Forced Kiss (END)

By finecinnamon

5.8M 111K 1.1K

18+ Adult Romance⚠️ Kisah tentang Vaniila, gadis penakut dan lugu yang terjebak dalam situasi rumit bersama R... More

Chapter 1-2. Vanilla & Reza
Chapter 3. My 'Forced' First Kiss
Chapter 4. Bastard!
Chapter 5. Reza's Ex Girlfriend
Chapter 6. Kandang Singa
Chapter 7. Gawat!
Chapter 8. I Want More, Vanilla! (17+)
Chapter 9. Reza's Life
Chapter 10. Never Fight Back
Chapter 11. Why me?!
Chapter 12. Answer me, Vanilla.
Chapter 13. Forced Confession (17+)
Chapter 14. Bye Bye Reza
Chapter 15. Malaikat Penolong atau...?
Chapter 16. It Just Begin
Chapter 17. My Boss Kissed Me, Again
Chapter 18. Menjadi 'mainan' Reza (17+)
Chapter 19. I shouldn't Love Him
Chapter 20. Mr. Perfectionist
Chapter 21. How to Kiss?
Chapter 22. Menyerah (17+)
Chapter 24. Mr. Possessive
Chapter 25. I Wanna Go Home
Chapter 26. I miss you already
cerita anaknya Reza✨

Chapter 23. Aku Menyukaimu, Vanilla

124K 3.8K 65
By finecinnamon

Bandung.

Seorang laki-laki paruh baya sedang berdiri dengan tenang di salah satu ruangan gedung tinggi di tengah kota Bandung, ia memandang ke arah luar jendela sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung celana.

Tak lama, seorang perempuan masuk ke dalam ruangan lalu melingkarkan tangannya ke pinggang laki-laki itu.

"Kamu mikirin apa, mas?"

"Aku harus ke Jakarta Ferin, aku harus menemui puteraku, dia adalah calon penerus perusahaan ini, hanya Reza yang bisa melakukannya."

"Hmmm terserah kamu aja, mas. Tapi apa kamu yakin dia mau?"

"Aku harus meyakinkan dia," jawab laki-laki itu dengan rahang yang mengeras. Ia kemudian berjalan ke arah meja kerjanya lalu menelfon seseorang.

Beberapa saat kemudian, seorang karyawan masuk dan menghampiri laki-laki itu.

"Ada yang bisa saya bantu, pak Rhendy?"

"Tolong atur ulang jadwal saya, besok saya akan pergi ke Jakarta."

"Baik pak."

Rhendy akan pergi ke Jakarta, ia akan membawa Reza kembali ke Bandung.

Reza adalah satu-satunya keturunan yang ia miliki, Reza adalah satu-satunya penerus perusahaan yang ia miliki. Dan hanya Reza-lah yang berhak dan berkewajiban untuk menggantikannya menguasai perusahaaan ini.

***

Jakarta.

Siang itu di kantor, Reza sedang fokus menatap layar komputernya sambil sesekali mengacak rambutnya sendiri.

Seorang adis yang duduk tidak jauh dari mejanya, memperhatikan. Ada apa lagi? ia terlihat frustasi, batinnya.

Gadis itu kemudian berdiri dari kursinya lalu berjalan mendekati meja Reza.

"Bos, aku izin ke pantry sebentar," ucapnya.

Reza hanya mengangguk tanpa menatap Vanilla di depannya.

Vanilla bergegas keluar ruangan, ia berjalan menuju pantry, lalu mengambil satu gelas dan sebungkus coklat hangat. Vanilla menyeduh coklat tersebut dengan air panas dan mengaduknya.

Setelah selesai, ia bergegas kembali ke ruang kerjanya sambil membawa cangkir itu. Vanilla memasuki ruangan dan melihat Reza yang masih tampak stress dengan pekerjaannya.

Vanilla mendekati meja Reza lalu meletakkan coklat hangat itu disana

Reza mendongak melihat Vanilla dengan tatapan bingung.

"Ehm... cokelat bisa memperbaiki mood, cokelat juga menenangkan dan bisa membantu mengurangi stress," jelas Vanilla pelan sambil memainkan jemarinya.

Reza mengangkat alisnya dan tersenyum mendengar penuturan gadis di depannya.

Rezapun mengambil cangkir itu dari mejanya, dan meminumanya pelan.

Sementara Vanilla tersenyum lega, sesungguhnya ia takut kalau Reza akan memarahinya.

Vanilla kemudian berbalik dan hendak kembali ke mejanya, namun terhenti ketika Reza memanggilnya.

"Vanilla, tarik kursi itu, duduk di sampingku, " ucap Reza yang masih memegang cangkirnya.

Vanilla terdiam sebentar seolah berpikir, kemudian ia menarik kursi yang berada di depan Reza dan membawanya ke samping.

Kini Vanilla duduk di samping Reza.

Reza sudah menghabiskan isi cangkir itu dan meletakkan kembali ke meja. Ia menarik kursi yang diduduki Vanilla hingga berhimpitan dengan kursinya, lalu bersandar sambil menatap Vanilla.

"Vanilla, aku gak suka cokelat," ucap Reza.

Vanilla melotot, ia mengerjap kemudian melirik ke arah cangkir cokelat yang telah kosong itu.

"Te-terus kenapa kamu minum..?" tanya Vanilla kebingungan sambil menunjuk ke cangkir itu.

"Kerena kamu membuatkannya untukku" kata Reza

Vanilla menunduk, ia merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia semena-mena membuatkan cokelat untuk Reza disaat Reza tidak menyukai cokelat?? bodoh sekali.

Reza menarik nafas pelan lalu meraih dagu Vanilla agar menatapnya.

Kenapa gadis ini selalu saja menunduk? batin Reza.

"Lain kali, buatkan aku teh chamomile kalau kamu mau ngasih minuman untukku," ucap Reza tersenyum lembut.

Vanilla mengangguk pelan, tetapi Reza menyadari wajah Vanilla yang terlihat sedih.

Reza mengusap pipi gadis itu dengan lembut.

"Jangan sedih," ucap Reza lalu mengecup pipi Vanilla.

Vanilla sedikit tersentak, ia kembali menunduk. Gadis itu mengaitkan dan memainkan jemarinya, wajahnya memanas, ia bersemu merah.

Reza tersenyum geli melihat Vanilla yang tersipu, ia kemudian melepaskan kaitan jemari Vanilla lalu mengggenggam satu tangan Vanilla.

Reza kemudian kembali fokus ke komputernya, tanpa melepaskan genggangaman tangan mereka

Vanilla terdiam, ia hanya memperhatikan Reza dari samping dengan wajah yang memerah, jantungnya berdegup kencang.

Vanilla kembali berusaha tenang, ia melihat ke arah meja Reza yang dipenuhi kertas-kertas.

Vanilla kagum pada Reza, di usianya yang baru menginjak 19 tahun, Reza sudah memiliki tanggung jawab yang sangat besar.

Walaupun Reza kadang masih suka labil dan belum bisa mengontrol emosinya, namun ia paham. Menjadi pemimpin utama perusahaan sebesar ini pasti tidak mudah, apalagi Reza juga masih harus berkuliah.

"Vanilla."

Suara itu menyadarkan Vanilla.

"Hm?" tanyanya pelan

"Nanti pulang kerja nonton yuk," ucap Reza tanpa melepas tatapannya dari komputer.

Vanilla terdiam, menonton? ah, sudah lama sekali Vanilla tidak nonton bioskop.

Vanillapun mengangguk semangat. "Ayo!" ucapnya.

"Tapi nonton di apartemenku," lanjut Reza membuat Vanilla tidak jadi bersemangat.

Yang benar saja! Kalau menonton di apartemen Reza nanti bukan menonton malah berbuat mesum! batin Vanilla kesal.

"Nggak mau," ucap Vanilla buru-buru lalu melepas genggaman Reza ditangannya.

Reza terkekeh geli melihat reaksi Vanilla.

"Tenanglah Vanilla, aku cuma mau nonton denganmu, aku janji gak akan aneh-aneh."

Vanilla menatap Reza dengan ragu, lalu perlahan ia mengacungkan jari kelingkingnya.

"Janji..?"

Reza tersenyum melihat kelingking mungil Vanilla.

Rezapun meraihnya dan mengaitkannya dengan kelingkingnya yang berukuran lebih besar.

"Janji."

***

Pukul 7 malam.

Saat ini, Vanilla sudah berada di apartmen Reza.

Sebelum kesini, ia kembali ke apartemennya untuk mandi dan mengganti pakaiannya menjadi lebih santai. Vanilla juga membawa sebungkus popcorn kernels dari dapurnya.

Kini ia sedang berdiri di depan microwave dapur Reza sambil memperhatikan kepingan biji jagung yang meletup-letup.

Vanilla begitu bersemangat, ia dan Reza rencananya akan menonton film lama berjudul Forrest Gump.

Reza sudah santai berbaring di sofabed yang letaknya tepat di depan layar TV besar miliknya, ia meletakkan banyak bantal empuk sebagai penyangga kepalanya dan kepala Vanilla, ia juga sudah mematikan lampu utama dan menyalakan lampu kecil di dekat meja sehingga sekarang ruangan itu menjadi remang-remang, sangat pas untuk bercinta, eh, menonton film maksudnya

Reza melihat Vanilla yang bergegas ke arahnya sambil membawa semangkuk besar popcorn.

"Ayo mulai!" ucapnya  semangat sambil ikut menyandarkan punggungnya pada bantal-bantal empuk di samping Reza.

Reza tersenyum geli melihat Vanilla, pertama kalinya Reza melihat ekspresi Vanilla yang seperti itu.

Rezapun mengambil remote dan mulai memainkan filmnya.

***

Film belum lama dimulai, Vanilla masih fokus menatap layar sambil memakan popcorn. Ia melirik ke Reza yang juga sedang asyik menonton.

Vanilla mengambil beberapa popcorn di pangkuannya lalu menyodorkan tangannya ke mulut Reza.

Reza menyadarinya dan segera memakan popcorn itu dari tangan Vanilla.

Reza kemudian melihat Vanilla tersenyum, meskipun gelap, namun ia tetap bisa melihat wajah Vanilla. Cantik sekali, batinnya.

Tiba-tiba Reza mengecup bibir Vanilla dengan cepat, membuat gadis itu tersentak.

Vanilla mengerjap seperti ingin mengatakan sesuatu namun tubuhnya sudah ditarik mendekat oleh Reza, ia bahkan hampir menjatuhkan mangkuk popcorn nya.

Reza mengambil mangkuk popcorn itu lalu meletakkannya di pinggir sofabed.

Reza memeluk Vanilla hingga kepala Vanilla menempel di dadanya. Ia kemudian mengelus rambut Vanilla pelan.

Satu tangannya ia lingkarkan di punggung Vanilla, menekan Vanilla agar tidak menjauh darinya.

"Re..Reza.. kamu kan udah janji.." ucap Vanilla pelan tanpa menatap Reza.

"Aku kan cuma meluk kamu, gak aneh-aneh."

Vanilla menelan ludahnya, posisinya saat ini memang nyaman, ia masih bisa melihat ke layar TV meskipun kepalanya menempel di dada Reza.

Namun tetap saja, ia sekarang jadi gugup, jantungnya berdegup kencang.

Bagaimana ini?? batinnya khawatir.

"Aku.. bisa merasakan degup jantungmu Vanilla" kata Reza pelan

Vanilla melotot lalu bergerak cepat menarik dirinya dari pelukan Reza, namun lelaki itu tidak membiarkan.

Reza kembali menarik Vanilla dan membuat gadis itu kembali ke tempatnya, di pelukan Reza.

Vanilla memejamkan matanya. Ini benar-benar memalukan! Rasanya Vanilla ingin menggali lubang lalu melompat ke dalamnya. Ia sangat malu!

Vanilla kemudian berusaha kembali tenang, ia membuka matanya dan menarik nafas dalam lalu membuangnya.

"Reza..?" panggil Vanilla pelan.

Reza tidak menjawab, ia masih fokus pada layar TV.

"Reza.. aku boleh nanya?"

"Tentu," jawab Reza.

"Ehm.. ayahmu, kemana?"

Vanilla nekat bertanya seperti ini, ia tidak tau lagi bagaimana caranya supaya Reza teralihkan dan tidak semakin menyadari degup jantungnya yang tak karuan.

Vanilla mendengar Reza yang berdecak dan menghela nafasnya kasar, apa ia marah? batin Vanilla.

Vanilla kemudian mendongak sedikit dan menatap Reza.

"Jangan marah.." ucap Vanilla lirih lalu mengelus dada Reza pelan.

"Aku gak marah Vanilla," jawab Reza.

"Ayahku udah pergi.. dia sekarang tinggal dengan istri barunya," jawab Reza dengan rahang yang mengeras.

Vanilla menyadari itu, ia menelan ludahnya, sepertinya ia telah membuat mood Reza rusak.

"Reza.." panggil Vanilla lagi.

"Kenapa waktu SMA, kamu sering gangguin aku?" tanya Vanilla ragu.

Vanilla berusaha mengganti topik dengan menanyakan hal itu pada Reza, walaupun sesungguhnya ia juga penasaran kenapa Reza seperti itu padanya dulu.

Reza kemudian menatap Vanilla, wajahnya kembali tenang.

"Aku menyukaimu."

Vanilla melotot mendengar ucapan Reza, sepertinya ia salah tanya, sekarang jantungnya kembali berdebar, bahkan semakin kencang.

"Su.. suka? Mana ada su-suka kaya gitu?" tanya Vanilla terbata.

Reza tersenyum, ia kembali mengelus pelan rambut Vanilla.

"Awalnya aku gak ada niat untuk mengganggumu Vanilla, aku cuma ingin mendekatimu dengan cara normal."

"Tapi gaktau kenapa, tiap kali aku berusaha ngobrol denganmu, kamu selalu menghindar, lalu menjauh dariku."

"Kamu selalu kabur tiap kali gak sengaja ketemu aku di kantin, kaya orang liat hantu."

"Aku jadi kesal, maksudku, aku bahkan belum melakukan apapun tapi kamu kaya udah nolak aku."

Vanilla masih menatap Reza yang menjelaskan secara panjang, sementara Reza menghela nafas lalu tersenyum.

"Akhirnya aku memutuskan untuk mendekatimu dengan cara lain, yaitu mengganggumu," ucap Reza sambil tersenyum.

"Aku berharap kamu akan marah besar, bahkan aku udah siap kamu tampar."

"Karena aku pikir hanya dengan cara itu aku bisa membuatmu dekat denganku, aku berharap lama-lama kamu akan luluh dan menerimaku."

"Itu rencana awalnya. Tapi semuanya gagal karena reaksi kamu yang bikin aku bingung. Kamu gak marah, kamu gak nampar aku, kamu cuma diam."

Reza kemudian berhenti menjelaskan, ia kembali melihat ke Vanilla yang sedang fokus menatapnya, seolah menunggu ucapan selanjutnya.

"Sampe akhirnya kamu secara terpaksa ngasih tau aku alasan kamu menghindar, dan gaktau kenapa, hal itu justru bikin aku semakin suka sama kamu," lanjut Reza.

Reza menatap Vanilla dengan lekat.

"Maafin aku Vanilla, maaf karena udah berbuat jahat sama kamu selama ini, aku mengakui semua kesalahan itu, aku ngerasa kaya pecundang yang gak berhasil dapet perhatian kamu, dan malah nyakitin kamu dengan cara itu."

Reza menghela nafasnya pelan.

"Kayanya aku terlalu suka sama kamu sampai menghalalkan segala cara untuk dapetin kamu."

Vanilla yang mendengar iti terdiam membeku. Sepertinya ia menahan nafas sejak tadi, ia benar-benar tidak bisa bereaksi apapun, seluruh tubuhnya terasa kaku.

"Bagaimana denganmu?" tanya Reza setelah beberapa lama hening.

"Bagaimana perasaan kamu ke aku, Vanilla?"

Vanilla tersentak, ia buru-buru membuang wajahnya dan kembali menatap ke layar TV.

Vanilla berusaha sekeras mungkin untuk tidak menatap Reza karena wajahnya sekarang pasti sangat merah.

Reza tersenyum melihat Vanilla yang memalingkan wajahnya, ia kemudian mengelus rambut gadis itu.

"Gak apa-apa, aku gak maksa," ucap Reza pelan.

Vanilla semakin berdegup kencang.

Vanilla tidak tahu jawabannya, ia tidak tau bagaimana perasannya pada Reza.

Meskipun ia selalu berdegup kencang tiap berdekatan dengan Reza, tetap saja ia ragu akan perasannya sendiri.

-bersambung

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 118K 27
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
2.1M 17.5K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
158K 11.5K 26
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
16.3M 607K 35
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...