Synesthesia

By cupacups_

78.5K 12.5K 3.1K

family : where life begins and love never ends More

Synesthesia
Srestha
Dhatu
Jendra
01
02
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

03

2.8K 579 228
By cupacups_


"Ayo anak-anak, udah siap belum? Udah siang nih."

Mama Krystal memanggil ketiga anak mereka yang sedang bersiap-siap. Dari tadi ia sudah menunggu di ruang tengah tapi satupun belum ada yang beranjak dari kamarnya.

"Ma, sepatu Ta yang putih di mana?" Tanya Srestha sambil sedikit berteriak.

"Di rak sepatu, cari dulu."

"Udah Ta cari, nggak ad---- eh iya ada." Kata Srestha lagi membuat Krystal geleng-geleng kepala.

"Mama, Dhatu mau pake pita." Kata Dhatu menghampiri Mama sambil membawa pita untuk diikatkan ke rambutnya.

"Mama, Ujin belum sisilan." Jendra juga membawa sisir pada Krystal, berbarengan dengan Kai yang juga baru keluar dari kamar.

"Jendra sisiran sama Papa ya, Mama mau pitain rambut kak Dhatu dulu."

"Ngga mau, Ujin mau sama Mama aja. Papa ngga bagus." Protes Jendra sambil menggeleng.

"Ya udah ya udah sebentar ya, antri dulu kalo gitu." Kata Mama Krystal menyuruh Dhatu dan Jendra untuk antri. Jendra langsung sigap berdiri di belakang Dhatu.

"Loh, Papa sama Kakak Ta kok ikut antri?" Tanya Krystal saat melihat Kai berdiri di belakang Jendra diikuti Srestha di belakangnya.

"Yang cantik ya, Ma." Pesan Dhatu saat Mama mulai mengikat rambutnya kemudian memasangkan pita untuknya.

"Udah nih, anak Mama udah cantik banget."

"Makasih Mama." Dhatu tersenyum kemudian duduk sambil menunggu Mama.

"Aduh ini anak Mama ganteng sekali kalo rambutnya rapi gini." Mama Krystal menyisir rambut Jendra membuat Jendra tersenyum senang karena pujian Mamanya.

"Papa kenapa?" Kali ini Krystal bertanya pada Kai yang ikut mengantre.

"Papa udah rapi belum?" Kai hanya meringis karena dari tadi ia cuma mau menanyakan hal itu.

"Udah." Kata Krystal sambil merapikan kerah kemeja Kai yang sedikit terlipat.

"Mama, tali sepatu Ta." Setelah Papanya selesai Srestha menunjuk tali sepatunya yang salah pasang.

Krystal kemudian membetulkan susunan tali sepatu milik Srestha tersebut.

Pagi yang cukup indah untuk Mama, mengurusi suami dan ketiga anaknya sampai hal terkecil sekalipun.

Hari ini Papa Kai ada acara dengan beberapa dosen dan mahasiswa jurusan mereka yang mengikuti wisuda periode ini. Para mahasiswa tersebut mengadakan acara makan-makan dengan mengundang beberapa dosen mereka, terutama dosen pembimbingnya.

Karena acaranya di luar kampus dan merupakan acara santai jadi Papa Kai mengajak serta Mama Krystal, Srestha, Dhatu dan Jendra.

"Selamat datang, Pak." Beberapa orang mahasiswa Kai menyambut Kai dan keluarganya saat mereka sampai di lokasi.

"Ini istrinya ya Pak?" Tanya salah seorang mahasiswa ketika melihat Krystal.

"Iya, ini istri saya." Kai mengenalkan istrinya kepada para mahasiswa yang merupakan mahasiswa bimbingannya tersebut.

"Cantik Pak, masih muda istrinya. Hehe." Komentar anak lainnya setelah bersalaman dengan Krystal.

"Alhamdulillah." Kai tersenyum mendengar pujian untuk istrinya tersebut. "Kakak, ayo salim dulu sama kakak-kakaknya."

Kai menoleh pada anak-anaknya, menyuruh mereka untuk bersalaman dengan mahasiswanya.

"Namanya siapa adek ganteng?"

"Srestha."

"Wah, namanya bagus. Srestha kelas berapa?" Tanya salah seorang mahasiswi sambil menunduk untuk bertanya pada Srestha.

"Enam." Jawab Srestha dengan tersenyum, seneng karena dibilang ganteng sama kakak yang cantik.

"Kalo adeknya namanya siapa?"

"Dhatu." Jawab Dhatu malu-malu.

"Ini yang terakhir, namanya Jendra. Udah TK B. Mau jadi anak SD." Kata Kai mengenalkan anak bungsunya.

"Pak, saya kira anak bapak itu masih balita gini lho Pak. Nggak taunya paling besar udah kelas enam." Komentar salah satu mahasiswa menunjuk Jendra.

"Berarti saya sama Ibu masih pantes kaya anak muda ya?" Kai menunjuk dirinya sama Krystal sambil terkekeh.

"Pantes banget, Pak. Kayak pasangan muda gitu."

"Kalian ini ada-ada saja."

"Serius Pak." Kata para mahasiswanya lagi.

"Ya Ya terima kasih pujiannya."

"Ma, Ta ke sana ya." Srestha menunjuk ayunan pada Krystal, ia pun mengajak Dhatu dan Jendra untuk bermain ayunan. Karena Papa sama Mama masih ngobrol.

"Pak Kai gimana kalau di kampus? Galak nggak?" Tanya Krystal setelah mengijinkan Srestha dan adik-adiknya bermain ayunan.

"Bukan galak lagi bu, galak banget."

"Saya nggak segalak itu." Protes Kai tidak terima dibilang galak sama mahasiswanya.

"Hehehe, iya Pak. Tapi bapak tegas banget pak. Kalau bimbingan bener-bener dibabat habis." Curhat salah satu mahasiswa lainnya sambil sedikit menggerutu.

Krystal tertawa mendengar komentar para mahasiswa Kai. Ia ingin tau gimana suaminya ketika di kampus. Mendengar cerita dari para mahasiswanya Kai membuat Krystal sedikit mengerti gimana Kai kalau di kampusnya.

Ya nggak jauh berbeda dengan Kai di rumah.

"Sudah sudah, jangan ngomongin saya lagi."

"Ih kan aku pengen denger lagiii." Krystal menoleh pada Kai tapi ia langsung menutup mulutnya, sadar kalau ia berkata sedikit manja di depan para mahasiswa Kai.

Dia jadi malu sendiri karena para mahasiswa malah jadi senyum-senyum sendiri liat dosen mereka keliatan mesra sama istrinya.

*

"Pa, tadi aku sama Mama beli es krim. Terus Mama ditanya-tanya sama mas-mas yang beli es krim juga." Kata Srestha melapor pada Kai saat mereka di mobil, perjalanan pulang setelah menghadiri acara bersama para mahasiswanya tadi.

"Sresthaaaa." Tegur Mama Krystal sambil menoleh ke jok belakang. Ia melihat Jendra dan Dhatu yang udah tertidur karena kecapean.

"Ditanya apa, kak?" Papa Kai bertanya tanpa menoleh, ia memasuki pom bensin untuk mengisi bensin.

"Kakak, udah deh jangan usil."

"Hehehe." Srestha meringis kecil kemudian ia sedikit bangun untuk mendekati Papanya. "Ditanya Mama lagi sama adeknya ya, masa Ta dikira adeknya Mama, Pa."

"Hmm."

"Kayaknya itu suka sama Mama." Komentar Srestha lagi.

"Hush, ngomong apa kamu kak." Tegur Krystal lagi.

"Iya Pa, beneran."

"Nggak usah didengerin itu anak kamu, lebay banget ceritanya." Krystal menoleh pada Kai yang tersenyum sambil menghentikan mobilnya karena sudah sampai gilirannya mengisi bensin. Papa kemudian keluar untuk menunggu petugas pom mengisi bensinnya.

"Pa, dompet kamu tuh ganti kenapa sih?" Protes Krystal saat Kai masuk ke mobil. Ia tadi melihat Kai membuka dompet saat mengeluarkan uang untuk membeli bensin.

Dompet Kai tuh udah lusuh menurut Krystal. Udah dari lama banget dipake dan udah rusak juga. Krystal udah berulang kali mengingatkan Kai untuk mengganti dompetnya tapi sampe seksrang nggak diganti juga.

"Iya besok-besok aku beli." Kai memutar kemudinya keluar dari pom bensin.

"Besok-besok terus kamu tuh, udah gitu banget dompetnya ish nggak bagus diliat." Protes Krystal lagi.

"Iya-iya Mama." Kai mencubit kecil hidung Krystal, setelahnya ia menoleh kembali ke belakang. "Jadi gimana tadi, kak?"

"Itu tadi suka sama Mama kayaknya. Yang bilang Mama kayak kakaknya Ta." Srestha mengulangi kalimatnya tapi matanya fokus ke hape, bermain game.

"Jangan mulai lagi deh." Tegur Krystal lagi.

"Tapi kamu beneran kayak kakaknya Srestha." Komentar Kai sambil sesekali menoleh pada Krystal.

"Ini pujian atau sarkas?"

"Pujian dong, sayang."

"Iya, Mama tuh masih muda tau. Bu guru Ta pernah bilang gitu juga." Srestha ikut menambahkan pujian untuk Mamanya.

"Makasih ya kakak Ta."

"Jangan mau digodain orang, Mama Zibel itu istrinya Papa Kai." Kai menyentil hidung Krystal pelan.

"Iyaaa."

***

"Dhatu, Ujin, sini." Srestha berbisik di depan kamar mereka, dia menyuruh kedua adiknya untuk ke kamarnya. Padahal kedua adiknya udah bersiap mau tidur.

"Apa kak?"

"Ssstt, jangan keras-keras." Srestha menggunakan telunjuknya, memberi kode untuk tidak berbicara terlalu keras.

Dhatu dan Jendra pun mengikuti perintah Srestha, mereka masuk ke kamar Srestha kemudian duduk di kasurnya.

"Apa kak?" Ulang Dhatu lagi, bingung karena kakaknya menyuruh berkumpul.

"Bulan depan Papa ulang taun."

"Oh iya ya."

"Kita beliin hadiah yuk buat Papa." Usul Srestha lagi yang mendapat anggukan keras dari Dhatu dan Jendra.

"Ayo kak, kita beli hadiah buat Papa."

"Tapi hadiah apa?" Srestha malah balik bertanya pada kedua adiknya, Dhatu dan Jendra menggeleng karena mereka juga bingung.

"Papa lagi pengen apa ya?" Srestha berdiri sambil berjalan mondar-mandir. Layaknya orang dewasa yang sedang pusing karena suatu masalah.

"Kemarin Ujin liat Papa lagi liat-liat sepatu." Kata Jendra polos.

"Sepatu apa?"

"Itu sepatu yang buat olahraga. Sepatu Papa kan udah rusak." Dhatu menambahkan informasinya karena ia tau salah satu sepatu Kai ada yang udah rusak.

"Oh iya. Tapi sepatu kan mahal dek, kayaknya uang kita nggak cukup deh." Kata Srestha lagi.

"Kita nabung aja kak, dedek nggak jajan buat beliin Papa hadiah." Usul Dhatu pada Srestha, karena masih ada beberapa minggu lagi sebelum tanggal ulang tahun Papanya.

"Okedeh, kita nabung ya. Nanti kalau udah deket tanggal ulang tahun Papa, uangnya kita kumpulin." Srestha akhirnya mengambil keputusan menabung untuk membelikan Papanya hadiah.

"Ujin juga, Ujin mau ikut beliin Papa hadiah." Jendra ikut tunjuk tangan karena ia juga ingin turut serta memberi hadiah pada Papanya.

Sejak rapat rahasia di kamar Srestha, mulai esok paginya mereka bertiga menabung setiap hari. Menyisihkan uang saku yang Mama berikan setiap hari.

"Ma, bekal kakak tambahin ya." Srestha berpesan pada Mama untuk menambahi bekal makannya.

"Kakak kok akhir-akhir ini makannya banyak?"

"Iya, laper soalnya." Kata Srestha beralasan. Padahal ia mengurangi jajan waktu istirahat, uangnya buat ditabung.

Padahal Srestha dan makanan adalah dua hal yang nggak bisa dipisahkan, tapi demi Papa Srestha rela sedikit menahan keinginannya untuk jajan.

*

"Ssttt, sini." Bisik Srestha saat Dhatu dan Jendra akan menuju kamar.

Mereka berdua kembali masuk ke kamar Srestha, rapat rahasia lagi.

"Udah kurang tiga hari, kita kumpulin uangnya aja yuk." Kata Srestha mengkomando adik-adiknya.

Dhatu dan Jendra mengangguk kemudian menuju kamar mereka untuk mengambil uang hasil tabungannya.

"Loh, Ujin kok banyak banget?" Tanya Srestha heran karena ia tau uang saku Jendra berapa dan uang yang dikumpulkan Jendra melebihi perhitungan dari awal menabung sampai sekarang.

"Ituuu, Ujin dikasih nenek dulu. Kata Mama disimpen Ujin aja, Ujin mau beliin hadiah Papa." Jendra menjelaskan bahwa ia menambahkan uang yang diberi neneknya dulu untuk menambah tabungannya.

Srestha mengangguk-angguk kemudian menghitung semua uang yang terkumpul.

"Yah, ini nggak dapet kalo dibeliin sepatu." Kata Srestha setelah menghitung hasil uang tabungan mereka. Ia manyun karena tabungan mereka bahkan masih jauh dari harga sepatu Papa.

"Terus gimana dong, kak?" Tanya Dhatu sama Jendra kompak.

"Kakak juga nggak tau."

"Srest---" Pintu kamar Srestha tiba-tiba terbuka membuat mereka bertiga kaget. "Lho Dhatu sama Jendra di sini juga?" Mama bertanya heran sambil memasuki kamar Srestha.

Srestha sendiri sekarang berusaha menutupi uang yang ada di kasurnya, tapi malah menimbulkan kecurigaan Mamanya.

"Kalian lagi ngapain?" Tanya Mama mendekati mereka bertiga.

"Enggak, Ma."

"Itu apa yang kakak tutupi?" Mama menunjuk tangan Srestha yang menutupi kasur, Srestha meringis kemudian membuka kedua tangannya. Menunjukkan uang mereka.

"Ini uang apa kak?"

"Uang tabungan kita bertiga." Jawab Srestha jujur.

"Tabungan buat apa?"

"Kita mau beliin Papa hadiah, kan Papa sebentar lagi ulang tahun Ma." Srestha menjawab lagi dengan pelan. Takut tiba-tiba Papanya masuk.

Krystal tertegun mendengar jawaban Srestha, ia segera duduk di sebelah Dhatu. Nggak menyangka ternyata anak-anaknya udah mempersiapkan membeli hadiah dari jauh-jauh hari.

"Emang kalian mau beliin apa?" Tanya Mama Krystal lembut.

"Sepatu olahraga, kan sepatu Papa udah rusak. Tapi pasti mahal ya Ma, kayaknya uang kita nggak cukup." Srestha menjelaskan lagi, sedangkan Dhatu dan Jendra cuma mengangguk-angguk karena nggak memahami berapa harga sepatu untuk Papa.

Lagi-lagi Krystal tersenyum mendengar keinginan Srestha.

"Kalian punya ide lain nggak?"

"Apa ya?" Srestha menatap kedua adiknya meminta usul lain selain sepatu.

"Kalau beliin papa dasi gimana, kak?" Usul Dhatu. "Papa kan sering pakai dasi kalau ada acara-acara itu. Tapi dasi harganya berapa Ma?" Dhatu menoleh pada Mama karena ia juga nggak tau harga dasi itu berapa.

"Iya, Papa kan sering ada acara yang pakai dasi. Kita beliin dasi aja yuk." Srestha menyetujui usul Dhatu. "Tapi ini uangnya cukup nggak, Ma?"

Krystal membantu menghitung uang tabungan mereka kemudian mengangguk. "Bisa kok, kita bisa beli dasi pakai uang ini."

"Ma, Ujin mau bikin kue buat Papa." Jendra menggoyangkan lengan Krystal.

"AH IYA! KUE!" Srestha teringat kalau ia juga pengen bikin kue buat Papanya. Tapi lupa bilang dari kemarin, untung aja Jendra bilang.

"Ya udah besok abis pulang sekolah kita belanja hadiah sama bahan kue buat Papa ya?" Usul Krystal kepada mereka dan dibalas anggukan semangat oleh ketiga anaknya.

Esok siangnya setelah pulang sekolah, Mama bersama Srestha, Dhatu dan juga Jendra menuju ke mall untuk mencari dasi untuk Papanya sekaligus berbelanja bahan membuat kue.

"Ma, tapi Papa suka dikasih dasi nggak ya?" Tanya Srestha saat mereka di mobil menuju ke mall.

"Hadiah apapun kalau dari kalian Papa pasti suka. Karena kalian tulus ngasihnya. Papa pasti seneng banget. Hadiah itu nggak harus mahal, kok." Mama menasehati ketiga anaknya.

"Tau gitu Ta kasih kelomang aja harusnya."

"Sresthaaaa."

"Iya Ma, becanda."

***

Sampai di mall, mereka berbelanja bahan-bahan untuk membuat kue dan juga memilih hadiah untuk Papanya.

Krystal membiarkan mereka bertiga memilih sendiri. Karena itu hadiah spesial untuk Papa mereka jadi biarlah sesuai dengan keinginan mereka juga.

Srestha sebagai anak tertua memimpin adik-adiknya, ia yang memilih-milih dasi yang cocok untuk Papa. Sementara Dhatu dan Jendra hanya memberikan komentar setuju atau nggak setuju aja. Krystal sendiri tertawa saat melihat mereka bertiga sibuk memilih dasi.

Setelah mendapatkan hadiah yang mereka mau, Mama dan anak-anak pulang ke rumah. Menyembunyikan hasil belanjaan karena mereka baru akan membuat kuenya besok saat Papa bekerja.

Papa sendiri tidak mencurigai apapun karena Papa jarang ke dapur ataupun membuka-buka kulkas.

"Masukkan telur dan gula, mixer sampai busanya padat." Srestha membacakan resep yang sedang ia buka, resep membuat kue tart.

"Terus masukan tepungnya." Srestha masih saja mengkomando adik-adiknya. Mereka bertiga sedang membuat kue bersama Mama.

"Ujin ambilin loyang terus olesin mentega."

"Loyang apa ka?" Jendra kebingungan karena nggak paham loyang itu apa.

Srestha geleng-geleng kepala kemudian ia bergerak sendiri mengambil loyang dan menyerahkan pada Dhatu untuk diolesi mentega.

"Abis ini dioven kan Ma?" Tanya Dhatu yang dari tadi membantu Mama mengolesi loyang dengan mentega.

"Iya abis ini dioven. Nanti kalau udah dingin kita hias sama-sama ya." Mama memasukkan adonan ke dalam oven dan mengatur suhu serta waktu yang dibutuhkan.

Ting!

Oven berbunyi menandakan kue mereka sudah matang. Mama mengeluarkan kue kemudian mendiamkannya sebentar agar tidak terlalu panas.

"Ta mau olesin krimnya."

"Ujin juga mau." Jendra tidak mau kalah dengan kakaknya, ikut mengolesi krim pada kue yang mereka buat.

Sementara Dhatu menyiapkan hiasan lainnya yang sudah mereka beli.

"Mama aja yang tulis biar rapi." Usul Srestha saat akan menuliskan ucapan selamat ulang tahun di bagian atas kuenya.

"Iya sini Mama yang nulis." Krystal mengambil krim kemudian menuliskan ucapan selamat ulang tahun Papa.

"YEEE JADIII!" Teriak mereka bertiga saat kue ulang tahun untuk Papa sudah jadi.

"Kita simpan dulu di kulkas ya. Nanti malam pas ulang tahun Papa kita ambil kuenya." Pesan Mama pada mereka bertiga.

***

Malam harinya pukul setengah dua belas malam, Krystal pelan-pelan bangun dari posisi tidurnya. Berniat membangunkan ketiga anak mereka.

Tadinya Krystal ingin besok pagi saja karena anak-anak harus sekolah nggak bisa bangun tengah malam. Tapi ketiga anaknya tetap mau dibangunkan jam 12 malam.

"Kak, kak. Bangun kak." Krystal menggoyangkan tubuh Srestha yang cuma menggumam memjawabnya.

"Kakak, udah mau jam 12 ini." Krystal membangunkan Srestha lagi dan kali ini Srestha ngulet kemudian ia beranjak bangun. Semangat buat ulang tahun Papanya.

Setelahnya Mama menuju kamar Dhatu dan juga kamar Jendra, yang tidak membutuhkan waktu lama untuk membangunkan mereka berdua.

"Sssttt diem dek." Srestha menoleh menyuruh Dhatu untuk diam agar Papanya tidak terbangun.

"Kakak juga diem."

Mereka bertiga turun ke bawah, mengambil kue yang ada di kulkas kemudian memasang lilin angka sesuai umur Papa.

Mama kemudian menyalakan lilin tersebut dan mereka bertiga menuju ke kamar orang tuanya di mana Kai sedang terlelap tidur.

Srestha yang berdiri paling depan membuka knop pintu perlahan dan memasuki kamar orang tuanya.

"Selamaaaaat Ulang Tahuuuuuun kami ucapkaaaaaan~~~" Srestha, Dhatu dan Jendra menyanyi sambil bertepuk tangan saat mereka membuka pintu kamar Kai, membuat Kai kaget dan terbangun.

Ia masih belum menyadari situasi, sampai nyanyian mereka kembali terdengar dan Kai tersenyum sambil menatap ketiga anaknya.

"Selamaaaaat Panjang Umuuuuur, kita kan doakaaaan~~~" Suara Mama Krystal dari belakang terdengar sambil membawa cake buatan mereka.

Papa Kai tersenyum lagi sambil mengusap mukanya. Dari kasurnya, ia ikut bertepuk tangan mengiringi lagu selamat ulang tahun yang dinyanyikan istri dan ketiga anak mereka.

"Tiup lilinnya, tiup lilinnya tiup lilinnya sekarang juga~~~" Srestha mengganti lagunya saat Mama udah ada di depan Papa sambil membawa kuenya.

Kai menatap kue yang dibawa oleh Krystal, ia memejamkan matanya untuk memanjatkan doa dan harapannya di usia yang baru.

Setelahnya ia meniup lilin yang diiringi tepukan tangan oleh ketiga anaknya.

"Selamat Ulang Tahun, sayang." Kata Krystal saat Kai selesai meniup lilin.

"Makasih Mama." Kai mengecup kening Krystal.

"Selamat Ulang Tahun Papaaaa." Srestha, Dhatu dan Jendra berkata kompak.

"Makasih anak-anak Papa." Kai bangun dan mencium serta memeluk mereka bertiga.

"Papa, kita punya hadiah buat Papa." Srestha dan Dhatu heboh berkata sambil menyerahkan kotak berpita.

"Ini dari kakak Ta, Dhatu sama Jendra." Kata Srestha saat Dhatu menyerahkan kotak kadonya.

"Makasih ya."

"Ini kue juga buatan mereka." Krystal menunjuk kue ulang tahun Kai tersebut.

"Wah iya?"

"Iya. Kita bikin bertiga loh Pa." Kata Srestha, Dhatu dan Jendra.

Kembali Kai memeluk ketiga anaknya. Terharu karena mereka sudah menyiapkan surprise untuknya.

Setelahnya ia memotong kue untuk dimakan bersama anak-anaknya. Sebelum mereka harus tidur kembali.

"Enaaaak." Kata Dhatu saat ia makan kuenya.

"Lain kali dedek buat lagi, buat kakak." Komen Srestha usil pada Dhatu.

"Ujin mauuu buat lagi." Jendra ikut-ikutan kedua kakaknya.

Setelah selesai makan kue, mereka kembali tidur karena besok pagi harus sekolah.

Sementara Kai ditemani Krystal membuka kado dari anak-anak mereka.

"Bagus." Komentar Kai saat membuka kotak kado yang berisi dasi tersebut.

"Itu mereka nabung sendiri dan milih sendiri loh. Aku cuma nganterin belinya aja." Kata Krystal memberikan informasi pada Kai, bahwa ia hanya mengantar. Tidak ikut campur dalam pengumpulan uang maupun pemilihan motif. Karena ia ingin kado tersebut murni dari mereka bertiga.

Bahkan awalnya Krystal tidak tau kalau mereka berencana memberi Kai kado.

"Beneran?" Tanya Kai nggak percaya.

"Iya. Mereka nabung beberapa minggu buat kamu." Krystal tersenyum melihat Kai yang mencoba dasinya langsung.

"Ini bakalan jadi dasi favorit aku." Kata Kai setelah mencoba dasinya kemudian ia memasukkan kembali ke kotaknya. "Eh, ada suratnya."

Kai mengambil amplop yang ada di bawah kotak dasinya tersebut. Ada tiga amplop bertuliskan nama masing-masing anak mereka.

"Eh? Ada?" Krystal ikut melihat kotak kado Kai, karena ia nggak tau kalau anak-anaknya juga membuat surat.

"Iya."

"Aku nggak tau kalau itu, ide mereka sendiri berarti." Krystal tersenyum lagi, membayangkan Srestha, Dhatu dan Jendra yang bahkan sampe menulis surat untuk Papanya.

Kai kemudian membuka satu persatu surat yang ia terima. Ia membuka amplop surat yang pertama.

*

Papa, ini kakak Ta.

Selamat Ulang Tahun, Papa Kai.

Semoga Papa selalu bahagia dan juga sehat terus.

Papa jangan lupa makan ya, Papa udah banyak kerjaan dan sibuk sekali, Papa harus istirahat dan makan yang banyak biar nggak sakit.

Tadinya Ta pengen beliin Papa kado yang Papa mau tapi Ta nggak tau Papa pengennya apa, jadi Ta sama Dhatu sama Jendra nabung dan akhirnya beliin Papa dasi aja.

Semoga Papa suka ya.

Nanti kalau Ta udah besar dan Ta udah punya uang yang banyak Papa bilang aja sama Ta, Papa maunya apa, biar nanti Ta beliin Papa.

Kalau sekarang Ta masih belum punya uang. Hehehe

Papa jangan suka marah-marah ya, kata guru Ta marah-marah itu nggak bagus buat kesehatan. Nanti cepet sakit. Ta nggak mau Papa sakit. Ta sedih kalau Papa sakit.

Jadi Papa nggak boleh marah-marah biar Papa selalu sehat.

Ta sayang sekali sama Papa.

Selesai membaca Kai melipat kembali kertas dari Srestha sambil mengelap ujung matanya karena nggak terasa air matanya menetes membaca surat sederhana dari Srestha.

Ia kemudian membuka surat yang kedua, dari Dhatu.

Selamat Ulang Tahun Papa Kai.

Dhatu berdoa semoga Papa sehat. Papa selalu bilang kalau kita semua harus sehat, jadi Papa juga harus sehat terus.

Soalnya Dhatu sering dengar kata Mama Papa sering sakit perutnya, jadi sekarang Papa harus banyak makan sayur ya, sayur itu baik untuk kesehatan loh Pa.

Nanti kalau Papa banyak makan sayur, perut Papa jadi nggak sakit lagi.

Dhatu nggak mau kalau Papa sakit, nanti kakak Ta, Dhatu sama Jendra sedih.

Dhatu suka sekali punya papa kayak Papa Kai. Jadi Dhatu ingin Papa selalu sehat biar bisa main dan becanda bareng sama Dhatu.

Dhatu sayang Papa.

Kembali Kai tersenyum sambil melipat surat Dhatu, kemudian ia membuka surat terakhir dari anak bungsunya.

Selamat Ulang Tahun Papa Kai.

Jendra sayang Papa.

Kai tersenyum membaca surat Jendra yang paling singkat, tetapi di bawah tulisan Jendra ada gambar seorang laki-laki dan seorang perempuan bergandengan tangan, lalu di depan mereka ada tiga anak kecil.

Gambar itu gambar keluarga mereka, dan di bawah gambar tersebut ada tulisan tangan Jendra. Tulisan yang belum terlalu rapi tapi membuat Kai begitu terenyuh saat membacanya.

Papa Kai, Mama Krystal, kaka Ta, Kak Dhatu, Jendra ❤

***

Kai mengusap air matanya sambil tertawa dan menoleh pada Krystal.

"Anak-anak tuh bisa aja bikin aku terharu gini." Kai masih menyeka air matanya. Hatinya rasanya sangat hangat membaca surat dari ketiga anaknya tersebut.

Ia nggak menyangka anak-anak akan seperhatian ini dengan dirinya, bahkan mereka menabung dari lama untuk membelikannya hadiah. Ditambah surat yang mereka buat.

Benar-benar membuat Kai merasa bahagia sekarang.

Krystal tersenyum melihat Kai sedang terharu, kemudian ia juga menyerahkan kotak hadiahnya untuk Kai.

"Ini apa lagi?"

"Dari aku."

Kai lalu membuka kotak hadiah dari Krystal. Sebuah dompet baru, yang refleks membuatnya tersenyum. Ia menatap dompetnya sendiri yang ada di nakas yang memang sudah lama ia gunakan.

Berkali-kali Krystal protes agar Kai mengganti dompetnya karena menurut Krystal dompet Kai udah nggak layak pakai. Tapi Kai cuma bilang iya karena belum sempat membeli yang baru.

Ternyata udah dibelikan duluan sama istrinya.

"Selamat Ulang Tahun ya sayang, sehat terus dan semoga kamu bahagia selalu." Krystal memeluk Kai lagi, mengucapkan dan mendoakan suaminya.

"Aamiin. Makasih ya kamu sama anak-anak udah perhatian banget sama aku." Kai mencium puncak kepala Krystal. Ia sangat bahagia karena ada istri dan ketiga anak mereka yang sangat perhatian terhadapnya.

"Karena kita semua sayang Papa Kai." Krystal tertawa sambil mengeratkan pelukannya pada Kai.

"Papa Kai juga sayang sekali sama Mama Krystal, Srestha, Dhatu dan Jendra."

***

Continue Reading

You'll Also Like

395K 2.8K 12
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
3.8M 83.5K 52
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...
68.5K 11.9K 48
Ketika hidup seorang SHANILA ADIRA yang hancur semenjak Ibu dan Adik tersayang nya harus meninggalkan nya karena kecelakaan mobil beruntun, Tiba-tiba...
25.9K 1.9K 25
Up nya sesuai mood, jadi kalau mood gue jelek jangan berharap bakal cepet up nya.