Iris [SUDAH TERSEDIA DI TOKO...

By beliawritingmarathon

8.5M 771K 141K

Bagi Iris, Rangga adalah dunianya. Sementara bagi Rangga, Iris adalah semestanya. Keduanya jatuh cinta dengan... More

Prolog
01 | Iris Sayang Rangga 1 2 3
02 | Toilet dan Mimpi Buruk
03 | Eyang dan Kinan
04 | Selamat Malam, Rangga
05 | Namanya Rangga Dewantara
06 | Tuan Putri
07 | Kelinci Patah Hati
08 | Kita Akan Selalu Sama
09 | Mimpi Buruk Paling Panjang
10 | Yang Terbuang
11 | Go-Cinta
12 | Aku Kelinci Malang
13 | Bendera Perang
14 | Sebuah Tantangan
15 | Beauty and The Beast
16 | Tentang Sepasang Mimpi
17 | Rangga Dewantara VS Nicholas Saputra
18 | Pelaku Sebenarnya
19 | Teru-Teru Rangga
20 | Mengenai Kata Sempurna
21 | Aku Rangganya Iris
22 | Alasan Jatuh Cinta
23 | Kenangan Kembang Api
25 | Ulang Tahun Eyang
26 | Tentang Pilihan
27 | Dua Bayangan di Cermin
28 | Pentas Seni
29 | Happy Birthday, Iris
30 | Maaf Sebenar-Benarnya Maaf
31 | Menuju 01 Januari
32 | Menuju Pukul 00.00
33 | Tepat Tengah Malam
34 | Di Ujung Keletihan
35 | Syarat Jatuh Cinta
36 | Berhenti Jatuh Cinta
37 | Iris Harus Tahu
38 | Dalam Pelukan Bunda
39 | Sampai Ketemu Nanti Malam
40 | Satu Malam Terakhir
Epilog
Ada yang Mau Novel Gratis?
Pengumuman Testimoni IRIS
Special Order

24 | Jalan Pintas

146K 15.4K 1.2K
By beliawritingmarathon

"Dea! Bisa kerja nggak sih lo sebenarnya?!" teriakan Tasya terdengar di sepenjuru ruangan ekskul modeling. Semua kepala yang ada di ruangan tersebut menunduk dalam-dalam.

Hari ini Tasya kembali memantau keadaan ekskul modeling, setelah nyaris dua bulan ia menyerahkan jabatannya sebagai ketua ekskul modeling pada Dea—satu-satunya anak kelas sebelas di ekskul modeling, yang menurutnya memiliki cukup pengaruh. Namun sayang, Dea tidak seberpengaruh itu.

Gaya kepemimpinan Dea dan Tasya sangatlah berbanding terbalik. Di bawah bendera kekuasaaannya Dea tak pernah menekan anggota ekskul modeling seperti yang kerap Tasya lakukan. Tapi beginilah akibatnya, kelonggaran yang Dea berikan membuat teman-temannya ikut lengah. Mulai dari jadwal latihan yang kendor, kekacauan Dea serta jajarannya dalam mengurus beberapa urusan internal, hingga beberapa anggota yang tampak mengalami kemunduran.

Dan parahnya, Iris termasuk dalam kategori masalah terakhir.

Berkat sakitnya kemarin, Iris gagal mengontrol berat badannya. Tubuhnya harus berkali-kali terhuyung ketika ia belajar berjalan dengan high heels. Belum lagi ekspresinya yang menyedihkan dan kebiasaannya jalan menunduk yang memperburuk segala penilaiannya. Ia adalah definisi sempurna dari kekacauan di ekskul modeling.

"Gila, lo pada ngapain aja, sih?!" Tasya membali menjerit kesal ketika melihat angka di timbangan Iris. Ia melotot marah ke arah Dea, lalu menuding Iris dengan kukunya yang dicat cantik. "Ini anak lost control lagi! Terakhir gue tinggal, dia udah turun lima kilo, dan sekarang belum ada dua bulan, bukannya turun malah nambah? Bener-bener nggak bisa tegas lo ya?!"

Tasya menumpahkan seluruh kekesalannya pada Dea. Kali ini mereka—termasuk Iris—tak bisa berkutik. Semua amukan Tasya memiliki alasan.

"Lo juga!" kini amukan Tasya beralih pada Iris. "Sampai kapan, sih, keras kepala mau jadi kuman di sini?!"

Tasya sebenarnya sudah tidak terlalu berhasrat untuk membully Iris. Kehadiran Kinan di sekolah ini, pada saat pekan kemerdekaan membuat perasaannya pada Rangga sedikit memudar. Ia mulai lelah, mengejar sesuatu yang terlalu sulit ia raih. Tasya mungkin bisa menekan Iris, tapi Kinan?

Tasya tak punya kuasa apapun untuk mengenyahkannya.

Iris menundukan kepalanya dalam-dalam. Menyembunyikan diri dari wajah-wajah yang menatapnya kasihan. Sissy yang berdiri tepat di sampingnya bahkan memberanikan diri mengusap punggung tangan Iris secara tidak ketara.

"Sekarang, gue nggak mau tahu, elo, elo, elo, dan elo." Tasya menunjuk Iris dan tiga anak paling bermasalah. "Latihan kalian akan ditambah, langsung dibawah pengawasan gue dan Karen! Dan khusus untuk lo, Ris," Tasya maju satu langkah, menebas jarak yang tersisa antara dirinya dengan Iris. "Setiap kali gue lihat lo jalan nunduk, lo harus menggantinya dengan lari satu putaran. Ngerti?!"

"Ngerti, kak!" seru mereka semua kompak. Setelahnya mereka langsung membubarkan diri, bergabung di sisi lainnya untuk mengikuti kelas kepribadian.

°°°

Iris menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Cewek itu meringis, ketika merasakan punggungnya yang pegal beradu dengan pegas kasur. Setelah sekian lama rehat dari kegiatan yang menguras tenaga, hari ini Iris harus kembali memaksakan kakinya untuk berlari. Bukan di lapangan, cewek itu memutari putaran GOR dekat rumahnya sampai enam putaran. Ia terkekeh geli menyadari sesuatu. Berbulan-bulan bertahan di ekskul modeling, kemampuannya yang berkembang pesat justru adalah kemampuan berlarinya.

Mungkin dibanding jadi model, menjadi Iris lebih cocok jadi atlit pelari.

Iris meraih ponselnya, lalu menghembuskan napas kecewa saat tak mendapati satupun pesan dari Rangga. Terakhir Rangga menghubunginya hari ini adalah siang tadi, mengabarkan pada Iris bahwa—untuk kesekian kalinya—Rangga tak bisa mengantar Iris pulang, karena harus menjemput Kinan.

Ingatannya berterbangan pada satu minggu lalu, pada hari dimana Rangga menjemputnya untuk bermain di taman. Hari itu Rangga menepati janjinya. Cowok itu menghabiskan waktu seharian untuk menemaninya di rumah. Mulai dari menemaninya makan, menyiapkan obat untuknya, sampai mengobrol dengan papanya. Usaha Ares untuk mengusirnya bahkan selalu berakhir sia-sia.

Sampai sebuah telepon sampai di ponselnya. Dengan wajah pucat, Rangga berpamitan pada Iris dan papanya. Belakangan, Iris baru tahu, saat Rindu menceritakannya di telepon. Menurut Rindu, hari itu Kinan pergi sampai larut malam, ponselnya di non-aktifkan, dan hal tersebut membuat eyang panik di rumah.

"Ah, padahal mah, itu anak udah gede, ngapain dicariin?" sungut Rindu di telepon waktu itu. "Ntar juga kalau laper pulang."

Tapi, yang bisa Iris lakukan hanya tertawa hambar.

"Mungkin, eyang sama Rangga khawatir, kak, Kinan kan nggak biasa pergi-pergi sendiri di Jakarta."

"Ya ampun, Ris, Jakarta sama Bandung memang sebeda itu ya? Dianya aja yang lebay," Rindu bedecak gemas. "Lagian lo kenapa baik banget, sih, jadi cewek? Kalau gue jadi lo ya, udah gue unyeng-unyeng itu anak berdua. Suka nggak sadar status gitu."

Iris menggigit bibir bawahnya. Ia sendiri tahu, ia tidak sebaik itu. Iris sering merasa kesal dan cemburu melihat kedekatan keduanya, tapi ia tak memiliki kuasa untuk melarang Rangga. Iris tak mau Rangga dan keluarganya berpikir Iris adalah pacar yang posesif, dan egois. Iris takut jika ia mengatakannya, yang ada Rangga jutru menghilang dari hadapannya.

"Nggak apa-apa, kak, Rangga kan disuruh eyang. Aku percaya kok sama Rangga."

"Ah iya, untung lo bahas eyang, gue disuruh bunda nelepon lo, ngingetin dua minggu lagi eyang ulang tahun, jadi mau ada makan-makan gitu di rumah. Si kiting udah bilang belum?"

"Udah kok, kak." Rangga memang sudah sempat membahasnya sekilas ketika mereka makan di kantin kemarin. Tapi Iris tak terlalu menanggapinya. Dalam acara itu, pasti ada banyak keluarga Rangga yang datang. Iris merasa dirinya tak cukup pantas berada di sana.

"Jangan lupa datang ya, ntar ada Ezra juga, sepupu gue lebih ganteng daripada Rangga, siapa tahu lo mau pindah haluan kan. Sengaja nih, dikasih tahu dari jauh-jauh hari, biar lo nggak bikin acara lain duluan."

Iris terkekeh pelan. "Siap, kak."

Setelah itu mereka mengobrol sampai satu jam kemudian. Mulai dari serial drama korea terbaru, Profesor di kampus Rindu yang terus menyusahkan proses assignment tesis Rindu, sampai adik tingkat di kampus Rindu yang sempat menanyakan Iris ketika Rindu memasang foto mereka di Instagram.

"Serius deh, Ris, mending lo sama dia aja, ganteng, jago bikin puisi, pinter, masa depannya terjamin. Daripada sama si Rangga blekokok. Bukan apa-apa kasihan lo nya pacaran sama tuh anak."

Iris hanya menanggapi kalimat Rindu dengan tawa geli. Ia tak pernah berniat mengganti Rangga dengan siapapun.

Sayangnya, meski percakapan mereka terbilang menyenangkan, pikiran Iris justru melanglang buana ke acara ulang tahun eyang.

Dalam hati ia bertanya-tanya, apa eyang menginginkan kedatangannya, seperti beliau mengharapkan kehadiran Kinan?

Lamunan Iris terhenti ketika pintu kamarnya berderik, dari baliknya Ares membawa nampan berisi madu dan vitamin yang harus ia minum. Iris langsung mengerang karenanya. Meski ia sudah lepas dari antibiotik, hidupnya kini sudah tak lagi senyaman dulu. Sekarang di tasnya selalu tersimpan snack ringan dan satu strip obat magh. Belum lagi vitamin dan madu yang bertanggung jawab atas kenaikan berat badannya.

"Apa?" tanya Ares tanpa dosa ketika Iris memberenggut. "Mau protes? Hah?"

"Iya!" seru Iris jengkel. "Gue kan udah minum vitaminnya tadi pagi!"

"Kata dokter kan sehari dua kali!" Ares menyarukan satu tablet vitamin, yang tetap ditelan Iris meski dengan wajah cemberut. "Jangan berani-berani diet-dietan lagi!"

"Siap, pak bos!" balas Iris tak ikhlas.

Setelah memberikan madu, Ares mengacak-ngacak rambut Iris, lalu beranjak keluar kamar. Iris merebahkan kepalanya sambil menscroll kembali layar ponselnya.

Pernah dengar bahwa sosial media bisa menjadi toxic yang menyeramkan?

Itulah yang Iris rasakan kerap kali ia membuka akun instagramnya. Ia dengan otomatis membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Dengan Tasya yang punya wajah cantik, dengan Shea dan Orion yang tampak pede dengan kembaran satu sama lain, dengan Daza yang tampak bahagia berpacaran dengan Yasa, dengan Lavina yang tak pernah dikucilkan karena punya pacar sesuper Arsen.

Dan tentu saja, dengan Kinan yang seolah memiliki semua hal yang tak bisa Iris miliki.

Iris menghembuskan napas pelan. Sudah Iris bilang kan, ia tidak sebaik itu? Hatinya sempit, dan ia selalu berharap bisa hidup seperti orang lain.

Iris kembali membuka akun instagram Kinan, seolah sengaja menyakiti dirinya sendiri. Ia menscroll layar, membaca satu-persatu komentar di salah satu foto Kinan bersama Rangga.

Pada salah satu komentar, jarinya sontak terhenti. Komentar itu bukanlah komentar penuh pujian, atau pun doa dari para netizen yang berharap Kinan bisa bersama Rangga daripada bersama Aliando Syarief. Komentar tersebut hanyalah sebuah komentar promosi yang seringkali orang lewatkan begitu saja.

Tiba-tiba sebuah ide melesat dalam pemikiran Iris. Tanpa menunggu lama, ia menyimpan nomor penjualnya, lalu menghubunginya via whatsapp.

Akhirnya, ia tahu jalan pintas untuk memiliki tubuh ideal.

——————
A/n:

Holla!

Update lagi yuhuuuu!

Iris mau ngapain hayooooo?

Cieee kesel lagi sama Gaga. Ahaha.

Ada yang mau double update?

Coba kasih tahu aku alasan sebanyak-banyaknya kenapa aku harus double update.

Terima kasih sudah baca Iris dan terus kasih suntikan semangat!

Nggak kangen Iyis, Ga?

Salam sayang,

InnayahPutri

Continue Reading

You'll Also Like

2M 200K 118
transmigrasi jadi imut ✖️ Transmigrasi seperti mayat hidup ✔️ Ryianza seorang pria dewasa berusia 25 thn Bertransmigrasi kejiwa seorang remaja SMA. ...
2M 72.6K 44
Jangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus g...
1.9M 107K 53
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...
439K 2K 15
🔞LAPAK DEWASA🔞 BOCIL DILARANG NANGKRING! kamu kesini karena apa? karena birahi tah? tapi di sini aku bakal suguhin kisah hot nya jihan dan varel (a...