My Name Is Zeon

By zoolanderzariuszack

32.7K 2.1K 267

Zeon is brighter than Neon... Kisah detektif aneh dengan asisten yang sama anehnya dalam kumpulan kasus aneh... More

Meet Me
Meet Zeon
Zeon's Case : Mole I
Zeon's Case : Mole II
Zeon's Case : Mole III
Zeon's Case : Mole IV
Zeon's Case : Miss Call I
Zeon's Case : Miss Call II
Zeon's Case : Miss Call III
Zeon's Case : Miss Call IV
Zeon's Case : Miss Call V
Zeon's Case : Miss Call VI
Zerry's Notes : Mr.Z
Zeon's Case : Men In Pink I
Zeon's Case : Men In Pink II
Zeon's Case : Men In Pink III
Zeon's Case : Men In Pink IV
Zeon's Case : Men In Pink V
Zerry's Notes : Mr.G

Meet Client

2K 141 32
By zoolanderzariuszack

Sudah lima hari aku di tempat ini dan tidak berbuat apa-apa.

"Benarkah kau tidak tertarik untuk menyelidiki kasus-kasus besar?"

"Untuk apa?" tanya Zeon.

"Lihat berita-berita ini..." kataku sambil membaca headline di surat kabar yang sudah berhari-hari ada mengema di sana, "Perampokan bersenjata di daerah Sunter pada malam hari. Korbannya para supir truk."

"Bukan sudah biasa kayak begitu, di daerah itu?"

"Tapi ada yang aneh."

"Di mana letak keanehannya?"

"Para korban mengaku kalau mereka hanya diberhentikan para perampok, tapi tidak ada yang dirampok. Mereka hanya memeriksa truk itu tanpa mengambil apa pun. Kau tidak merasakan keanehan tersebut?"

"Mereka salah tulis kayaknya, tidak ada yang aneh."

"Baik, bagaimana kalau kabar yang lain," kataku sambil membalik halaman pada koran itu, "Penembakan di perusahaan asing tersangkanya sudah ditangkap, tapi polisi tidak mempunyai bukti bahwa benar ada penembakan. Hanya pistol yang ditemukan."

"Itu urusan polisi, bukan urusan kita."

Aku benar-benar ingin membunuh pria bernama Zeon ini. Aku rasa ia terlalu berlebihan kalau menyamakan dirinya sebagai salah satu detektif terkenal. Kepekaannya terhadap kejahatan saja tidak ada sama sekali.

Aku tidak menyerah. Berita yang akan ku bacakan ini pasti menarik perhatiannya.

"Kalau ini pasti kau tertarik."

"Oh ya?"

"Kepolisian masih belum menemukan pelaku pembunuhan duta besar Jepang seminggu lalu. Diduga pelakunya tiga orang. Kau tahu apa artinya?"

"Polisi sedang bekerja keras."

"Bukan itu....Ini berarti kau bisa membuktikan kemampuanmu di sana."

Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan hal ini. Karena aku sendiri ragu ia bisa menjadi seorang detektif.

"Aku tidak tertarik."

Zeon hanya menjilat permen yang sedang ia makan. Tidak peduli dengan segala yang aku katakan tadi. Aku benar-benar kesal dengan orang ini.

Huh....!!!

"Ding...Dong...!!!"

Aku melirik Zeon, Zeon pun melirik ke arahku.

"Ding...Dong...!!!"

Benarkah ini suara bell?

"Ding...Dong...!!!"

Aku langsung bergegas untuk membukakan pintu dengan semangat. Apakah ini klien pertama kami?

Seorang pria lusuh dan pakaiannya agak basah berdiri di hadapanku saat ku buka pintu ini.

"Maaf pakaianku agak basah," kata pria itu, "tempat saya dekat danau sih, jadi kena ciptran Jetski."

Aku tidak merasa itu penting untuk dikatakan.

"Ini tempat selidik menyelidik?" tanya pria itu lagi dengan agak sedikit canggung.

"Iya benar sekali," kataku ramah, seramah mungkin, "ada yang bisa kami bantu pak?"

"Saya ingin menyewa kalian, bisa?"

"Benarkah?"

"Benar, berapa ya?"

"Tarif?"

"Iya berapa?"

"Tergantung pak."

"Tergantung apa?"

"Bagaimana kalau bapak masuk dulu untuk menjelaskan pada detektif kami di dalam?"

"Saat saya masuk, saya sudah bayar belum ya?"

"Belum."

"Ada paket apa saja di sini?"

"Tidak ada paket pak," kataku agak kikuk. Aku benar-benar tidak bisa menjawab pertanyaan itu, "bapak masuk dulu."

"Tidak ada promosi?"

"Mmm...."

Aku mengajak tamu kami untuk duduk di lantai. Kenapa sih Zeon tidak membeli sebuah sofa?

"Silahkan duduk di sini pak?"

"Tempat dektektif memangnya lesehan ya?"

Aku hanya tersenyum kecil.

"Ada apa pak?" akhirnya Zeon mengeluarkan suaranya, "ada yang bisa bapak ceritakan?"

"Soal biayanya dulu nih."

"Itu urusan belakangan," kata Zeon, "saya dengar dulu bapak cerita, baru saya bisa menentukan biayanya."

"Baiklah kalau begitu."

"Nama bapak?"

"Saya Danu, dek."

"Tidak perlu memanggil saya adik, panggil saya Zeon!"

"Maksud saya bukan adek, tapi dektektif."

"Detektif pak, tidak ada K."

"Detetif?"

"Sudahlah.." kata Zeon tenang, "panggil saya Zeon saja!"

"Baiklah."

"Bapak bisa cerita sekarang?"

"Huhh..." pak Danu menghela nafasnya, "menceritakan hal ini begitu berat buat saya."

"Bapak bisa mengatakanya pelan-pelan!"

"Tempat saya dirampok."

"Dirampok?"

"Saya sudah mencoba melaporkan hal ini ke polisi, mereka tidak percaya. Mereka bilang saya mengada-ngada. Padahal ada kamera CCTV yang merekam kejadian itu."

"Oh ya," kataku ikut bicara, aku tiba-tiba merasa tertarik dengan cerita pak Danu, "toko bapak atau kantor bapak yang dirampok?"

"Bengkel saya."

"Bapak itu pengusaha bengkel?"

Pria itu mengelengkan kepalanya, "saya tukang tambal ban."

Tukang tambal ban? Aku menengok ke arah Zeon. Zeon tidak kaget sama sekali. Ia hanya tersenyum melihat kekagetanku.

"Jadi tempat tambal ban bapak yang kerampokan?"

"Iya benar."

"Pakai kamera CCTV?"

"Bukan kamera CCTV saya, tapi kamera CCTV perusahaan di depan tempat saya. Beberapa jam yang lalu sewaktu saya sedang makan siang, saya tinggal tempat saya untuk makan. Begitu saya kembali, ada beberapa ban saya menghilang digondol orang. Saya kemudian meminta tolong teman saya yang seorang satpam di perusahaan di depan kantor saya untuk melihat kamera CCTV dan ternyata benar. Ada dua orang pakai motor yang mengambil ban itu."

"Ban itu mahal ya?"

"Lumayan mahal sih, itu ban truk besar."

"Lalu anda segera melapor polisi?"

"Iya," kata pak Danu agak kesal, "tapi mereka terlihat tidak peduli."

"Bapak mendapatkan ban itu dari mana?" tanya Zeon.

"Ada truk bocor bannya dan titip ke saya untuk di tambal. Ya...Nasib...Nasib....Sekarang kalau ban itu tidak ketemu saya harus ganti rugi deh."

"Menurut bapak, kenapa ada orang yang menginginkan ban itu?"

"Saya tidak tahu tuh."

"Baiklah...Saya punya satu gagasan kecil. Bapak mau mendengarnya?"

"Silahkan!"

"Apa bapak melihat atau mendengar penembakan di salah satu perusahaan asing di Danau Sunter?"

"Bagaimana kamu bisa tahu tempat saya di Sunter?"

"Baju bapak basah dan bapak bilang tempat bapak di dekat danau. Setahu saya, danau Sunter adalah tempat terdekat dari tempat ini yang menyediakan Jetski."

Aku hampir saya tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku.

Aku seperti hilang keseimbangan.

Aku mengambil koran yang tadi aku baca dan melihat lokasi terjadinya penembakan perusahaan asing itu.

"Kau tidak membaca jelas, temanku tercinta," kata Zeon perlahan, "nanti akan ku jelaskan."

"Aku tidak mengerti, temanku tercinta."

Aku masih jijik mengatakan itu.

"Pak," kata Zeon menoleh, "bapak belum menjawab pertanyaan saya."

"Oh, soal itu saya sih tidak dengar. Tapi saya tahu. Soalnya tempatnya tidak terlalu jauh dari tempat saya."

"Kejadian penembakan itu dua hari lalu, bagaimana situasi keadaan tempat itu?"

"Hari itu banyak truk-truk besar yang lalu lalang, sepertinya ada demo pabrik. Saya ingat sekali kejadian itu. Terus banyak polisi yang hilir mudik di jalan itu."

"Truk-truk pabrik di perusahaan asing itu?"

"Iya benar."

"Dan ban yang dicuri itu juga pasti dari truk milik pabrik itu?"

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Hanya sebuah gagasan kecil saja."

"Jadi..." kataku akhirnya, "kasus ini berhubungan dengan yang ada di koran ini ya?"

Zeon menganggukan kepalanya.

"Pak, apakah mungkin bapak menemukan sebuah peluru di antara selipan kembang roda ban itu?"

"Besi kecil depannya seperti kena palu?"

Zeon tersenyum. Aku tidak mengerti, sejak kapan urusan peluru ini bisa hadir. Darimana Zeon tahu soal itu?

"Bapak menemukannya?"

"Sepertinya saya buang, tapi..." pak Danu mengingat-ingat, "sepertinya masih ada dikaleng."

"Bapak yakin?"

"Yakin."

"Temanku tercinta," kata Zeon, "sepertinya kita akan mengungkap sebuah kasus besar."

"Oh ya?"

"Ini baru sebuah teori. Pembunuhan duta besar Jepang seminggu lalu masih belum ditemukan, diduga tiga orang. Duta besar itu terbunuh saat mengadakan pertemuan dengan buruh pabrik milik anaknya. Salah satu pelakunya dikenali oleh salah satu buruh pabrik, maka buruh pabrik mau ditembak juga di pabriknya, tetapi gagal. Pelakunya tertangkap tangan memegang pistol, tetapi polisi tidak menemukan pelurunya. Kedua rekannya sadar bahwa tindakan bodoh temannya akan berbuntut panjang dengan terbuktinya keterllibatan mereka dalam pembunuhan Duta besar itu, karena satu-satunya bukti yang bisa menghubungkan adalah pelurunya. Maka mereka mencoba mencari peluru itu di kawasan itu, dan akhirnya mereka sadar bahwa kemungkinan besar peluru itu terselip di sebuah ban truk. Maka mereka melakukan perampokan aneh tiap malam hanya untuk menemukan peluru itu. Mereka sadar bahwa bisa saja peluru itu hilang, tetapi mereka ingin memastikan semua ban pada truk itu diperiksa, termasuk yang sedang ditambal di tempat bapak. Maka mereka melakukan hal itu. Dan kalau teori saya benar, maka ada dua hal yang membuat mereka mudah ditemukan. Pertama peluru yang bapak temukan dan kamera CCTV yang mereka tidak sadari merekam pencurian ban itu. Dan sekali lagi kalau teori saya benar, maka bapak berjasa besar dalam menangkap pelaku pembunuhan duta besar Jepang."

Zeon berhenti bicara.

Aku sangat benar-benar ingin membunuh pria ini. Kenapa ia harus berbohong kalau dia sudah membaca semua berita di koran itu.

Tapi bagaimana pun juga, walaupun baru sebuah teori.Zeon cukup berhasil membuatku terpukau.

Tetapi...Ternyata kasus kecil ini bukan hanya membuat aku yang terpukau, tetapi hampir seluruh koran membicarakannya. Agensi detektif kami tiba-tiba saja kebanjiran klien semenjak teori Zeon ternyata benar.

Ketiga pelaku pun berhasil tertangkap.

Oleh jasa seorang tukang tambal ban dan Zeon.

Begitulah awal kisah kami, agensi detektif yang perlahan-lahan naik daun gara-gara berhasil memecahkan kasus besar ini. Maka dengan ijin khusus oleh kepolisian, agensi ini boleh membantu polisi untuk menyelidiki kasus kriminal.

Akhirnya...

Tapi...Sampai sekarang aku belum bertemu pak Ronny. Kira-kira apakah ia akan menambah kontrak kerja saya ya?

Author note :

Minta kripik cabenya ya...!!!!

Cerita ini ibarat sebuah Pilot dalam serial televisi. Ibaratnya pengenalan tokoh saja. Jika tokoh Zeon-ku ini disukai, aku akan membuat kasus-kasus lain yang lebih menarik.

Jadi perlukah ku lanjutkan?

Continue Reading