Sinar Cinta Gadis Berhijab

By LenaKhoerunnisha01

25.1K 1.2K 97

Aku mencintaimu dengan diam, bukan dengan menunjukkan Aku memintamu lewat do'a, bukan dengan kata Aku tak p... More

SCGB-Dua
SCGB-Tiga
SCGB-Empat
SCGB-Lima
SCGB-Enam
SCGB-Tujuh
SCGB-Delapan
SCGB-Sembilan
SCGB-Sepuluh
SCGB-Sebelas
SCGB-Dua Belas
SCGB-Tiga Belas
SCGB-Empat Belas
SCGB-Lima Belas
SCGB-Enam Belas
SCGB-Tujuh Belas
SCGB-Delapan Belas

SCGB-Satu

3.2K 135 18
By LenaKhoerunnisha01

Tujuh tahun yang lalu ...

Gadis berhijab putih itu buru-buru berlari sambil menenteng tas kardus dan beberapa persyaratan MOS lainnya. Saking buru-burunya, ia tidak menyadari kalau tali sepatunya lepas satu. Semenit kemudian, gadis itu kehilangan keseimbangan karena menginjak tali sepatunya sendiri.

BRUKK

Ia tersandung. Tas kardus dan papan namanya jatuh. Onder yang dipakai gadis itu sobek sedikit di salah satu lutut, dikarenakan posisi jatuhnya seperti orang merangkak dan lututnya menimpa batu yang agak runcing. Mulutnya refleks mengucap kalimat istirja, "Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun."

Ia meringis, menyesali ketidak hati-hatiannya. Perih yang dirasakannya hampir membuatnya meneteskan air mata. Namun, gadis sepertinya terlalu malu untuk menangis di sini. Beberapa siswa yang melihatnya malah terlihat tidak peduli. Mereka memilih masuk ke gerbang sebelum upacara pembukaan MOS dimulai.

Di depan gerbang memang banyak batu, batu itu berasal dari tembok samping gerbang yang di runtuhkan lalu direnovasi lagi.

Dengan perlahan, ia membiarkan kakinya berselonjor. Ia membenarkan tali sepatunya. Kemudian ia melepas jarum pentul yang biasa ia tancapkan di kepala bagian atas ke dalam, agar jilbabnya diam dan menempel pada ciput juga rambutnya. Ia menusukkan jarum pentul itu ke bagian onder yang sobek. Dalam keadaan seperti itu pun, ia tidak akan membiarkan auratnya terlihat.

Suara bariton laki-laki mengejutkannya, "Ngapain lo selonjoran di situ? Berasa jalan ini sofa?"

Gadis itu mendongak, menatap lelaki yang berdiri di hadapannya dengan senyum... mengejek?

Lelaki itu berpakaian sama sepertinya, putih biru. Untuk beberapa saat mata mereka berserobok hingga akhirnya gadis itu kembali menundukkan pandangannya.

"Saya ini jatuh, bukan selonjoran!" tuturnya setengah jengkel.

Lelaki itu mengerutkan kening, tapi tak pelak ia mengulurkan tangannya, "Oh, jatuh. Sini, gue bantu!"

"Terima kasih buat tawarannya, tapi nggak usah. Bukan Mahram."

Dengan kikuk si lelaki kembali menarik tangannya dan menggaruk belakang kepalanya, "Hmm ... Oke."

Gadis itu mencoba berdiri meski persendiannya agak ngilu. Lalu ia mengambil tas kardusnya dan pergi tanpa mengindahkan lelaki yang sejak tadi berdiri menatapnya.

"Gila tuh cewek. Gue udah baik hati gini malah dicuekin. Kalau cewek lain sih, mana bisa nolak dipegang sama si ganteng yang mirip artis holliwood ini," gumamnya memainkan kerah dengan rasa percaya diri yang begitu tinggi.

Dengan mulut yang masih komat-kamit, ia memperhatikan punggung gadis itu. Tak sengaja matanya menangkap sebuah name tag terbuat dari kardus yang tergeletak di tanah. Ia meraih dan membaca nama yang tertera di sana.

"Lanika Farzana. Oke juga namanya. Cantik dan unik, tapi sayang orangnya sok, nyebelin lagi."

Ia hendak memasuki gerbang. Namun, langkahnya terhenti kala mendengar suara cempreng milik kekasihnya. Lebih tepatnya kekasih pilihan Sang Mama.

"Bebeb Rafka!"

Lelaki bernama Rafka itu memutar bola matanya jengah. Gadis berambut kecoklatan itu menghampirinya dengan senyum yang menyeramkan. Bagi Rafka sih mirip mak lampir yang sering muncul di layar televisi.

"Ih, baby. Kamu kok hari ini gak jemput aku sih?!"

Rafka mendengkus kasar. Rasanya ia ingin mencabik-cabik bibir Maurin yang seenaknya memanggilnya Baby. Jujur ia masih belum terbiasa dan agak jijik.

"Bisa gak lo gak malu-maluin gue? Jangan teriak di tempat umum! Entar dikira gue bawa pasien RSJ."

Maurin malah mengerucutkan bibir sambil menghentak-hentakkan kakinya manja. "Kok kamu ngomongnya gitu sih Rafka Sayang? Aku tuh kangen tau sama kamu."

"Up to you. I don't care."

Rafka melakukan kesalahan dengan mengabaikan Maurin. Gadis itu sekarang malah semakin mendekat dan bergelayut manja di lengannya yang agak berisi. "Ih. Kamu belum jawab pertanyaan aku. Kamu kenapa gak jemput aku?"

Ini yang Rafka tidak suka dari gadis ini. Manja, lebay, dan make up nya begitu mencolok untuk ukuran anak sekolah. Ini sih pantasnya make up buat kondangan. Rafka bahkan geli melihat alis milik gadis itu, gadis itu menyulam alisnya hanya untuk menambah kecantikannya. Sungguh, tidak mensyukuri apa yang diberikan Allah.

Ia melepaskan tangan Maurin dan menatapnya tajam. "Gue ini bukan supir lo Martin! So, buat apa gue jemput?!"

"Tapi 'kan kamu pacar aku. Lagian nama aku Maurin bukan MARTIN!" teriaknya tak terima dipanggil begitu.

"Terserah apa kata lo deh. Mau Martin kek, Mastin kek, Sukijan kek, gak peduli. Mending lo diem, pusing tau gak denger lo nge-beo pagi-pagi gini. Udah kaya radio rusak aja."

Rafka meneruskan langkahnya tanpa menghiraukan lagi ocehan Maurin yang masih berstatus sebagai pacarnya.

🍀🍀🍀

Setelah mengobati lukanya di UKS, Lanika segera ke lapangan untuk mengikuti upacara. Baru sampai di lapangan, kakak kelasnya yang bertugas sebagai panitia MOS sudah membenarkan barisan.

"Heh, kamu!"

Lanika melihat ke belakang, tapi tak ada siapapun.

Ia menunjuk dirinya, "Maksud kakak, Saya?"

"Iya. Terus siapa lagi? Masa iya gue ngomong sama tiang bendera."

Kakak kelas lelaki itu melihat penampilan Lanika dari atas hingga bawah, membuatnya merasa risih dan jengah.

"Kamu gak pakai name tag?" tanyanya.

"Hah?"

Mendadak Lanika menepuk keningnya, ia baru sadar kalau dia tidak memakainya. Padahal seingatnya dia membawanya dari rumah bersama tas kardus, dan ....

Ah, pasti ketinggalan waktu aku jatuh tadi. Bagaimana ini?!

"Saya bawa, kak. Mungkin jatuh di--"

Belum selesai bicara, kakak kelasnya itu malah memotongnya. "Cepat memisahkan diri bersama siswa-siswi yang melanggar!"

"Iya, kak," sahutnya pasrah.

"Baru juga jadi peserta MOS udah berani ngelanggar aja," gerutu kakak kelas yang lain. Dan telinga Lanika masih sangat berfungsi untuk menangkap suara itu.

Ini benar-benar menyebalkan bagi Lanika. Sejak SD ia tidak pernah seceroboh ini. Ibarat kata sih sudah jatuh, tertimpa tangga pula.

Saat ia hendak berbaris, matanya menangkap sosok yang ditemuinya tadi pagi. Karena dibagi dua barisan--perempuan dan laki-laki, Lanika bersebelahan dengan Rafka.

Dia dihukum juga? Pikirnya.

Rafka sengaja tidak memakai name tag. Ralat, ia memang malas membuatnya. Harus mengukur dulu kardusnya, memotong lalu menempelkan kertas karton, dan menuliskan namanya. Benar-benar membuang waktu. Seperti tidak ada pekerjaan lain yang lebih penting saja! Lagi pula membuat tas dari kardus saja dibuatkan oleh Maurin. Ada gunanya juga Maurin.

Saat ia melirik ke samping, senyumnya mengembang sempurna. Dia bertemu lagi dengan Lanika. Dan ia yakin cewek itu juga dihukum karena tidak memakai name tag. Name tag Lanika 'kan dipegang dia dan disimpan di dalam tasnya.

Upacara berlangsung lumayan lama. Dimulai dari pengibaran bendera, pembacaan pancasila, dan sambutan dari kepala sekolah untuk siswa-siswi tahun ajaran baru. Sebenarnya jika sinar matahari tidak terlalu menyorot, murid-murid tidak terlalu kesal berdiri.

Alih-alih mengeluh Rafka malah lebih suka mencuri-curi pandang pada Lanika. Menurutnya, wajah Lanika sangat meneduhkan dan nyaman buat dipandang. Tak ada bedak tebal dan lipt tint yang dia pakai. Benar-benar natural dan manis.

Rafka terkejut kala gadis itu memegang kepalanya dan sesaat kemudian kehilangan kesadarannya. Rafka yang memang posisinya paling dekat spontan merengkuh tubuh Lanika dan membawanya ke UKS. Sebagian murid tidak khidmat saat pembacaan do'a oleh petugas upacara, karena menyaksikan kejadian tadi. Terlebih Maurin, ia melotot dan mengepalkan tangannya menahan kesal.

🍀🍀🍀

Hai ... Hai ... Hai ... Jumpa lagi sama aku dicerita baru aku. Gimana prolognya? Suka enggak? Next gak nih?

Continue Reading

You'll Also Like

6.9M 962K 52
[SEQUEL OF A DAN Z] Tumbuh dewasa tanpa kedua orang tua dan memiliki tanggung jawab yang sangat besar, terlebih harus menjadi sosok orang tua untuk k...
97.7K 4.6K 47
⚠️ FOLLOW SEBELUM BACA ⚠️ Ayasha Humaeera Rayzille, seorang gadis berusia delapan belas tahun. Ayasha adalah seorang gadis yang jarang mendapati kasi...
6.9M 484K 59
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
16.1K 2.6K 3
[A DAN Z UNIVERSE] Dibaca berurutan: A dan Z, ATHARRAZKA, ATHARRAZKA 2: Aryan, ATHARRAZKA 3: Zyana. Zyana Falisha Atharrazka, anak perempuan semata w...