☆[S3] Chapter 24 : Malaikat yang Malang☆

141 15 23
                                    

Zapar dan Yuna telah berhasil memenangkan pertarungan kecil melawan Hill Yustard, si lelaki elf berambut putih panjang, dengan menggunakan cara yang sangat sederhana, yaitu mengaktifkan kekuatan malaikat pada diri mereka sendiri, yang konon, kekuatan itu dapat membuat penggunanya tidak bisa terkena serangan apa pun dalam lima detik. Dan pada akhirnya, Hill kalah dan terluka bukan karena serangan Zapar maupun Yuna, tapi oleh serangan dari senjatanya sendiri.

Sementara itu, di dunia iblis, Raiga membuat kehebohan di pusat kota karena dirinya terpelanting ke tengah jalan raya karena terkena hajaran oleh om-om berkulit merah dan bertanduk kambing, namun, saat dirinya kabur dan kembali ke atap gedung tua, sesosok gadis asing tiba-tiba datang dan memanggil malaikat pemalas itu dengan sebutan 'Tuan' bahkan sampai memeluknya.

Langit perlahan-lahan mengubah warnanya menjadi jingga terang, dan dari kejauhan, matahari pun akan membenamkan diri. Dan kini, di sebuah daerah pertokoan yang telah sepi, tepatnya di atap gedung kumuh dan tua, terdapat dua makhluk yang sedang berpelukan di bawah langit sore, mereka terlihat mesra dan romantis jika dilihat dari kejauhan, tapi nyatanya,

Tanpa mendengar permohonan gadis asing berambut putih itu, yang memintanya untuk tidak melepaskan pelukannya, Raiga tidak menghiraukan hal tersebut dan langsung melepaskan kedua tangan perempuan itu yang melingkar di badannya, lalu cepat-cepat menjauhkan diri dari orang asing itu.

"Maaf saja," ucap Raiga dengan nada dan tatapan yang malas pada perempuan itu, setelah dia melompat mundur untuk menjauhkan diri. "Aku bukan tipe lelaki yang senang dipeluk oleh gadis asing sepertimu."

Gadis berambut putih panjang itu tercekat, matanya membelalak karena tak menyangka kalau Raiga sampai tak mau dekat-dekat dengan dirinya, ini benar-benar menyakitkan, hatinya terasa remuk bagai piring yang dibanting ke lantai, kedua matanya berkaca-kaca dan kemudian, pecahlah tangisannya di hadapan malaikat pemalas.

"Padahal aku hanya.. Hiks! Aku hanya ingin meluapkan kerinduanku saja padamu, Tuan Raiga! Ta-Tapi mengapa kau sampai  menjauhkan diri seperti itu padaku! Hiks!" raung gadis berambut putih itu disertai air mata yang membanjiri wajahnya. "Apakah aku terlihat semenjijikan itu sampai kau tidak mau dipeluk olehku?! Hiks! Tuan Raiga! Mengapa kau sekejam itu!?"

Konyol sekali, Raiga bahkan tidak bisa tertawa melihat tingkah gadis aneh itu yang tiba-tiba menangis seperti bocah berusia tiga tahun di depannya. Walaupun gadis itu menunjukkan wajah tangisan yang semenderita apa pun, tidak akan membuat Raiga menjadi kasihan padanya, yang terjadi, malah sebaliknya, malaikat pemalas itu menjadi semakin jijik melihatnya.

"Sebenarnya, apa maumu?" tanya Raiga tanpa mempedulikan rengekkan-rengekkan dari gadis berambut putih itu yang semakin menjijikan. "Kau mendatangiku dan tiba-tiba memelukku bahkan memanggilku sebagai 'tuan'mu? Lelucon macam apa itu?"

Mendengar pertanyaan dari tuannya, gadis berambut putih itu langsung menghentikkan tangisannya dan menjawab dengan cepat. "Aku hanya ingin bersamamu lagi, Tuan Raiga! Kau selalu pergi meninggalkanku sendirian! Dan kau selalu pulang terlambat tiap waktu! Aku... Aku merindukanmu, Tuan Raiga! Aku ingin kau bercanda lagi denganku! Seperti waktu-waktu yang dahulu!"

Terperanjat, Raiga mengernyitkan kedua alisnya, tak paham apa maksudnya setelah mendengar ucapan itu, karena dia sama sekali tidak mengenali perempuan yang ada di hadapannya ini, bahkan, baru hari ini dia bertemu dengannya, tapi mengapa gadis itu berkata padanya seolah-olah dia dengannya pernah menghabiskan waktu bersama. Benar-benar konyol, pikir Raiga.

"Tunggu sebentar, bolehkah aku bertanya satu hal lagi?" Raiga menghela napas karena lelah menghadapi orang asing di depannya yang sepertinya salah paham. "Aku bukan 'Tuan Raiga' yang kau kenal, aku tidak pernah sekali pun menghabiskan waktu bersamamu, atau bercanda denganmu, kau pasti salah orang, aku yakin itu. Jadi, cepat pergilah, karena aku ingin beristirahat di sini."

RAIGA (TAMAT)Where stories live. Discover now