Forced Kiss (END)

By finecinnamon

5.8M 111K 1.1K

18+ Adult Romance⚠️ Kisah tentang Vaniila, gadis penakut dan lugu yang terjebak dalam situasi rumit bersama R... More

Chapter 1-2. Vanilla & Reza
Chapter 4. Bastard!
Chapter 5. Reza's Ex Girlfriend
Chapter 6. Kandang Singa
Chapter 7. Gawat!
Chapter 8. I Want More, Vanilla! (17+)
Chapter 9. Reza's Life
Chapter 10. Never Fight Back
Chapter 11. Why me?!
Chapter 12. Answer me, Vanilla.
Chapter 13. Forced Confession (17+)
Chapter 14. Bye Bye Reza
Chapter 15. Malaikat Penolong atau...?
Chapter 16. It Just Begin
Chapter 17. My Boss Kissed Me, Again
Chapter 18. Menjadi 'mainan' Reza (17+)
Chapter 19. I shouldn't Love Him
Chapter 20. Mr. Perfectionist
Chapter 21. How to Kiss?
Chapter 22. Menyerah (17+)
Chapter 23. Aku Menyukaimu, Vanilla
Chapter 24. Mr. Possessive
Chapter 25. I Wanna Go Home
Chapter 26. I miss you already
cerita anaknya Reza✨

Chapter 3. My 'Forced' First Kiss

180K 5.5K 33
By finecinnamon

***

***

Chapter 3. My Forced First Kiss

Flashback dimulai.

Suatu hari yang cerah di ruang guru, Vanilla sedang membantu salah satu gurunya yaitu Bu Yani. Ia membantu menyusun modul untuk praktek Biologi murid kelas Bu Yani.

Vanilla memang murid yang disukai banyak guru di sekolahnya karena sifatnya yang sopan dan ramah. Vanillapun senang membantu guru-guru disini, meskipun Vera sudah beberapa kali menyuruhnya untuk menolak.

Tiba-tiba, terdengar suara dari luar ruangan guru tersebut.

"Kalian bertiga lagi, kalian bertiga lagi! Kenapa sih gak kapok-kapok kalian bikin ulah??"

"Sekarang, masuk kalian!"

Vanilla dan Bu Yani sontak menengok ke arah suara, disana terlihat pak Tobir yang sedang memarahi dan menuntun tiga orang murid laki-laki ke dalam ruang guru tersebut

"Duduk!" bentak pak Tobir pada tiga murid itu.

Dengan seksama, Vanilla memperhatikan ketiga murid laki-laki itu. Mereka sedang mengikuti pak Tobir dan berjalan menuju sofa panjang di ruang guru.

Sofa itu jaraknya tidak terlalu jauh dari meja Bu Yani, tempat Vanilla duduk saat ini.

Tiga murid tersebut sekilas melirik ke arah Vanilla, wajah mereka terlihat seperti orang suntuk namun tetap cengengesan, tidak menunjukan ekspresi takut meskipun telah dibentak-bentak oleh pak Tobir yang terkenal sebagai guru tergalak di sekolah itu.

Vanilla memperhatikan ketiga murid tersebut hingga ia fokus ke salah satu dari mereka.

Oh tidak, batin Vanilla saat melihat murid itu tersenyum miring ke arahnya.

Vanilla sontak mengalihkan pandangannya dan menggeleng cepat, ia kembali fokus menyusun modul-modul yang ada di depannya, ia berusaha rileks meskipun jantungnya berdegup kencang.

Jantung Vanilla memang selalu berdegup kencang tiap kali berhadapan dengan cowok itu. Namun bukan, bukan karena gugup, melainkan takut.

Lagipula untuk apa Vanilla gugup? memangnya dia sedang jatuh cinta? pada cowok mesum itu? Huh amit-amit, batinnya.

Vanilla mendengar pak Tobir yang sedang menasihati ketiga murid itu, mereka hanya diam mendengarkan dan sesekali menjawab seadanya.

Kalau Vanilla tidak salah dengar, pak Tobir sedang memarahi mereka karena bolos kelas dan malah nongkrong di kantin.

Setelah itu, pak Tobir meninggalkan mereka dan bergegas pergi keluar, tetapi ketiga murid tersebut tetap duduk di sofa dan tidak berpindah.

Vanilla memberanikan diri melirik sedikit ke arah mereka, dan pada saat itu juga matanya bertemu dengan mata Reza yang sudah menatapnya dengan lekat, membuatnya kembali mengalihkan pandangan dengan cepat.

"Ini totalnya ada 32 bu," kata Vanilla setelah selesai menyusun modul-modul Biologi tersebut.

"Baik nak Vani, terima kasih banyak ya sudah mau membantu ibu," kata Bu Yani.

"Iya ibu sama-sama," jawab Vanilla sambil tersenyum.

"Kalau begitu ibu minta tolong bawain ke perpus ya, karena kalau di meja ibu terlalu penuh," pinta Bu Yani.

"Oh, iya bu, tapi kayanya Vani gak kuat bawa sebanyak ini," ucap Vanilla melihat tumpukkan modul-modul di depannya.

Modul tersebut memang tidak terlalu tebal, namun karena jumlahnya yang banyak, Vanilla merasa tidak akan sanggup membawanya sendirian.

"Iya juga ya, bagaimana ya.." ucap Bu Yani tampak berpikir.

"Ah kamu, siapa namamu?" tanya Bu Yani sedikit berteriak sambil menunjuk ke arah tiga murid yang duduk di sofa.

"Saya bu? Saya Naufal bu," jawab murid laki-laki yang ditunjuk oleh bu Yani.

"Iya, Naufal tolong bantu Vanilla bawa modul-modul ini ke perpus ya?"

Naufal baru saja hendak berdiri dan menghampiri meja Bu Yani, namun tangannya ditarik hingga ia kembali terduduk di sofa tersebut.

"Biar saya aja bu yang bantu."

Vanilla yang mendengar itu langsung menengok dan melotot ke arah suara tersebut.

Dengan wajah panik, ia melihat Reza yang berdiri dan menghampiri meja bu Yani sembari tersenyum.

"Eh, gak usah deh bu, saya bawa sendiri aja, gakpapa kok saya kuat!" ucap Vanilla buru-buru, sambil berusaha mengangkat semua modul dari meja bu Yani.

Reza dengan jelas melihat raut wajah Vanilla yang panik, ia kemudian merebut modul-modul tersebut dari tangan Vanilla.

"Gakpapa Vanilla, biar aku bantu," kata Reza sambil tersenyum miring pada Vanilla.

"Eh tapi.." ucap Vanilla semakin panik.

"Ya sudah kalau begitu tolong bantu Vanilla bawa ke perpus ya nak?" kata Bu Yani pada Reza.

"Dengan senang hati bu."

Reza tersenyum dan melirik sekilas ke arah Vanilla, ia kemudian berjalan ke luar ruang guru sambil membawa banyak modul di tangannya, dan menyisakan tiga buah modul di meja bu Yani.

Kenapa tanggung? kenapa gak sekalian semua aja dibawa sendiri?? batin Vanilla kesal.

Vanilla melihat sisa modul tersebut dan segera membawanya ke luar setelah pamit pada bu Yani.

***

Vanilla mengikuti langkah Reza dari belakang dengan perasaan was-was.

Pada saat itu, Reza sudah sering mencari gara-gara dengan Vanilla, ia sering menggoda, melirik sambil menyeringai, menatap dari atas ke bawah dengan matanya yang tajam.

"Gak usah gugup gitu dong beb."

Vanilla seketika menghentikan langkahnya saat mendengar perkataan Reza barusan.

Gugup? beb? yang benar saja! batinnya kesal.

"Kita udah sampe nih, mau sampe kapan kamu mandangin aku terus?" tanya Reza dengan senyuman miringnya.

Vanilla tersadar dari lamunannya dan melihat ke arah samping. Vanilla dan Reza saat ini sudah berada di depan perpustakaan sekolah. Suasana perpustakaan itu sepi karena sekarang jam pelajaran masih berlangsung.

Vanilla merutuki dirinya sendiri, kenapa ia tidak menyadari kalau mereka sudah sampai? mungkin karena ia terlalu banyak melamun.

Vanilla buru-buru membuka pintu perpustakaan diikuti Reza yang berjalan membawa modul-modul tersebut sambil senyam-senyum.

Vanilla meletakkan modul yang ia bawa di salah satu meja besar ditengah perpustakaan tersebut. Reza juga meletakkan buku-buku yang ia bawa disitu.

Setelah selesai, Vanilla langsung bergegas pergi ke arah pintu keluar perpustakaan tanpa menengok Reza.

Vanilla tahu Reza mengikutinya dari belakang. Hal tersebut membuat gadis itu panik dan semakin mempercepat langkahnya hingga keluar dari perpustakaan.

Vanilla berjalan ke samping perpustakaan, kini ia berlari kecil

Hingga tiba-tiba sesuatu menarik lengannya.

"Tunggu dulu."

Vanilla menengok dan melihat Reza yang menarik lengannya.

"Apaan sih?" kata Vanilla sambil melepaskan tangan Reza dengan kasar.

"Gak ada ucapan terima kasih?" tanya Reza.

"Untuk apa? kan bu Yani yang minta tolong ke kamu, bukan aku!" jawab Vanilla tanpa melihat wajah Reza.

"Tapi bu Yani minta aku untuk nolong kamu bawa modul-modul itu, berarti aku nolong kamu kan?" tanya Reza sambil tersenyum dan mengangkat alisnya.

Vanilla menelan ludahnya.

"I-iya.." jawab Vanilla ragu.

"Kalau gitu, makasih," ucapnya cepat-cepat dan segera pergi dari hadapan Reza.

Reza kembali menarik lengan Vanilla dan secara tiba-tiba mendorong gadis itu ke sisi tembok samping gedung perpustakaan.

Oh tidak, tidak! ini bahaya! danger! please! send help! batin Vanilla berkecamuk.

Vanilla tersentak saat merasakan punggungnya menyentuh tembok.

Sedangkan Reza, ia meletakkan kedua tangannya di sisi kanan kiri kepala Vanilla sehingga gadis itu terkurung dihadapannya.

Reza menunduk berusaha menyejajarkan wajahnya dengan wajah Vanilla, wajah mereka kini sangat dekat hingga Vanilla bisa merasakan terpaan nafas Reza diwajahnya.

Mata Reza menatap mata Vanilla dengan tajam membuat gadis itu mematung. Kali ini, tidak ada senyuman ataupun seringai jahat di wajah cowok itu.

Beberapa saat Vanilla menatap Reza. Menatap kedua mata itu dengan dalam.

Hingga Vanilla kembali ke kesadarannya, saat ia merasakan wajah Reza yang semakin dekat dengan wajahnya.

Seperti ada setan yang mengikat tubuhnya, Vanilla tidak bisa bergerak. Padahal Reza tidak menyentuhnya sama sekali.

Hingga akhirnya, Vanilla merasakan sesuatu yang kenyal mendarat dibibirnya.

Cup.

Reza menempelkan bibirnya di bibir Vanilla.

Vanilla masih mematung memikirkan apa yang sedang terjadi saat ini.

Ciuman? Apa ini yang dinamakan ciuman?

Rasanya.. hangat.

Apa?! Ciuman?!!

Vanilla akhirnya kembali ke kesadarannya, ia mulai memberontak dan memukul-mukul dada Reza.

"Hmphhh... hmpph!" Vanilla bergumam tidak jelas dan berusaha melepaskan ciuman itu.

Reza menangkap kedua tangan Vanilla yang sedang memukul-mukul dadanya dan meletakkanya dengan paksa pada tembok di kedua sisi kepala Vanilla, sehingga kini Vanilla tidak bisa bergerak.

Vanilla belum menyerah, ia berusaha menendang Reza namun tidak berhasil karna Reza yang sudah menahan kedua kaki Vanilla dengan kakinya.

Bukannya melepaskan, Reza justru memperdalam ciuman itu, ia mulai melumat dan menghisap bibir Vanilla, memaksa Vanilla untuk membuka mulut meskipun Vanilla tidak juga bergerak.

Reza lalu menggigit bibir bawah Vanilla hingga gadis itu meringis, Reza menggunakan kesempatan itu untuk memasukan lidahnya ke dalam mulut Vanilla, ia mulai menjelajahi isi mulut gadis itu dengan lidahnya.

Selama beberapa menit Reza melakukan aksinya, hingga akhirnya ia melepaskan ciuman itu secara perlahan.

Vanilla menarik nafas dalam, ia terengah-engah karena kekurangan oksigen. Reza menatapnya sambil tersenyum.

"Enak?" tanya Reza sambil tersenyum dan mengangkat kedua alisnya.

Enak jidatmu!!! batin Vanilla emosi, rasanya ia ingin berteriak di depan wajah cowok itu.

Vanilla segera melepaskan tangan Reza yang mengunci tangannya dan mendorongnya menjauh.

Vanilla menatap Reza dengan penuh amarah. 

Dasar brengsek! bisa-bisanya dia melakukan hal senonoh seperti ini?! Apalagi ini kan di sekolah!

Sial! Kenapa juga tidak ada orang disini?! batin Vanilla menggebu-gebu.

Akhirnya Vanilla berlari menjauh dari Reza.

Rasanya Vanilla ingin menangis, cowok mesum itu baru saja merenggut first kiss-nya. Padahal Vanilla hanya mau melakukan itu dengan pacarnya kelak, tapi Reza sudah mencurinya terlebih dahulu.

Reza si PK adalah pelakunya!

Flashback selesai.

***

"Pan?"

"Pan?"

"Panili!"

Vanilla tersentak mendengar teriakkan Vera. "Ehhh iya kenapa?" tanya Vanilla yang baru saja tersadar dari lamunan panjangnya.

Vanilla sedari tadi mengingat kejadian saat Reza mencuri ciuman pertamanya yang sudah ia jaga sejak dulu. Vanilla benar-benar frustasi kalau mengingat kejadian itu

"Besok malem minggu kan si Laura ngundang kita ke acara ultahnya tuh, dateng kan lu?" tanya Vera pada Vanilla.

"Ahh iya ya, dateng dong..."

"Eh!" Vanilla tiba-tiba teringat sesuatu.

"Ngapa?" tanya Vera.

"Ehm engga deh aku gak dateng, gak bisa Ver," ucap Vanilla ragu.

"Lah, kenapa?" tanya Vera bingung.

"Ehm.. aku mau ke toko bunga Ver."

"Toko bunga? Kan malem minggu lu gak kerja Pan?"

"Eh.... hehe iyaya," jawab Vanilla linglung.

"Lu tuh gak bisa bohong Pan, jelek bat lu kalo boong, gak ahli!"

"Ish... masalahnya... anu..."

"Anu apa?"

"Pasti si Reza dan temen-temennya pada dateng kan, aku males Ver!" jawab Vanilla cemberut.

Vanilla benar-benar tidak mau bertemu dengan si PK itu. Mulai saat ini, ia akan berusaha lebih keras lagi untuk menghindari Reza bagaimanapun caranya.

Maka dari itu, Vanilla tidak akan datang. Titik.

-bersambung

Continue Reading

You'll Also Like

303K 12.3K 32
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
5M 273K 54
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
622K 99.3K 39
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
2M 156K 25
Mati dalam penyesalan mendalam membuat Eva seorang Istri dan juga Ibu yang sudah memiliki 3 orang anak yang sudah beranjak dewasa mendapatkan kesempa...