○ RIVAL (Karma x Reader x Asa...

By alienbaejing

122K 17.8K 4.2K

Rival , seseorang yang dianggap setara serta dapat diajak bersaing dan berlomba-lomba dalam suatu hal. Itulah... More

PROLOG
Keping 1
Keping 2
Keping 3
Keping 4
Keping 5
Keping 6
Keping 7
Keping 8
Keping 9
Keping yang hilang
Keping 10
Keping 11
Keping 12
Keping 13
Keping 14
Keping 15
Keping 16
Keping 17
Keping 18
Keping 19
Keping 20
Keping 21
Keping 22
Keping 23
Keping 24
Keping 25
Keping 26 (Special)
Keping 27
Keping 29
Keping 30
Keping 31
Keping 32
Keping 33
Keping 34
Keping 35
Keping 36
Keping 37
Keping 38
Keping 39
🍁
🌿

Keping 28

1.3K 234 27
By alienbaejing

a/n : HAII!!

Minna ada yang kangen FF ini kah? :> huhuu seidew kembali update di hari libur kali ini semoga reader semua suka yaaaw


kuyy vote dan komentarnya jangan sampai kelewatan owkayy ;)











Keping 28

"LOH KARMA-KUN KENAPA DISINI?"

"Dasar mengganggu saja."

"Sudah jelas kan? Aku kemari ya untuk mengikuti seleksi juga."

Siswa bersurai merah itu menyempil di antara siswa lelaki surai strawberry blonde dengan siswi bersurai h/c. Mereka tengah berkumpul bersama siswa lain yang sama – sama akan mengikuti seleksi untuk menjadi anggota komite dan OSIS SMA Kunugigaoka.

Di mimbar sana Dewan Komite sedang berpidato untuk pembukaan seleksi komite dan OSIS. Rachel sensei , guru yang dikenal tegas, galak dan penuh kharisma. Walaupun galak tapi ia tetap menjadi panutan para siswanya karena jika ia berpidato tidak akan panjang lebar seperti guru – guru lain pada umumnya.

Singkat padat jelas.

"Sekarang langsung saja pengkondisian, untuk seleksi OSIS dilaksanakan di auditorium sedangkan untuk komite disini ya di aula. Baik sekarang silahkan bubar dan bersiap untuk wawancara."

Para siswa beranjak dari tempat duduknya masing masing. Sepertiganya keluar dari aula dan menuju auditorium. Sudah dipastikan mereka yang keluar adalah pendaftar untuk seleksi OSIS.

"[name] kita pergi ya." Pamit seorang yang duduk di depan [name], dia Isogai. 

Isogai bersama dua anak kelas B lainnya beranjak dan menyempatkan untuk melambaikan tangan kepada [name].

"Yo semoga berhasil." Balas [name].

"Aku pergi [name], semangat aku yakin kau bisa." Ucap seseorang disampingnya,Gakushuu. Ia beranjak dan berpamitan sambil memberi semangat. Tak lupa juga ia berniat untuk bertindak manis dan mengusap puncak kepala [name]. Namun yang didapat hanya tangkisan tangan Karma.

"Sudah pergi saja sana!"

"Tanpa kau suruh aku memang akan pergi dari sini."

Gakushuu melenggang pergi meninggalkan aula. Karena kejadian tadi ia menjadi siswa terakhir yang keluar dari aula. Sepanjang perjalanan menuju auditorium terukir seringai di wajahnya. "Rupanya kau tangguh juga ya Akabane. Berniat menjadi komite? Hmmm boleh juga."

Anggota komite terlihat sedang mengatur tiga buah meja untuk wawancara nanti. Sedangkan sang dewan, Rachel sensei hanya berdiri di samping mimbar sambil menyilangkan tangan di dada. Sesekali ia melihat ke arah siswa kelas satu yang mencalonkan diri.

Tak lama pandangannya terpaku pada sepasang siswa yang duduk di ujung. Si surai merah yang mencolok dan gadis yang sudah tak asing lagi baginya. 

'Wah kenapa mereka tidak bilang kalau mereka mencalonkan diri?'

Seleksi tahap wawancara sudah dimulai. Disana disediakan tiga meja, dimana para siswa yang akan di seleksi secara berurutan datang menuju meja berbeda untuk di wawancara. Pertama meja nomor satu yang dijaga oleh sekretaris dan ketua divisi kesiswaan komite, lalu meja kedua oleh ketua dan wakil ketua komite, dan yang terakhir oleh Dewan Komite atu biasa juga disebut dengan Pembina.

Mereka dipanggil secara berurutan sesuai dengan urutan pengumpulan formulir. Keringat dingin seakan mencucur, serangan tremor tiba – tiba mendadak datang. Apa ini yang dinamakan gugup?

"Oh iya ngomong – ngomong Karma-kun." Panggil [name].

Ia mencoba untuk mengobrol dan menetralisir rasa gugupnya. 

"Kenapa?"

"Kenapa tiba – tiba ikut seleksi anggota komite? Aku kira kamu tidak berminat ikut yang seperti ini." Tanya [name].

"Eh iya dan kenapa tidak OSIS?" Tambahnya.

Karma menghela nafasnya. Melirik ke arah sekitarnya dan memandangi siswa lain yang sama – sama menunggu urutan untuk wawancara.

"Menambah pengalaman, mengasah kemampuan dan melindungimu." Jawab Karma tanpa memandang ke arah [name].

"Menambah pengalaman oke tapi melindungiku juga? Hey apa maksudmu?"

"Nanti kamu tau sendiri." Karma kini menatap [name] dan memberi senyuman kecil.

[name] telah dipanggil oleh senpai. Ini bagiannya untuk wawancara. Siswa dengan nomor urut sebelumnya telah berpindah ke meja kedua dan itu artinya [name] sudah bisa datang dan memulai wawacara di meja pertama.

"Perkenalkan dirimu kouhai." Perintah senpai ketua divisi kesiswaan, namanya Hyuga.

Tidak begitu sulit untuk meja pertama. Hanya perkenalan diri, mengisi absen dan menyanyikan lagu hymne sekolah.

'Sepertinya aku harus berterimakasih pada Mikumi-chan.' Batin [name] teringat salah satu teman sekelas yang duduk di belakangnya.

Mikumi adalah murid kelas 1B yang mengikuti klub paduan suara, dulu saat akan pelantikan Mikumi terus menyanyikan dan menghafal lirik hymne sekolah. [name] memang dibuat enek, dan nyanyian serta liriknya terus terngiang di kepala [name]. Sampai – sampai [name] ikut hafal juga, tapi nyatanya ia tidak tahu kalau hal itu akan menolongnya di kemudian hari.

Belanjut ke meja kedua. Tensi di meja ini sudah mulai meningkat. Ryuu Hanashi dan Ryota Kaguru, ketua dan wakil ketua komite itu sudah memasang wajah dingin nan datarnya disana.

"Silahkan duduk." Ucap Ryota.

[name] mengangguk, tatapan kedua senpai nya menelisik tajam.

"Tunggu kau bukannya keponakan dari Rachel sensei ?" Tanya Ryuu sedikit pelan, tentunya dengan laga so cool.

"Iya benar senpai."

Lalu Ryuu terlihat membisikan sesuatu pada wakilnya. Sayang sekali [name] tak mendengar bisikannya. Namanya juga berbisik ya pasti Ryuu hanya ingin Ryota yang mendengarnya. [name] memandang curiga, siapa yang tidak curiga jika kita sedang berhadapan dengan dua orang dan tiba – tiba dua orang itu saling berbisik.

"Maaf bukan bermaksud tidak sopan, ada suatu hal yang memang aku harus beritahu pada Ryota. Kalau begitu kita mulai wawancaranya. Tapi sebelumnya disini bukan hanya sekedar tanya jawab tapi lebih ke studi kasus." Jelas sang ketua.

"Apa tindakan yang kamu lakukan untuk menstabilkan program kerja OSIS yang mulai melenceng dari tujuan sebelumnya?" Sang wakil memberi kasusnya.

Dengan tenang [name] menuturkan jawabannya dengan rinci. Tak sampai disitu, [name] terus diberi pertanyaan mengenai kasus – kasus yang sekiranya akan terjadi saat menjadi anggota komite nanti. Seakan telah dipersiapkan, [name] sempurna menjawab beberapa studi kasus yang senpai nya berikan. Tanpa bingung dan gagap saat bicara.

Kedua senpai-nya tersenyum puas dan mempersilahkan [name] untuk menuju meja berikutnya. Meja dengan tensi paling tinggi dibanding meja yang lainnya. Meja dimana bibinya sendiri yang akan mewawancarai.

"Duduk. Saya tidak akan pandang bulu, sekarang jawab pertanyaan saya." Perintah Rachel sensei tegas.

Benar, Rachel sensei sama sekali tidak terlihat membedakan [name] dengan siswa lainnya. Sama – sama diberi tatapan tajam, perkataan dengan nada dingin dan pastinya pertanyaan yang sama untuk menyeleksi.

"Apa motivasi dan tujuanmu untuk jadi anggota komite?"

Di meja terakhir ia diberi pertanyaan mengenai motivasi, tujuan, alasan dan jaminan jika seandainya tepilih jadi anggota kemudian gagal dengan tugasnya. [name] kira yang mengajukan pertanyaan seperti ini adalah oleh senpai nya , rupanya oleh dewan.

'Tak habis pikir kenapa aunty yang memilih untuk bertanya hal itu ya?'

Seleksi anggota komite selesai pukul tujuh malam, berbeda dengan seleksi OSIS yang selesai lebih awal, pukul setengah enam sore. Karena waktu yang sudah terlambat maka upacara penutupan seleksi tidak diadakan.

Pengumuman siswa yang lolos seleksi ditempel selang satu minggu setelah wawancara. Satu hari sebelum pengumuman ditempelkan, para siswa yang mengikuti seleksi sudah diberi rasa gundah yang luar biasa. Contohnya saja kumpulan anak kelas 1B yang sedang berkumpul di satu meja.

"Aduh aku lolos tidak ya." Ucap Satoshi. Ia ikut seleksi OSIS bersama Isogai dan Magu.

"Berdoa saja." Balas Isogai dengan senyuman.

"Tapi aku sangat gugup waktu kemarin menjawab pertanyaan."

"Sama aku juga." Sambung Magu.

"Lalu bagaimana dengan seleksi komite, [name]? Kudengar disuruh menyanyikan hymne ya?" Tanya Isogai.

"Ya cukup menegangkan." Jawab [name].

"Wah enak kalau harus menyanyi saja, kita di OSIS tidak ya." Ujar Satoshi.

"Enak apanya, justru yang mudah terkadang yang menjebak. Kata Koganei senpai tetanggaku, dia kan tidak lolos seleksi komite dulu nah dia gagal karena tidak hafal lirik lagu hymne." Kata Magu.

"Hah karena hal sepele?" [name] memastikan.

"Mungkin sepele tapi komite memang begitu, entah tidak ada yang tau sih bagaimana penilaian seleksinya." Jawab Magu.

"Ah tenang saja [name] kamu kan keponakan Rachel sensei pasti lolos." Ucap Satoshi.

"Iya benar, bahkan anak kelas lainpun yang sama – sama ikut seleksi sudah menebak dan memastikan kalau kamu akan lolos." Tambah Magu.

"Hey yang benar saja, aku tidak mau merasa percaya diri akan lolos. Rachel sensei professional, aku gugup saat wawancara dengannya, dia tidak pandang bulu ketika di sekolah." Ujar [name].

Dan hari yang ditunggu – tunggu pun datang. Tepatnya pukul 12 siang saat jam istirahat kedua, daftar siswa kelas satu yang lolos seleksi OSIS dan komite sudah ditempel di seluruh mading. Mading pun dikerumuni oleh siswa – siswa, bahkan yang tidak mengikuti seleksi pun ikut memenuhi mading termasuk kelas dua dan tiganya.

"Wahh Isogai, Satoshi, selamat kalian lolos!!!" Teriak Magu.

"Woaaaa!!" Satoshi jingkrak – jingkrak karena bahagia.

"Syukurlah lalu bagaimana denganmu Magu?" Tanya Isogai.

"Hehe mungkin aku tidak mampu dan tidak pantas, aku tidak lolos." Jawab Magu sambil tersenyum pahit.

"[name]!!!" Teriak Rio saat ia baru saja masuk kelas.

Pasalnya teman Rio yang bernama [name] itu malah asik duduk di bangkunya sementara yang lain sibuk melihat mading.

"Kau ini ya! Kenapa tidak ada niatan sedikit untuk melihat hasil seleksimu? Karena sudah yakin akan lolos?" Sembur Rio.

"Aku hanya menunggu mading tidak penuh." Jawab [name] tenang.

"Hmmmmm." Rio jadi malu sendiri karena langsung marah – marah.

"Ngomong – ngomong selamat kamu lolos!!" Ucap Rio dan memberi pelukan hangat untuk [name].

"Wah benarkah???" Tanya [name] antusias.

"Makanya liat dengan mata kepalamu sendiri bahkan poin seleksimu paling tinggi dan menduduki peringkat pertama." Jawab Rio.

"Wah asli?!"

"Oke ayok antar aku lihat yuk!"

"Eumm iya tapi disana,"

"Disana kenapa?" Tanya [name] pada Rio yang sudah menggantungkan perkataannya.

"Ah tidak – tidak ayo aku antar kamu melihat." Ujarnya lalu merangkul [name].

"Tidak, bilang dulu kenapa!" [name] melepas rangkulan Rio.

Raut wajah Rio berubah menjadi sedikit kecut, "Aku jelaskan diperjalanan menuju mading."





TO BE CONTINUED

How about this part minna? *so english wkwk

Feeling nya serasa jdi sinetron gak sehh??? wkwkk tapi ini atas request dari kalian yang rata - rata pada pengen ending nya masih lama.

Sip sekedar SPOILER huhuhuhuuu kasih tau tida ya spoilernyaa :>

pokonya terus ikutin kelanjutannya yawww ;)

Dont forget to add to your library and reading list minna :*


AYOO YANG BELUM VOTE DI VOTE DULUU ;)



See you~

Continue Reading

You'll Also Like

25.8K 3.3K 13
Ini cerita antara [name] bersama Kuroo Tetsurou yang bertemu dengan cara yang sedikit tidak terbayangkan namun cukup baik untuk dikenang. MHS Project...
75.4K 12K 35
MOHON BACA DESKRIPSI. [ Dalam tahap revisi ] Berawal dari salkir, eh kok malah jadi cinta?  ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ Hight rank - 1 #sakusa - 1 #suna - 1 #humorgarin...
45.1K 6.4K 20
"aku ingin menjadi perenang wanita terbaik se dunia!" - (name) itulah motto seorang perempuan bernama nanase (name), dia adalah anak kedua dan k...