UNSTOPPABLE | Vrene [COMPLETE]

By pinkynbl

52.3K 6K 759

"Cinta memang sulit untuk di prediksi, bak bunga di musim gugur, cinta-cinta itu berguguran lalu jatuh terhem... More

• CAST
•PROLOG
01 ㅡ The beginning
02 ㅡ Princess
03 ㅡ Materials crack
04 ㅡ Mysterious
05 ㅡ Curious
06 ㅡ Understanding
07 ㅡ Despondent
08 ㅡ Treason
09 ㅡ Unbelieved
10 ㅡ Bad human
11 ㅡ Question
12 ㅡ Regret
13 ㅡ Escape
14 ㅡ Problem
15 ㅡ Crazy things
16 ㅡ Meeting point
17 ㅡ Sadness
18 ㅡ The reason for life
19 ㅡ A smile
20 ㅡ Expedition
21 ㅡ Accusation
23 ㅡ Heroik
24 ㅡ Snowflake
25 ㅡ After sunrise
26 ㅡ Promise, promise [END]
EPILOG

22 ㅡ Suspiciousness

1K 178 44
By pinkynbl

"Sejeong-ah?"

"Ye?"

"Apakau menyukai suasana malam seperti ini?"

"Ya, tentu saja."

Gadis itu terdiam. Semilir angin mulai meniup rambut cokelatnya yang indah. Sorot matanya tampak sendu dengan sedikit kantung mata yang melebar. Bibir tipisnya terlihat rapat tanpa polesan makeup. Gadis itu menatap jalanan kosong yang terlihat dari atas balkonㅡtempatnya berdiri.

"Memangnya kenapa?" tanya gadis bernama Sejeong.

"Aniyo, nado-nan-jjowaeyo."

Sejeong mengangguk kecil saat gadis itu mengungkapkan rasa sukanya terhadap suasana malam seperti ini.

"Terkadang aku berpikir, kenapa Tuhan menciptakanku kedunia ini. Ash, ingin sekali aku bertanya padaNya," ucap Irene mendesah pelan.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Sejak aku kecilㅡaku tidak pernah merasakanㅡbagaimana rasanya dicintai dan disayangi. Terlebih, oleh orangtuaku sendiri. Sejak kecil, aku selalu ditinggalkan, aku tidak pernah diperhatikan meski kebutuhanku selalu tercukupi. Ayah dan ibuku selalu beralasan bahwa semua kerjakeras yang mereka lakukan adalah untukku. Mereka selalu pergi dipagi buta dan pulang dimalam suntuk. Aku selalu kesepian...," ucap Irene.

Sejeong hanya terdiam seraya menunggu kelanjutan yang akan Irene ucapkan.

"Hah, aku sangat bahagia saat bertemu dengan keluarga kecil Taehyung. Mereka selalu bersama dalam keadaan apapun. Mereka tidak pernah mengeluh saat himpitan ekonomi mengharuskan mereka untuk bekerja keras. Aku merasa hidupku diselimuti rasa hangat saat bersama dengan mereka."

"Aigoo, sepertinya kau sedang merindukan keluargamu," gumam Sejeong.

Irene mengangguk. "Aku iri pada gadis seusiaku. Kenapa hidup mereka terlihat baik-baik saja. Sedangkan aku? Disaat aku mulai menemukan kebahagiaanku, selalu ada saja hal yang membuatku kalut. Ibu, Taehee-ahjumma, Yerim bahkan Saeron ... disaat aku mulai bahagia bersama mereka, Tuhan begitu cepat mengambil kebahagiaan itu."

Sejeong hanya terdiam. Ia membiarkan gadis itu menumpahkan segala keluh-kesah yang mengganjal dihatinya. Sejeong mengusap punggung Irene.

"Dan sekarang, Taehyung ..."

Irene tidak melanjutkan perkataannya. Ia menangis dalam diamnya.

"... Taehyung tidak mungkin melakukan hal itu. Aku tahu dia pria yang baik. Taehyung selalu jujur pada siapapun." Desahnya perlahan.

"Bersabarlah, aku dan teman-teman akan berusaha untuk mencari kebenaran atas kasus ini. Kau tidak perlu khawatir," ucap Sejeong

Irene mengangguk pelan. "Sejeong-ah...," panggil Irene.

"Ye?"

"Kenapa kau terlihat baik-baik saja saat orangtuamu telah tiada?"

"Memangnya aku harus bagaimana?"

"Pada umumnya, manusia akan mengekspresikan kesedihan mereka. Dengan menangis, misalnya."

"Aku pernah menangis. Tetapi aku tidak terlalu meratapi kepergian mereka."

"Baguslah."

Sejeong mengangguk. "Kuharap, kau bisa menerima kepergian ayah dan ibumu."

"Aku akan berusaha melupakannya," balas Irene.

"Yakinlah, Tuhan akan memberi sosok pengganti atas kepergian ayah dan ibumu."

"Aku meyakininya."

Sejeong tersenyum hangat pada Irene. Dunia memang kejam. Baik Sejeong, Irene, maupun Taehyung, ketiganya memiliki latar belakang keluarga yang berbeda-beda dengan kondisi bermacam-macam pula.

"Hei, bukankah Taehyung datang untuk mengganti kebahagianmu yang telah pergi?" ucap Sejeong dengan nada menggoda.

Irene sempat terkejut. Namun, dengan segera ia menormalkan kembali ekspresi wajahnya.

"Iyakan?" ucap Sejeong semakin menggoda.

"Hei, jangan seperti itu. Kau juga bagian dari orang yang dikirimkan Tuhan untuk menggantikan kebahagianku yang hilang," ungkap Irene.

"Astaga, aku sangat tersanjung." Ucap Sejeong tersenyum cerah. Detik berikutnya, gadis itu memeluk Irene dengan erat. "Gomawo-yo, Irene-ah."

Irene hanya tersenyum seraya membalas pelukan hangat dari Sejeong. Keduanya tertawa pelan. Irene menemukan keluarga baru. Gadis itu kembali tersenyum cerah seperti biasanya.

Satu minggu telah berlalu, berbagai persiapan telah dilakukan oleh pihak kepolisian setempat untuk melakukan sidang perdana terkait kasus pembunuhan yang menjerat Terdakwa Kim Taehyung.

Ruangan bersuhu panas itu dipenuhi oleh awak media dari berbagai stasiun televisi. Peristiwa terbunuhnya pasangan suami-istri itu berhasil menggemparkan dunia politik dan masyarakat setempat. Pasalnya, Lee Yeonhee, wanita yang sempat menghilang beberapa bulan lamanya, kini muncul lewat kasus pembunuham yang menimpa wanita itu. Begitupun dengan Bae Jungsoo, pria yang menjabat sebagai Menteri Keuangan itu telah ramai diperbincangkan akibat kasus korupsi yang menjeratnya. Bahkan, masyarakat telah menstigma kejahatan Jungsoo sehingga banyak dari mereka yang ikut senang atas terbunuhnya pejabat seribu ambisi itu.

Setelah menunggu beberapa menit, Sidang Perdana Kasus Pembunuhan itu siap dilaksanakan. Kim Taehyungㅡtersangka pembunuhanㅡmulai terlihat batang hidungnya. Pria itu terduduk diatas kursi hitam yang menghadap kearah Hakim Agung dan kedua Asisten-nya. Wajah Taehyung terlihat tenang seolah tidak ada apapun yang menimpa pria itu.

Disudut kursi paling belakang, terlihat Bae Irene yang tertunduk. Sedari tadi, gadis itu berdoa supaya kasus Taehyung segera terbongkar. Semoga para Hakim itu dapat bersikap adil pada Taehyung.

"Yakinlah, Taehyung tidak bersalah."

Gadis bermarga Bae itu memutar badannya. "Oh, Chanyeol-ssi." Ucapnya saat ia melihat Chanyeol terduduk disampingnya.

"Bagaimana? Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Irene.

"Tenang saja, analisis kita berhasil. Otomatis, hasil yang kita telusuri akan menjadi bukti kuat untuk membebaskan Taehyung," balas Chanyeol.

"Baguslah, aku sangat senang mendengarnya."

Chanyeol mengangguk, pria itu memalingkan matanya lalu melihat kearah Taehyung. "Aku yakin ini berhasil," gumam Chanyeol.

Seperkian sekon berikutnya, ketukan palu berhasil membuyarkan lamunan Irene. Dengan segera, gadis itu menfokuskan pikirannya kepada Taehyung yang sedang disidang.

"Baiklah, Saudara Kim Taehyungㅡanda terjerat hukuman yang tercantum dalam Pasal A37 Ayat 12 tentang Kasus Pembunuhan Terencana. Pihak penuntut umum telah memberikan berbagai data dan fakta terkait hal tersebut."

Taehyung hanya terdiam. Ia yakin, dirinya tidak bersalah.

"Apakah ada pembelaan dari pihak anda?" tanya Hakim Agung.

Taehyung hanya menghela napas. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Namun, hatinya berkata bahwa ia benar-benar tidak bersalah.

Beberapa menit berlalu. Hakim Agung terus melontarkan bukti-bukti bahwa Taehyung memang benar bersalah. Berdasarkan hasil survey dan analisa, Taehyung menggunakan pistol Jungsoo untuk membunuh keduanya.

"Baiklah, jika tidak ada pembelaan dari pihak anda. Kami akan memutuskan bahwa saudara Kim Taehyung terjerat Pasal A37 ayat 12. Oleh karena itu, anda dihukum minimal 15 tahun penjara dan maksimal seumur hidup. Keputusan ini disepakati dan disahkan di Gedung Im-sung, Seoul, Korea Selatan."

Hakim Agung mulai mengangkat palu untuk mengesahkan hasil keputusan Sidang Perdana hari ini.

"Chakkaman-yo!"

Semua mata tertuju pada gadis yang barusaja memasuki ruang persidangan.

"Siapa anda?!" pekik Hakim Agung merasa risih dengan kedatangan gadis itu.

"Annyeong-hasseo, Ireumeun Kim Sejeong-imnida." ucap Sejeong seraya menunduk hormat pada jajaran Hakim didepannya.

"Ada perlu apa?" tanya sang Hakim.

"Maafkan saya sebelumnya, saya dari pihak Pengawal Besar Presiden. Saya ingin menjelaskan bukti-bukti terkait kasus yang menimpa Rekan Kerja saya, Kim Taehyung."

"Astaga, apakah anda tidak mengetahui prosedur yang benar untuk menyampaikan pendapat?" tanya sang Hakim.

"Izinkan saya Ketua Sidang. Saya benar-benar ingin menyampaikan kebenaran ini."

"Tidak!" pekik sang Hakim Agung membuat siapapun yang berada diruangan itu terkejut.

"Mengapa tidak? Bukankah saya memiliki hak yang sama dengan peserta sidang untuk melakukan pembelaan terhadap terdakwa?"

"Sudah kukatakan, anda tidak memenuhi prosedur!" gertak sang Hakim.

Sejeong menghela napas pelan.

"Jika saya tidak diperkenankan untuk menjelaskan tentang bukti-bukti terkait, bolehkah saya bertanya pada anda semua?" ujar Sejeong. Nyalinya benar-benar tinggi.

Sang Hakim Agung tampak berbisik kepada rekannya.

Beberapa detik berlalu, Ketua Hakim itu berdehem pelan lalu memperbolehkan Sejeong untuk bertanya kepada mereka.

"Terimakasih." Sejeong berhenti sejenak lalu kembali membuka suara. "Jika Taehyung memang membunuh Lee Yeonhee dan Bae Jungsoo, bukankah seharusnya ia diberi penghargaan atas tindakannya membunuh para Koruptor dan Pejabat aktif yang meninggalkan kewajibannya?"

Hakim Agung nampak terkejut mendengar pertanyaan dari Sejeong. Begitupun para peserta sidang, mereka terlihat bertanya-tanya atas ketidaklancaran sidang perdana ini.

"Apa maksudmu?!" gertak sang Hakim.

"Seharusnya pihak kepolisian maupun Pengadilan Negeri, memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya pada Kim Taehyung karena pria itu telah berhasil meringkus para pelaku korupsi dinegara kita. Bukankah Bae Jungsoo dan Lee Yeonhee adalah pejabat negara yang tidak becus dalam memegang jabatan?!"

"A-apa?" Sang Hakim terlihat gugup.

"Dalam buku catatan Kepolisian Nasional Republik Korea yang diketuai oleh Detektif Park Jimin disebutkan bahwa Bae Jungsoo dan Lee Yeonhee adalah tersangka yang memiliki tindak kejahatan tak kasat mata. Meski Lee Yeonhee mengakui kesalahannya, tetap saja, wanita itu menjadi tersangka pejabat aktif yang hilang meninggalkan tanggung jawab terhadap negara. Seharusnya anda lebih jeli karena anda seorang pengamat hukum."

"Astaga, Gadis ini! Kau tahu darimana, eoh?!"

Sejeong tersenyum menyeringai.

"Sebelum anda menaiki Podium itu, apakah anda tidak membaca dan membahas materi yang akan anda sidangkan?"

"Shit! Anak ini!" pekik Sang Ketua Hakim membuat para peserta sidang nampak berbisik-bisik.

"Aigoo, apakah itu sikap bijak dari Ketua Hakim?"

"Ck, arogan sekali!"

"Astaga, gadis itu benar! Kenapa pihak kepolisian tanpak meremehkan masalah ini?"

"Ada apa dengan Kepolisian dan Pengadilan Negeri?"

Sejeong terlihat puas mendengar bisikan-bisikan kecil dari para peserta sidang.

"Lalu bagaimana, Ketua Hakim? Jika anda tetap memutuskan Taehyung bersalah, besar kemungkinan anda juga terlibat dalam kasus korupsi tersebut. Anda juga tidak benar-benar mempelajari kasus ini."

Ketua Hakim itu terdiam. Suasana ricuh mulai terdengar diruangan besar itu. Sidang perdana terlihat keos.

"Jika anda diam dan tidak memutuskan hasil yang tepat. Anda bisa saja dituntut Pasal 15B Ayat 36 tentang Etika Profesi."

Hakim itu tampak gusar. Dengan cepat, ia mengumumkan bahwa sidang akan dilanjut dengan tempat dan waktu yang menyusul.

"Sidang ditunda sampai pihak kepolisian mendapat data dan bukti pendukung. Kami akan memberitahukan kembali terkait waktu dan tempat persidangan. Sekian dan Terimakasih!" ungkap Hakim tersebut. Beberapa detik setelahnya, terdengar suara ketukan palu pertanda bahwa sidang telah selesai.

Sejeong tersenyum puas. Pencariannya bersama Irene, Chanyeol, Hoseok dan Jongin membuahkan hasil. Satu minggu terlihat menegangkan saat mereka harus mengumpulkan bukti konkret untuk membebaskan Taehyung. "Maafkan aku, Irene-ah. Ini adalah bukti nyata bahwa ibumu juga pernah terlibat tindak kejahatan dengan melakukan negosiasi licik pada pejabat negara," batin Sejeong. Mengingat betapa sedihnya wajah Irene saat gadis itu mengetahui fakta mengejutkan tentang ibunya.

"Hoi, luar biasa!" pekik Hoseok menghampiri Sejeong yang diam mematung.

"Uri-Sejeong-ie!!" pekik Jongin lalu memeluk Sejeong.

"Kau hebat sekali!" pekik Chanyeol yang berjalan kearah Sejeong.

"Ck, aku tidak hebat. Kalianlah yang hebat!" pekik Sejeong seraya memukul bahu Jongin.

"Tapi kau yang paling hebat!" pekik Hoseok mengusap pelan rambut cokelat Sejeong.

"Hei, sudahlah." gumam gadis itu. Detik berikutnya, "Kim Taehyung!" pekik Sejeong menghampiri Taehyung yang terdiam dikursi hitamnya.

"Aigoo, uri-Taehyung-ah!" pekik Hoseok lalu memeluk Taehyung dengan erat.

"Terimakasih banyak atas kerja keras kalian. Aku sangat terharu mendapat kejutan ini!" ucap Taehyung.

"Hei, memang kau tidak bersalah, Bodoh! Kita hanya berusaha mengungkap kebenaran!" ujar Jongin.

"Aigoo, kalian seperti detektif handal yang berhasil memecahkan masalah pelik." Ungkap Taehyung tersenyum ceria.

"Siapa kita?" tanya Hoseok pada teman-temannya.

"Pengawal Handal!" pekik mereka. Yap, mereka sering menggunakan kalimat tersebut untuk menggugah semangat saat sedang bertugas.

"Tunggu, kita tidak akan berhasil tanpa adanya Irene. Dia yang banyak mengungkap fakta tentang masalalu Lee Yeonhee. Bagaimanapun, aku sangat bangga padanya."

Keempat manusia itu terdiam. Beberapa detik setelahnya, Hoseok, Jongin, Chanyeol dan Sejeong saling berpandangan. "Kemana Irene?!" pekik mereka bersamaan.

"Kalian tidak bersama Irene?" tanya Taehyung mulai khawatir.

"Saat sidang berlangsung, Irene masih duduk bersamaku. Tapi, aku tidak tahu kemana dia pergi." Ungkap Chanyeol dengan pelan.

"Astaga, lalu dimana dia?" tanya Sejeong mulai was-was.

"Kalian tidak melihatnya?!" pekik Sejeong pada Hoseok dan Jongin.

"Kami berdua duduk didepan. Aku telah menitipkan Irene pada Chanyeol. Irene menolak untuk duduk dibarisan depan. So, aku tidak tahu kemana perginya gadis itu."

"Aku berani bersumpah, Sejeong. Beberapa menit yang lalu, Irene masih bersamaku." Ucap Chanyeol, sementara Sejeong, gadis itu tampak jengah seraya mengerlingkan mata miliknya.

"Taehyung?! Kau mau kemana?!" pekik Sejeong melihat Taehyung berdiri dengan mata menyalang.

"Tae, kau harus melakukan rekam jejak terlebih dahulu. Pihak kepolisian sedang menganalisis kembali. Jadi tetaplah disini," nasihat Sejeong.

"Aku tahu Irene sedang dalam bahaya!" pekik Taehyung. Pria itu berlari keluar ruangan.

"Park Chanyeol! Kau tidak mengerjakan tugasmu dengan benar!" pekik Sejeong sangat marah pada Chanyeol. Sementara pria itu hanya menunduk dengan sedih.

"Lebih baik kita temui pihak Kepolisian untuk membebaskan Chanyeol," usul Hoseok yang ingin meredakan suasana yang mulai menegang.

"Lalu bagaimana dengan Irene dan Taehyung?!"

"Aku yakin Taehyung bisa mengatasinya dengan baik."

Sejeong menghela napas. "Aish, masalah apa lagi ini?!" batinnya.

"Irene!"

"Bae Irene!"

"Bae Irene, kau dimana?!"

Berkali-kali Taehyung memekik diluar gedung yang terlihat lenggang oleh aktivitas manusia. Taehyung tampak gusar, setelah berkian kali ia memekikan nama Irene, tidak ada satupun jawaban dari gadis itu.

"Ahjumma, apa kau melihat gadis ini?" tanya Taehyung seraya menyodorkan sebuah photo begitu ia menemui seorang bibi didekat pintu masuk.

"Tidak," ucap sang bibi.

Taehyung menghembuskan napas lelah. "Siapa yang berani bermain-main denganku?!" ungkapnya dengan kesal.

Taehyung terdiam. "Ck, kemana para pengawal handal itu?!" pekiknya pelan saat ia tidak melihat sosok teman-temannya yang membantu memecahkan kasus yang menjeratnya hari ini.

Taehyung kembali terdiam. Ia benar-benar kalut saat dirinya tidak menemukan batang hidung Irene.

"TAEHYUNG-AH!"

Hati Taehyung tercekat saat ia mendengar suara Irene dari dalam mobil yang barusaja melintas dihadapannya.

"Irene!" pekik Taehyung saat dirinya melihat dengan jelas ketakutan yang memancar dari raut Irene. "Shit! Oh Sehun, Brengsek!" lanjut pria itu saat ia mengetahui bahwa mobil hitam itu adalah milik Sehun.

"TAEHYUNG-AH, TOLONG AKU!" pekiknya sekali lagi.

Taehyung meludah sembarang. Dengan hati bergemuruh, ia berlari menyusul mobil hitam itu. "Irene!" pekiknya lagi.

"SIAL! aku tidak mungkin menyusulnya dengan berlari seperti ini!" pekik Taehyung.

Dengan cepat, Taehyung mencari kendaraan yang dekat dengannya. Tidak peduli itu milik siapapun. Yang terpenting, Taehyung bisa menyusul mobil Sehun.

"Kim Jongin! Tolong lemparkan kunci motormu!" Taehyung berteriak saat ia melihat Jongin dan Hoseok keluar bersamaan.

"Apa yang terjadi pada Irene?" tanya Jongin seraya melempar kunci kearah Taehyung.

"Aku akan menceritakannya nanti!" ucap Taehyung lalu menyalakan motor dan mulai berjalan menyusul Sehun.

"Irene, berjanjilah padaku, kau akan baik-baik saja!" Batin Taehyung. Pria itu menancap gas sampai batas kecepatan maksimal. "Ah, itu dia!" pekiknya saat ia melihat mobil hitam milik Oh Sehun. [,]

[a/n]
Hallo guyss...
Gimana masih kuat enggak sama konfliknya? Ini konfliknya udah bener2 klimaks. Jadi ya.... Bentar lagi mau ending :(

Terimakasih yang udah mensupport cerita ini dengan vote dan komen. Apalagi yang komen uhuhuhu makasihh banyakkk banget yaaa sayang sayangkuuu 💓💓

Continue Reading

You'll Also Like

43.9K 2.3K 21
Li Xiu Xi adalah seorang pendagang jalanan. sejak kecil dia di ajari seni bela diri, selain itu dia juga perempuan yang bisa di bilang kejam. di duni...
5.7K 1.2K 25
FOLLOW! JANGAN LUPA VOTE, KOMENTAR, SARAN DAN KERITIK YANG MEMBANGUN, YA! TERIMAKASIH.
50.7K 5.2K 32
[Complete] Butterfly Effect, teori kekacauan yang di mana perubahan kecil pada satu dalam suatu sistem dapat mengakibatkan perbedaan besar dalam kead...
86.6K 12.8K 25
which is always there will not necessarily feel its presence