Diantara Rinai Dosa (Sudah te...

By NonyVinna

121K 7.3K 330

Arinda koma selama empat bulan dan saat terbangun dari komanya, ternyata ia sedang mengandung. Ini bukan beri... More

Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Dinatara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Dinatara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa
Diantara Rinai Dosa

Diantara Rinai Dosa

4.2K 289 4
By NonyVinna

Akhirnya Faruq sudah dirawat di ruang rawat anak- anak. Kondisinya lebih baik, hanya masih tampak lemas dan sedikit rewel.

Sore itu, ruangan tempat Faruq dirawat, begitu ramai karena kehadiran teman- teman kerja Arinda. Celotehan- celotehan Desi membuat suasana sedikit gaduh. Tapi membuat Arinda merasa senang.

Arinda sedang memangku Faruq yang sedang minum ASI melalui botol dotnya.
Mata kecilnya mengerjap- ngerjap melihat wajah bundanya.

"Oh, iya." Desi teringat sesuatu. Ia mengambil amplop dari tasnya." Ini, jangan ditolak ya. Buat Faruq," Desi menyerahkan amplop berisi uang ke tangan Arinda.

Arinda bengong.

" Jangan lihat jumlahnya, tapi lihat dari ketulusan kami untuk sedikit membantu pengobatan Faruq. Walau ada kartu kesehatan, tetap aja ada yang tetap harus dibayar, kan?" ujar Desi.

Dengan ragu-ragu menerima amplop dari Desi.

"Kenapa?" Desi merasa ada sesuatu yang kurang beres dengan ekspresi Arinda.

"Mmmm, bukannya pak Umar sudah kasih ke aku. Uang dari kalian?"Arinda menatap Desi dan teman- temannya.

Desi dan yang lainnya pun saling melempar pandangan, heran.

" Ih, gak ada. Mungkin itu uang pribadi dari pak Umar. Kita kan, baru tadi siang kumpulin uangnya untuk bantu kamu." Jelas Desi.

"Oh, begitu ya."

--------------

Sehabis magrib mak Siti dan ibunya Arinda datang dengan membawa makanan dan juga baju ganti untuk Arinda.

Tak lama mereka sampai di ruangan Faruq, Umar dan mami datang. Mak Siti tampak senang dengan kedatangan mereka. Lalu memperkenalkan mereka kepada ibunya Arinda.

Faruq sedang tertidur. Mami Umar mencium pelan pipi Faruq. Lalu tiga wanita itu terlibat obrolan. Arinda baru saja datang setelah berganti pakaian dan shalat. Ia terkejut dengan kedatangan Umar dan maminya.

Mami Umar memang orang yang mudah akrab dengan orang lain. Terlihat ia begitu lepas saat berbincang- bincang dengan mak dan ibu Arinda.

Umar melirik sebentar ke Arinda yang tampak cuek dengan kehadirannya. Entah, sepertinya Arinda sedikit kesal.

Ponsel Umar berdering, lalu ia pun cepat- cepat mengangkat telepon dan berjalan ke luar ruangan. Ia berdiri di depan ruangan Faruq sambil berbicara dengan seseorang melalui ponselnya.
Arinda ikut ke luar. Menunggu Umar sampai selesai berbicara.

Umar akhirnya menutup teleponnya, dan sedikit kaget dengan kehadiran Arinda di belakangnya. Ia membalikkan tubuhnya, berhadapan beberapa meter dengan Arinda.

"Ada apa?" Umar seperti tahu bahwa wanita itu ingin berbicara sesuatu padanya.

" Kenapa harus berbohong?"

"Maksud mu?" Umar menautkan alisnya.

"Uang yang waktu itu anda kasih. Kenapa harus mengatas namakan teman- teman?" Tatapan Arinda sedikit tajam."Tadi sore, mereka memberi saya uang. Mereka bilang, baru hari ini mereka mengumpulkan uang untuk membantu Faruq. "

Umar menarik nafas, lalu menghempaskannya dengan cepat.

"Masalah seperti ini gak usah dibesar-besarkan." Sahut Umar.

Arinda tampak kesal.

"Tapi kenapa harus berbohong?"

"Karna, yang saya tau.Jenis perempuan seperti kamu, kalau saya bilang langsung  itu dari saya pribadi. Kamu pasti akan menolaknya." Jelas Umar.

"Hah, rupanya anda sangat paham tipe-tipe wanita," Arinda menyeringai.

" Tentu saja, karna kehidupan ku  selalu dikelilingi wanita." tandasnya dengan nada sedikit meninggi.

Arinda merasa dadanya panas.

"Saya gak suka cara anda."

"Terus?" tantang Umar.

"Saya gak mau, ada hutang budi. Donor darah itu saja, sebenarnya cukup membuat saya merasa berhutang."

" Sudahlah, aku bukan tipe pria yang minta balas budi." Umar menatap Arinda dengan senyuman tipis.

"Uang anda akan saya kembalikan." Arinda sedikit berani membalas tatapan Umar.

"Oke, terserah kamu." sahut Umar dengan nada dingin.

-----------

Arinda sudah kembali bekerja, setelah empat hari ijin. Pekerjaannya tentu sangat menumpuk.

Sore ini adalah jadwal belajar Al Qur'an. Ia membimbing beberapa teman wanitanya belajar mengaji. Di bagian pria, Umar dan karyawannya pun sedang belajar.

Betapa Umar sangat bersyukur, karena Allah memberikan ia kesempatan untuk memperbaiki dirinya. Ia merasa lebih baik setelah benar- benar memutuskan berhijrah, kematian papi membuat ia sadar bahwa setiap jengkal kehidupan sangat berarti untuk diisi dengan terus melakukkan perbaikan karena kematian datang dengan tidak terduga.

Arinda dapat mendengar dengan jelas setiap kali Umar mengaji. Semakin hari, bacaan Al Qur'an nya semakin baik. Arinda merasa Umar adalah orang yang cepat sekali dalam belajar. Dan tentu menjadikan pria itu memiliki point plus di matanya.

Usai belajar, semua pulang. Tinggal Arinda yang masih mengemasi barang- barangnya. Ia sadar, Umar masih berada di mushalla itu.

"Pak Umar!" panggilnya dari balik kain hijab.

"Ehmmmm." sahutnya. Ia asyik dengan ponselnya, membalas chat dari beberapa temannya.

"Ini," Arinda menyodorkan amplop berisi uang melalui bagian bawah hijab, ia sedikit mendorong amplop itu agar Umar bisa mengambilnya." Uang anda, saya kembalikan."

Umar melihat amplop yang baru saja Arinda sodorkan. Ia tak langsung memungutnya.

"Maaf, sempat terpakai. Jadi, baru saya kembalikan separuhnya. Yang separuh lagi, akan saya kembalikan saat gajian." ujar Arinda.

Umar selesai dengan chatnya, kemudian menutup ponselnya."Oke." Sahutnya. Lalu tanpa banyak bicara, ia ambil amplop itu lalu pergi.

Sikap Umar itu entah mengapa membuat irisan di hati Arinda. Perih.

-------------

Harri malam itu berpakaian cukup rapi, ia pergi menuju rumah mak Siti. Dengan membawa sekotak kue dan juga sepaket buah- buahan yang terbungkus cantik dengan plastik dan pita berwarna pink.

Arinda baru saja selesai menyuapi Faruq. Menyadari kedatangan Harri, Arinda memanggil mak. Wanita paruh baya itupun ke luar dari kamarnya. Ia merapikan jilbabnya, lalu ke teras menyambut kedatangan Harri.

Arinda menyuruh mbak Galuh membawa Faruq ke kamar. Entah mengapa perasaan Arinda sedikit aneh. Ia duduk di sofa ruang tamu dan mengintip dari tirai jendela ruang tamu. Ia melihat Harri tampak serius berbicara dengan mak.

Samar ia mendengarkan pembicaraan mereka.

"Jadi, kedatangan saya malam ini..." agak bergetar suara pria itu. Membuat mak Siti penasaran.

"Saya mau melamar Arinda." ujarnya dengan mantab. Mak Siti ternganga sesaat, kemudian tersenyum.

Arinda yang mendengarnya, jantungnya terasa ingin lepas. Tubuhnya tiba- tiba gemetar.

"Alhamdulillah, ini yang mak tunggu. Akhirnya kamu melamar Arinda."Mak hargai keberanian mu. Mak sih, setuju saja."

Harri bahagia dengan ucapan mak Siti.

"Tapi, diterima atau tidaknya. Itu tergantung Arinda." kata mak kemudian. Harri mengangguk.

Arinda menghela nafas, otaknya terasa tak berfungsi sebagaimana mestinya. Apa ia harus senang atau ... Ahhh, kepalanya terasa berdenyut.

"Nak Harri, beri kami waktu satu minggu untuk memberikan jawaban, ya." pinta mak.

"Iya, mak." Sahut Harri.

Arinda masuk ke kamarnya, mbak Galuh sudah menidurkan Faruq. Wanita kurus itu pun pergi dari kamar Arinda.

Arinda memandangi wajah tanpa dosa yang tidur pulas di hadapannya. Harus kah ia menerima lamaran Harri? Dan apakah ia harus membeberkan aibnya kepada pria baik itu? Bahwa dulu ia hamil tanpa menikah.

Kepalanya kini serasa berputar-putar. Dadanya semakin sesak. Bulir-bulir bening mulai berguguran membasahi wajahnya.

---------

Continue Reading

You'll Also Like

81.8K 452 5
cerita-cerita pendek tentang kehamilan dan melahirkan. wattpad by bensollo (2024).
711K 3.5K 10
Warning konten 21+ yang masih dibawah umur menjauh. Sebuah short story yang menceritakan gairah panas antara seorang magang dan seorang wakil rakyat...
Balance Shee(i)t By Raa

General Fiction

60K 5K 41
Padahal kan ingin Mosha itu agar mereka dijauhkan bukan malah didekatkan. -·-·-· Mosha, mahasiswi jurusan akuntansi ingin kehidupan kuliahnya seperti...
69.1K 6.2K 30
⚠️ Region BL. Yang Homopobia silahkan menjauh ⚠️ Bagi Aklesh hidup nya terasa monoton, tidak ada tantangan atau pun kisah menarik didalam catatan hid...