Sinar Cinta Gadis Berhijab

By LenaKhoerunnisha01

25.1K 1.2K 97

Aku mencintaimu dengan diam, bukan dengan menunjukkan Aku memintamu lewat do'a, bukan dengan kata Aku tak p... More

SCGB-Satu
SCGB-Dua
SCGB-Tiga
SCGB-Empat
SCGB-Enam
SCGB-Tujuh
SCGB-Delapan
SCGB-Sembilan
SCGB-Sepuluh
SCGB-Sebelas
SCGB-Dua Belas
SCGB-Tiga Belas
SCGB-Empat Belas
SCGB-Lima Belas
SCGB-Enam Belas
SCGB-Tujuh Belas
SCGB-Delapan Belas

SCGB-Lima

1.1K 66 4
By LenaKhoerunnisha01

"Rafka!"

"Apa sih, Yang?"

Lanika langsung melotot gara-gara mendengar ucapan Rafka.

"Cepet piket! Ngepel kek atau buang sampah."

"Lah, ngepel mah kan tugas kamu sebagai calon ibu rumah tangga, Yang."

"Rafka... jangan bercanda! Cepet ngepel atau aku sapu wajah kamu."

"Iya-iya, kamu tuh ya gak bisa liat calon suami nyantai bentar."

Entah sejak kapan Rafka memakai 'aku-kamu'. Terdengar geli memang seorang sepertinya sekarang jadi agak alay.

"Apa kamu bilang?!"

"Enggak-enggak, marah-marah mulu sih Yang."

"Astaghfirullah... Rafka! Jangan mancing deh!"

"Mancing apa sih? Mancing ikan?"

Lanika benar-benar tidak tahan. Baru sebulan sekelas bersama Rafka, sudah membuatnya sering marah-marah. Apalagi kalau setahun? Bisa-bisa dia jadi sosok antagonis. Padahal biasanya ia selalu sabar menghadapi orang yang ditemuinya, meski orang itu mengesalkan dan bahkan memakinya.

Rafka sangat mampu disebut peroboh tembok kesabaran Lanika. Namun di sisi lain, Lanika kadang menahan tawa hingga bibirnya kedutan karena ulah Rafka yang sering di luar nalar.

"Anik... kok kamu diem sih! Kamu marah?"

Ini satu poin lagi yang Lanika tidak suka dari Rafka. Di saat orang lain memanggilnya Ika, Rafka malah memanggilnya Anik. Memang sih itu juga bisa kependekan dari Lanika, tapi nada bicara Rafka yang dibuat manja membuatnya jengkel hingga ke ubun-ubun.

"Raf, kamu bisa nggak jangan panggil Anik!"

"Lho... emang kenapa? Itu kan panggilan kesayangan. Beda dari yang lain."

"Justru itu, kamu gak ngerti-ngerti ya!"

"Enggak!" jawab Rafka polos, "tolong jelasin dong, Yang."

"Tau ah! Males aku ngomong sama kamu."

"Semangat jadinya aku kalau ngomong sama kamu."

Lanika tidak menggubris ucapan Rafka. Ia melihat sekeliling kelas, tidak ada Ratih yang harusnya piket dengannya. Apa dari tadi dia berduaan dengan Rafka di dalam kelas? Ini untuk yang kesekian kalinya Lanika melakukan hal yang tidak boleh dilakukannya bersama orang yang bukan mahramnya. Berduaan dalam satu ruangan.

Ampuni Lanika Ya Rabb.

🍀🍀🍀

"Sayang... pulang yuk! Tadi kamu lama banget sih piket sama eskulnya. Aku 'kan capek nungguin kamu."

"Baru nungguin gitu aja ngeluh. Gimana lo bisa yakin dan sabar ngambil hati gue?!"

"Kamu tuh sinis banget sih, beb." Ujar Maurin sambil mengerucutkan bibirnya.

"Udahlah, cepet masuk atau gue tinggalin lo di sini!"

"Iya-iya," dengan ogah-ogahan Maurin memasuki mobil. Dalam hati Maurin, ia ingin sekali dibukakan pintu mobil oleh Rafka. Meski itu hal sederhana, tapi sungguh ia iri dengan cewek lain yang diperlakukan begitu oleh pasangannya.

Saat Rafka melajukan mobilnya, ia melihat Lanika masih berdiri di halte. Sesekali ia mengusap pelipisnya yang penuh keringat karena terlalu lama menunggu, ia juga kadang terbatuk-batuk karena polusi udara yang berasal dari kendaraan yang berlalu-lalang.

Dia belum pulang? Padahal dia kan keluar udah dari tadi. Ini makin sore lagi. Batin Rafka.

Rafka menurunkan Maurin di depan kompleks perumahannya. Tidak peduli cewek itu mau marah atau mengadu pada mamahnya. Yang ia pedulikan hanya Lanika. Ia takut terjadi sesuatu pada gadis itu.

Saat Rafka sampai di sana, Lanika sedang mengobrol bersama Fadhil. Rafka mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia berusaha mengontrol emosinya, ia lebih baik mendengar pembicaraan Fadhil dan Lanika. Sepertinya mereka juga tidak menyadari kehadiran Rafka yang berjarak tiga meter dari mereka. Suara mereka pun agak keras, takut tidak terdengar mungkin karena suara kendaraan yang bising.

"Udah gak papa. Ika ikut aja sama kakak, gak usah ngerasa gak enak."

"Sekali lagi maaf kak. Kita bukan mahram. Apalagi kakak bawa motor, itu akan membuat kulit kita bersentuhan."

"Tapi sekarang udah sore, Ika. Gak ada angkutan umum lagi," ucap Fadhil yang terus membujuknya.

Dasar modus! Gumam Rafka.

Lanika tersenyum kikuk. Sebelum dia menjawab ajakan Fadhil, Julia berteriak dari arah gerbang sekolah.

"Woy! Fadhil! Gue nebeng sama lo dong, kita kan searah."

Lanika bersyukur, bukan bersyukur atas kesalahan Julia yang mau boncengan bersama Fadhil yang bukan mahramnya. Tapi bersyukur karena ia tidak harus pusing-pusing menolak Fadhil.

"Kak, itu kak Julia manggil."

"Huh! Ya udah deh, gue pulang duluan ya sama Julia. Lo hati-hati!"

"Iya."

Dari jauh Rafka tersenyum miring.

Emang, kalau jodoh gak bakal kemana.

"Hai, belum pulang?" tanya Rafka basa-basi.

Lanika menghembuskan nafasnya, lelah. Dia bingung dari mana lelaki ini muncul. Tiba-tiba sudah ada di sampingnya saja.

"Kalau aku udah pulang, gak mungkin ada di sini!" sinisnya.

Rafka malah nyengir. "Ya udah yuk pulang sama gue."

"Gak usah, makasih."

"Ini udah sore, bentar lagi magrib. Lo gak takut orang tua lo nyariin?"

Lanika berpikir sejenak, Rafka ada benarnya. Hari ini ia tidak membawa ponsel, bagaimana bisa mengabari umminya?

"Udah jangan banyak mikir. Ayo!"

"Be-berdua?" tanya Lanika ragu. Rafka mengangguk mantap.

"Kalau gitu aku gak mau. Bukan mahram."

"Oke-oke, bentar. Tunggu di sini, jangan ke mana-mana!"

Setelah beberapa lama Rafka menghilang dari pandangannya, mobil Rafka menepi di sampingnya lagi.

"Udah, ayo masuk!"

"Kan aku udah bilang, aku gak mau berdua."

"Gak berdua. Aku bawa bapak-bapak."

Setelah dibujuk, Lanika akhirnya mau. Keadaan di mobil sangat hening. Hingga bapak-bapak yang duduk di samping Rafka membuka mulut.

"Den, itu dagangan bakso saya gimana?"

Hah? Dagangan bakso? Batin Lanika. Ia mengerutkan kening tidak mengerti.

"Udah mamang tenang aja. Kalau dagangannya ada yang ngambil saya yang ganti rugi mang. Abis cewek saya ribet banget mang, masa diajak pulang aja katanya gak boleh berduaan."

Apa dia bilang? Aku ceweknya? Jangan mimpi! Lagian dia ada-ada aja malah bawa si Mamang yang lagi jualan bakso. Gak waras emang nih cowok!

Mamang tukang bakso itu melirik ke belakang. Lanika tersenyum kikuk, namun kembali menundukkan pandangannya.

"Berarti dia perempuan baik-baik, Den. Zaman sekarang mah jarang perempuan yang nolak ditawarin bareng sama cowok, apalagi cowoknya ganteng kaya Den Rafka."

Rafka tersenyum mengiyakan ucapan si Mamang itu. Sedangkan Lanika malah sibuk memilin-milin ujung hijabnya. Ia merasa tidak nyaman berada di sini. Maksud dia bukan seperti itu. Lanika mau yang bersama mereka itu mahram mereka supaya tidak ada fitnah. Tapi apa boleh buat. Di halte seorang diri justru akan menimbulkan masalah lain. Bisa jadi akan ada preman yang menggodanya, dan ummi-nya juga bisa saja sedang khawatir.

"Anik... udah sampe," ucap Rafka lembut.

Ia menoleh ke belakang karena tidak ada jawaban, ternyata Lanika tertidur. Rafka tersenyum melihat wajah Lanika yang lebih kalem daripada saat di kelas. Entah kenapa Lanika galak sekali padanya, terlebih setelah beberapa minggu lalu saat ia tahu kalau Rafka memiliki Maurin. Ia jadi lebih susah diajak bercanda. Apa dia cemburu?

Rafka meminta izin pada si Mamang untuk berteriak demi membangunkan Lanika. Kapan lagi bisa mengerjai Lanika? Hehe.

"Woy! Tolong! Rafka babak belur digebukin preman!" Rafka berteriak seakan-akan dia yang jadi saksi penggebukan itu.

Lanika terlonjak kaget. Ia langsung membuka matanya dan berteriak, "Rafka!"

Matanya sedikit berair. Tadi ia juga bermimpi Rafka terluka. Dadanya benar-benar sesak mengingat itu.

Rafka tidak tertawa, keningnya justru mengerut. Ia melihat kekhawatiran dan ketakutan di mata Lanika. Apa Lanika akan sekhawatir itu jika hal ini benar-benar terjadi? Rasa bersalah menyergap seluruh organ tubuh Rafka.

"Anik... maaf," lirih Rafka. "Aku bercanda," sambungnya lagi.

Lanika baru sadar kalau tadi ia tertidur. Ia menatap mata Rafka sebentar lalu membanting pintu mobil kuat-kuat. "Bercanda lo gak lucu!"

Ini pertama kalinya Rafka mendengar Lanika begitu marah. Bahkan tadi dia menyebutnya 'Lo'. Memang apa salahnya? Dia hanya berniat bercanda.

🍀🍀🍀

Hay! Ini aku udah up. Gimana ceritanya? Jangan lupa Vomment ya, biar aku tau siapa aja pembaca cerita aku yang ini. Dan siapa aja yang nunggu kelanjutan cerita ini.

Continue Reading

You'll Also Like

50.9K 1.1K 46
Pernikahan harusnya menjadi momen sakral membawa kebahagiaan bagi dua insan manusia yang akan menjalani babak baru dalam sebuah hubungan serius. Namu...
7.3M 981K 53
[SEQUEL OF A DAN Z] Tumbuh dewasa tanpa kedua orang tua dan memiliki tanggung jawab yang sangat besar, terlebih harus menjadi sosok orang tua untuk k...
1.3M 39.8K 20
Seperti kata pepatah, berharap kepada manusia adalah patah hati paling disengaja. Hal itu pulalah yang dirasakan oleh Aisfa, mantan badgirl yang sed...
Hakim By ul

Spiritual

1.5M 88.6K 51
[Terbit dan lengkap. Tersedia di TBO] Tersedia di shopee : tokobook.com03 atau bisa klik link di bio 💖 Asyakina, seorang jurnalis junior di salah sa...