12 [Sudah Pindah Ke Ican Nove...

De MbakUti

198K 16.5K 1.3K

(Tersedia di play store dan shopee / Versi novel ada di Ican Novel dan Kubaca) Perempuan yang mereka sebut pe... Mai multe

Prolog
Aa
Bb
Cc
Dd
Ee
Gg
Hh
Ii
Jj
Kk
Ll
Mm
Nn
Say Your Wish
Oo
Pp
Qq
Rr
Ss
Tt
Uu
Vv
Ww
Xx
Yy
Zz (END)
Epilog
Extra Chapter
Spin-off 1
Spin-off 2
Alder's favourite food
VVIP Thanks
Vote Cover
OPEN PO
E-book
Saran?

Ff

5.6K 562 57
De MbakUti

Lova berakhir di kursi samping kemudi di mobil milik Alder. Beberapa kali Lova melirik ke arah Alder yang santai menyetir mobil. Lova tahu bahwa akan sangat berbahaya baginya terus-terusan melihat Alder seperti ini.

Pesona yang Alder pancarkan saat ini sangat nyata dari seorang lelaki dewasa.

Berkali-kali Love mengeluarkan napas kuat dari hidungnya. Menahan detakkan jantung yang membuat sesakkan aneh di dadanya.

"Jadi ini kontrakkan kamu sekarang?" Alder menoleh ke arah Lova yang bergerak gugup.

"Iya." Hanya kata itu yang bisa Lova keluarkan.

"Arnav gak pulang, kan? Dia harus tidur di rumah sakit karena koasnya bentar lagi selesai. Banyak laporan yang harus dia selesaiin."

Lova memicing karena penjelasan Alder bahkan terlihat lebih rinci dari apa yang Arnav sendiri jelaskan padanya.

"Kamu seperhatian itu sama Arnav? Jangan-jangan kamu sukanya sama Arnav lagi."

Ucapan Lova berhasil membuat Alder terbahak.

Lihat mata yang menyipit karena tertawa itu, ah menggemeskan.

Lova menggelengkan kepalanya kuat. Menjauhkan pikiran-pikiran gila yang sekarang sedang bekerja sangat baik di otaknya.

"Gak ada salahnya merhatiin calon adik ipar, kan?"

Dan lagi. Kalimat-kalimat yang sarat akan sebuah keluarga keluar begitu saja dari mulut manis Alder Reuven itu. Membuat Lova hanya bisa bungkam.

"Aku boleh mampir?"

Gak. Gak boleh. Dan gak akan gue biarin lo nginjek kontrakkan gue.

Begitulah yang diteriakkan batin Lova. Dan apa yang terjadi berbanding terbalik dengan apa yang Lova inginkan. Alder tersenyum puas saat melihat kepala Lova bergerak mengangguk menyetujui.

Shit! Gak gini!

***

Lova masih mematung di depan pintu kontrakkan kecilnya. Memikirkan cara untuk mengusir Alder dari tempatnya segera. Dilihatnya sekilas laki-laki yang masih dengan santai menunggu Lova membuka pintu.

"Udah malem." Lova berbalik dan melihat ke arah Alder. "Mending kamu pulang aja."

"Aku cuma mau liat kontrakkan kamu bentar kok."

Lova menggigit bibir bawahnya. "Tapi udah malem," cicit Lova setengah menunduk.

"Cuma bentar. Janji." Alder tersenyum manis di depan Lova dengan tangan menunjukkan jari kelingkingnya.

Entah apa mau Alder, tapi Lova membuka pintu kontrakkan itu akhirnya. Alder masuk dan langsung melihat ke sekeliling rumah itu.

"Lebih luas dari kosan kamu yang dulu."

Lova menghela. Harusnya tidak ada percakapan tentang 'dulu' itu dari mulut Alder. Lova malas untuk membahas kejadian tujuh tahun lalu.

"Kamu kalo mau bersih-bersih silahkan. Aku bisa tunggu kok."

Alder kembali dengan kegiatan kelilingnya setelah memberikan senyuman yang membuat Lova tiba-tiba menuruti perkataannya.

Gue pasti lagi dihipnotis!

Laki-laki dengan kaki panjang itu, duduk dengan nyaman di atas sofa. Melihat-lihat ke beberapa album yang ada di tangannya sekarang. Dan sebuah bingkai bertengger rapi di atas meja depan Alder.

Buru-buru Lova mendekat dan meraih bingkai itu, menyembunyikan di balik punggungnya. Diliriknya Alder, meyakinkan bahwa Alder tidak curiga dengan apa yang dia lakukan.

"Aku muda banget di foto itu, ya?" Alder menutup album dan melihat ke arah Lova yang sadar bahwa Alder sudah melihat foto apa yang ada di balik bingkai itu.

"Dan kamu masih terlalu rapi untuk menjadi Arlova yang sekarang." Pria berhidung bangir itu tersenyum lembut.

Alder meletakkan album di atas meja. Meraih tangan Lova yang menyembunyikan bingkai itu.

"Gak papa. Mungkin kamu pikir ini buat kenang-kenangan." Pria dengan wajah tegas itu meletakkan bingkai di atas meja bersama dengan album-album.

"Al. Kamu sebaiknya pulang." Suara Lova melembut.

"Maafin aku soal tujuh tahun yang lalu, ya." Lova merasakan sentuhan-sentuhan kecil di jari-jari mungilnya.

Alder bahkan hanya menundukkan kepalanya tanpa melihat ke arah Lova. Hanya tangannya yang terus memainkan jemari Lova.

"Jangan di bahas lagi, Al. Aku udah lupain semuanya."

"Jangan aku juga." Kini mereka saling menatap. "Jangan buat aku termasuk ke dalam semua hal yang kamu lupain."

Entah apa yang menjadi alasan Alder yang tiba-tiba datang dan melamarnya, tapi Lova menjadi sangat bimbang sekarang.

Getaran halus setiap berdekatan dengan Alder seperti memberikan isyarat bahwa Lova akan jatuh pada pria ini segera. Tapi sisi lain Lova menentang hal itu terjadi.

"Al-"

"Kamu maukan jadi istri aku?"

Lova bahkan belum sempat menyelesaikan ucapannya, tapi Alder dengan cepat memotong.

Pertanyaan itu lagi.

"Seenggaknya, kamu bisa coba jadi pacar aku dulu. Setelah kamu siap, aku bakal langsung nikahin kamu." Wajah Alder tampak berbinar.

Lova bergeming. Lidahnya bahkan tidak mampu bergerak untuk membalas ucapan Alder.

Apa semudah itu buat dia?

***

Weekend menyenangkan untuk bermalas-malasan dan gak mandi seharian. Tidak salah lagi, Lova adalah penganut mandi sekali sehari saat sedang weekend. Dia percaya bahwa kecantikannya akan bertambah dengan hanya mandi sekali sehari.

Yang lebih menyenangkan, Lova tidak harus kucing-kucingan pergi kemana-mana hanya untuk pergi ke toilet agar tidak bertemu dengan Alder.

Pria itu selalu mencari cara untuk bisa menemui Lova. Untungnya, Lova bisa menghindari Alder dengan baik. Kejadian di kontrakkan saat Alder berkunjung menjadi sebuah pikiran yang terus-terusan bersarang di kepala Lova.

Lagi-lagi pria itu melamarnya. Memintanya menjadi istri dan hidup selamanya bersama.

Heh! Gampang banget buat dia.

Lova membuka kulkas kecil yang ada di kontrakkannya. Meraih sebotol air mineral dan langsung menenggaknya.

Sofa di ruang tengah menjadi tujuan utamanya merebahkan tubuh. Segera Lova meraih handphonenya yang berbunyi.

"Apa?" Lova menjawab malas-malasan.

"Ini gue, Evelyn."

"Wuah Evelyn. Gue gak tahu kalo ini elo!" suara Lova terdengar dibuat-buat.

"Lebay." Jika Evelyn berada di depannya, Lova mungkin sudah melemparinya dengan sesuatu yang bisa membuat sahabatnya itu berteriak kesakitan.

"Lo sendirian, kan?"

"Iya."

"Gue ke sana, ya? Nginep."

"Oho! Kalo lo cuma mau main aja boleh. Kalo nginep, maaf Fergusso aku butuh waktu untuk sendiri."

"Elah. Takut banget weekend-nya terganggu."

"I'm such of those person." Lova berkata dengan santai, membuat orang di seberang telpon mendengus.

"Emak gue bikin onde-onde kesukaan lo nih. Mau kagak? Tapi bolehin gue nginep."

"Baiklah, Marimar. Dirimu boleh menginap di rumahku. Asal bawakan onde-onde si emak yang tiada duanya itu."

"Dasar tua. Tonton aja terus tuh telenovela jaman bengen. Oke deh, sejam lagi gue otw."

"Oke. Kumencintaimu, Asmeralda."

"NAJIS!"

Lova terkekeh setelah memutuskan sambungan telepon mereka. Evelyn selalu bisa membuatnya tersenyum karena kekonyolan sederhana yang mereka berdua buat.

Satu jam? Evelyn bahkan hanya butuh waktu lima menit untuk sampai di rumah sahabatnya. Lova tahu bahwa Evelyn sudah berada dekat dengan rumahnya, sehingga selang beberapa menit telepon mereka berakhir, Evelyn sudah berada di depan pintu kontrakkan.

Lova menikmati onde-onde buatan emak Evelyn yang memang sangat enak. Kalian tahu onde-onde, kan? Makanan bulat dengan kacang hijau di dalamnya dan dilapisi wijen di luar.

"Lov." Gadis yang dipanggil namanya hanya bergumam. "Gue masih penasaran deh sama kehidupan lo sama si bos dulu."

"Si bos siapa?"

Evelyn memutar matanya malas. "Ya Alder, lah. Masa iya si Gustian." Lova hanya terkekeh. "Lo gak pernah cerita detail ke gue, kan? Sama gue masih mau lo rahasiain?"

Evelyn terdengar berhati-hati menanyakan tentang Alder pada Lova yang sekarang menghela napas pelan.

"Gue bukan mau ngerahasiain, Eve. Tapi sebenernya gue udah gak pengen inget-inget lagi."

"Kalo lo emang udah gak pengen nginget lagi, gak papa, Lov. Gak usah diceritain. Entar malah buat lo jadi sedih."

Lova tersenyum ke arah Evelyn yang terlihat bersalah. Dengan lembut Lova mengusap lengan Evelyn.

"Gue emang harusnya udah ceritain ini sama seseorang. Bahkan Arnav gak tahu apa-apa karena gue kira Alder gak bakal muncul lagi. Tapi nyatanya dia malah makin deket di lingkungan gue."

Lova tersenyum kecut. Dokumen lama bersama Alder tujuh tahun lalu seperti kembali menumpuk dibagian atas ingatannya. Bukan hal yang buruk, tapi juga bukan sesuatu yang baik untuk dikenang.

"Eve, sebenernya waktu itu-"

"Permisi." Suara itu membuat Lova dan Evelyn yang duduk bersisian di sofa menoleh.

Mata Lova nyaris keluar saat melihat siapa yang sekarang berdiri di ambang pintu dengan senyuman manis yang bisa membuat bunga layu kembali bermekaran.

Mulut Evelyn menganga yang berakhir menjadi sebuah senyuman. Evelyn melirik Lova dengan jahil.

"Pak Alder." Lova ingin membekap mulut Evelyn yang menyapa dengan begitu riang.

Alder dengan senang hati masuk dan mendekati mereka tanpa dipersilahkan.

"Mbak Evelyn di sini? Ada urusan sama Lova?"

Lihat betapa sopannya pria ini memanggil Evelyn dengan panggilan 'mbak'. Dan apa yang dilakukannya untuk Lova berbanding terbalik.

Gue bahkan lebih tua daripada Evelyn!!

"Oh gak ada sih, pak. Saya tadi cuma mau nganterin Lova onde-onde dari si emak. Ini juga udah mau pulang."

"Katanya lo mau nginep sini!" Evelyn menepis tangan Lova yang merangkul lengannya dengan acuh. Lova mendengus, mengerti benar apa yang sekarang Evelyn pikirkan.

"Saya kira kalian ada janji. Soalnya saya mau ngajakin Lova jalan-jalan. Boleh kan, mbak Eve?"

"Oh dengan senang hati dan tentu saja boleh dong, pak. Saya ikhlasin temen saya yang gak seberapa ini buat jalan-jalan sama bapak."

Terkutuklah Evelyn yang berbicara dengan semangat saat ini. Lova hanya mendengus.

"Gue kasih kesempatan buat lo digrepe-grepe sama bos ganteng ini, Lov. Semoga beruntung dan blendung." Bisikkan Evelyn telak membuat Lova ingin mengumpat sejadi-jadinya.

Evelyn acuh dan langsung meraih tasnya berlalu. Lova melihat kesal ke arah pria yang hanya tersenyum itu.

☕☕☕

Habis bimbingan rada tenang dong yaaa😌. Langsung berniat banget gitu nge-update.😆

Bagaimana kabar untuk yang pada ujian? Semoga nilainya memuaskan, ya. Apa kabar buat yang lagi lelah setelah kerja? Percayalah mbak Uti sedang meng-iri dengan kalian yang sudah kelelahan dengan kerjaan.😅

Apapun itu semoga rasa syukur selalu menemani, ya 🙏. Biar ndak lupa sama yang menciptakan rasa lelah sebagai penggugur dosa.😇

Happy reading. Jangan lupa vote dan komennya.🤗

See ya🙋

Lova kalo senyum mah cantik sebenernya 😂

Giliran si Alder yang sok cool 😌
Ps. I loved this couple really much. Lagu dimulmed yang cover mereka 💕

Continuă lectura

O să-ți placă și

3.9K 491 25
Aya bertekad memutus rantai kemiskinan keluarganya di dirinya dengan cara mencari pacar orang kaya. Namun dirinya justru terjebak hubungan mutualisme...
21K 4.5K 11
"setelah 8 tahun, kita ketemu lagi dengan status yang sama." #seangkatantheseries ©jietrash, 2018.
2.3M 12.7K 26
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...
260 69 9
Rafael Fikri Pradipta: 28 tahun, aktor, penyanyi, murah senyum dan kocak, wajahnya baby face tapi ... selalu jadi sasaran empuk Berlin untuk dicakar...