaket hitam bertudung terus menundukkan kepalanya, membuat wajahnya semakin tidak terlihat. "Kau boleh pulang, Raiga."

Raiga langsung menatap wajah Pak Guru saat mendengar perkataan tersebut. "Hah?" Raiga berkedip dua kali. "Pulang?"

Pria tua yang memiliki nickname Bravo di dada sebelah kanan menganggukkan kepalanya pada Raiga. "Ya, karena besok kau pergi, sekarang kau boleh pulang untuk bersiap-siap dan pamit pada keluargamu." ucap Pak Bravo dengan senyuman tipis.

Jujur saja, Raiga sangat-sangat senang Pak Bravo menyuruhnya untuk pulang di awal kelas, ini benar-benar membuatnya bahagia. Raiga senyam-senyum, teman-teman sekelasnya langsung memandang ke arahnya dengan tatapan iri, lalu dia menggendong tas besar berwarna hitamnya lalu berdiri tegak. "Terima kasih, Pak Bravo, kalau begitu, saya pulang."

Saat Raiga melangkahkan kakinya menuju pintu keluar, seorang teman laki-lakinya yang duduk di bangku paling depan tiba-tiba menggebrakkan mejanya dan berdiri menghalanginya. Raiga kaget, dia tidak mengerti mengapa orang ini tiba-tiba menghalang-halanginya dalam berjalan.

"Apa kau punya masalah denganku, Melio?" Raiga menatap Melio, lelaki berambut kuning bertubuh pendek yang kini sedang menghalang-halanginya hanya bisa mengembungkan pipinya.

"Ke-Kenapa kau sesantai itu, Raiga?" Melio mengembungkan pipinya semakin besar. Raiga menaikan sebelah alisnya, kurang mengerti pada ucapan teman anak manjanya itu.

"Lalu, apa masalahmu jika aku bersikap santai, Melio?" Semua orang yang ada di dalam kelas langsung hening, agar suara kecil dari Melio terdengar jelas.

"Kau tidak mampu," kata Melio, menggigit bibirnya, tangan kanannya gemetar. "Kau tidak akan mampu melaksanakan tugas itu, Raiga!"

"Hah?" Raiga menyeringai. "Jadi maksudmu, kau meremehkanku, Melio?" Raiga sengaja memasang eskpresi jahat, maju selangkah, membuat dada mereka saling bersentuhan.

RAIGA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang