TREASURE HUNTER

By permen_jahe

22.1K 2.6K 541

a Narusasu Fanfiction Disc : Naruto @ Masashi Kishimoto Sebuah kotak kayu berdebu peninggalan kakeknya, mengi... More

CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 14

CHAPTER 13

1.1K 160 47
By permen_jahe

Pintu restauran fast food terbuka, menghasilkan bunyi lonceng pelan penanda pelanggan datang. Dua orang pria dan seorang wanita muda memasuki restauran, berbicara pada pelayan dan memesan makanan mereka. Ketiganya tidak duduk, memilih berdiri sembari memainkan ponselnya sambil menunggu pesanan. Tidak berapa lama, makanan yang mereka pesan selesai dan ketiganya langsung keluar dari restauran.

Pelayan restauran menatap kepergian pembelinya dengan senyum lalu dari sudut matanya, pelayan dengan topi merah itu melirik tiga pemuda yang masih asyik duduk dan mengobrol. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi sepertinya sangat serius, terlihah dari ekspresi di wajah ketiganya.

"Aku tidak mengerti, bagaimana kau bisa menyumpulkan waktunya?'' Naruto menggigit roti isi di tangannya dengan gigitan besar kemudian mengunyahnya cepat. Sedang Itachi mengangguk - angguk, setuju dengan pertanyaan Naruto.

"Kalian terlalu banyak makan  makanan instan, makanya otak kalian berjalan lambat macam siput'' komentar Sasuke pedas.

Itachi dan Naruto mengangkat bahu, tidak menanggapi serius omongan pemuda raven itu. Sasuke memang seperti itu, kalau adik Itachi itu tiba - tiba bicara dengan bahasa yang halus, sudah dipastikan itu bukan Sasuke, atau kalau memang wujudnya Sasuke, pasti dia sedang kerasukan.

"Tulisan 'pelangi' disini meski menggunakan kanji 'pelangi' tapi aku yakin ini hanya permainan pengucapan kata, yang dimaksud pasti jam dua. Pelangi dan jam dua memiliki pengucapan yang sama bukan'' terang Sasuke.

Sasuke menatap bergantian dua orang di kanan kirinya, memastikan kalau Naruto dan Itachi bisa mengikuti alur pikirannya. Percuma susah payah menjelaskan kalau mereka tidak mengerti juga.

"Bagaimana? Kalian mengerti?'' Sasuke harus memastikan mereka paham.

"Ya... kami paham'' sahut Naruto meski dengan nada kurang yakin. Pemuda pirang itu paham dengan maksud Sasuke, tapi masih kurang yakin saja.

"Oke, jadi kita tunggu sampai jam dua siang baru bergerak'' Sasuke menegakan punggung saat merasa diskusi mereka sudah selesai.

"Bagaimana kalau yang dimaksud jam dua malam?''

Jitakan keras mendarat di kepala Itachi membuatnya mengaduh dan mengerucutkan bibir. Sasuke sang pelaku pemukulan melotot tajam, membuat Itachi yang niatnya ingin marah urung melakukannya.

"Bodoh. Sudah jelas tertulis cahaya siang hari. Lagipula kalau malam mana ada cahaya'' sembur Sasuke.

"Bisa pakai senter'' Satu jitakan mendarat lagi, Naruto yang melihatnya hanya meringis, prihatin dengan nasib Itachi yang harus dianiaya Sasuke.

"Kita bahkan tidak tahu cahaya akan datang dari sudut mana dan bagaimana akan menembus gerbang. Jadi ikuti caraku saja'' putus Sasuke, tidak bisa dibantah lagi.

Naruto terkekeh geli melihat wajah nelangsa Itachi yang sudah dua kali kena keplakan maut Sasuke, sedangkan Itachi mendelik galak melihat temannya malah terlihat senang melihat penderitaannya.

-
-

Hinata menatap kedai fast food di seberang jalan dari dalam mobilnya yang terparkir di sisi jalan yang lain. Dia tahu anak - anak yang diikutinya ada di dalam dan sangat mungkin tengah merencanakan sesuatu. Mengingat semua hal dan tindakan yang sudah dia dan ayahnya lakukan selama ini, sekarang Hinata tidak ingin gegabah mengambil kesimpulan. Lebih baik memperhatikan dari jauh apa yang akan mereka lakukan dan saat ada kesempatan baik baru merebut peran mereka mendapat harta karun.

Senyuman miring tersungging di bibirnya. Cepat - cepat gadis itu menaikan kaca jendela mobil saat dilihatnya orang - orang yang diawasinya keluar dari kedai. Pandangannya awas mengawasi pergerakan targetnya, layaknya hewan buas yang tengah berburu makanan.

Udara siang di kota Saga terasa panas menyengat. Rasanya seolah membakar kulit apalagi saat harus berada di luar ruangan. Keringat terasa mengalir di punggung, jangan lupakan dahi yang sudah basah dengan peluh. Intinya Sasuke kepanasan sekarang. Pemuda raven itu mengibaskan kerah kaos yang dipakainya, berharap mendapat sedikit udara dingin untuk kulitnya yang terasa terbakar.

"Minumlah'' tersentak kaget saat merasakan dingin di pipinya, Sasuke menoleh dan mendapati Naruto tengah tersenyum lebar dengan sebotol air mineral dingin yang disodorkan ke arahnya. Sasuke meneguk ludah, mendadak tenggorokannya kering begitu melihat air yang terlihat dingin apalagi dengan titik embun disepanjang permukaan botol, membayangkannya saja sudah sangat menyegarkan. Sasuke menyambar cepat air mineral yang disodorkan padanya. Membuka tutup dan meneguknya cepat sambil sudut matanya melirik pada Naruto yang tengah memberikan satu botol air pada Itachi yang duduk santai sambil mengipasi wajahnya dengan buku yang dicuri Naruto.

Ketiganya sekarang berada di depan gerbang museum Saga. Tidak benar - benar di depan bangunan itu, tapi berada di bawah pohon momiji yang tidak jauh dari bangunan museum. Pohon yang pernah dijadikan tempat bersembunyi oleh Sasuke sebelumnya. Mereka disana lebih dari satu jam. Menunggu dan mengamati apa yang akan terjadi selanjutnya. Naruto melihat jam yang melingkar di tangannya, masih sekitar dua puluh menit lagi sebelum tepat jam dua. Waktu yang menurut Sasuke tertulis di buku yang sekarang sedikit lecek karena digunakan Itachi untuk kipasan.

"Kalau analisamu benar, kira - kira bagaimana cahaya itu menembus gerbang?'' Naruto meneguk minumannya sembari matanya menatap ke depan. Ke arah gerbang dengan Sachi no mon sebagai penjaga.

"Aku tidak tahu'' jawab Sasuke, jujur. Pemuda raven itu memang tidak tahu bagaimana cahaya matahari akan menembus gerbang. Pintu itu begitu tinggi dan kokoh. Terbuat dari kayu yang dilapisi besi, wajar karena dulu bangunan itu adalah kediaman daimyo, jadi harus bisa melindungi penghuninya. Pagar yang mengelilinginya juga tidak mungkin di tembus cahaya.
"Kalau analisamu salah bagaimana?'' Itachi bertanya, tetap duduk santai sambil bersandar di bawah pohon. Wajahnya terlihat kurang tertarik, dan itu membuat Sasuke diam - diam kesal.

"Aku tidak mungkin salah'' Sasuke merebut buku yang sedang dipakai Itachi untuk kipas - kipas, membuat pemuda raven yang lebih tua itu menggeram kesal, tapi tidak berbuat apa - apa saat adiknya malah memelototinya. Untung saja Itachi terlalu sayang pada adiknya itu. Kalau tidak pasti sudah dimarahinya orang yang sudah mengganggu kesenangannya.

"Aku kan hanya bertanya. Kemungkinan analisamu salah kan tetap ada'' Itachi masih tidak mau kalah. Pemuda itu malah menyeringai melihat adiknya kesal. Sasuke itu lucu kalau kesal, menurut Itachi sih. Lihat saja pipinya yang memerah dan matanya yang menyipit tajam, bukankah itu lucu, setidaknya untuk Itachi karena bagi Naruto, Sasuke dalam mode marah sama dengan binatang buas yang mengamuk.

"Sudah, jangan berdebat. Tinggal  sepuluh menit dan kau bisa lihat apa analisa Sasuke benar atau tidak'' Naruto mencoba menengahi dua kakak adik yang sedikit tegang. Itachi memang hobi menjahilinya, lihat saja senyum menyebalkan yang muncul di wajahnya saat melihat wajah kesal Sasuke.

Tiga pemuda itu segera menghadap ke depan. Itachi menepuk - nepuk kotoran yang tidak sengaja menempel di pantatnya, baru ikut mengamati gerbang seperti dua temannya.

"Aku masih kurang yakin'' kelihatannya Itachi masih betah menggoda Sasuke, terlihat dari seringai di wajahnya ''Gerbangnya kokoh, tidak bisa di tembus apapun, kecuali peluru'' Itachi mengedikan bahu ''Jadi bagaimana cahaya bisa menembus. Mungkin saja bukan menembus gerbang tapi lewat celah di bawah'' lanjutnya. Itachi berdiri santai dengan satu tangan dimasukan ke saku, sikapnya terlihat meremehkan.

Sasuke melotot tajam, dia benar - benar tidak suka ada orang menyepelekan teorinya, mungkin ini efek Sasuke yang selalu jadi yang terbaik di sekolah jadi jengkel kalau ada yang meragukan kemampuannya.

"Kau benar'' gumam Naruto pelan. Si pirang itu menatap lurus ke arah gerbang, ada senyum di wajahnya. Tiba - tiba sesuatu terlintas di otaknya dari perkataan Itachi tadi.

"Apa yang benar? Kau setuju dengan pemikiran Kakakku hah?'' Sasuke menatap tajam Naruto yang bahkan mengabaikannya dan terus melihat ke arah gerbang dengan senyuman yang tidak hilang dari wajahnya.

"Lihat kan, bahkan Naruto mengakui kalau aku benar'' Itachi mengangkat dagunya, merasa bangga dengan pemikirannya.

"Naruto! Idiot!'' Sasuke mendorong bahu si pirang itu. Cukup keras karena Naruto sampai terjajar beberapa langkah. Sasuke kesal karena pertanyaannya tidak di jawab dan malah bengong sambil senyum - senyum layaknya orang gila. 

"Maksudku, kalian berdua benar!'' Seru Naruto girang. Matanya berbinar menatap Sasuke yang justru bingung dengan tingkah ajaib si pirang itu. Pemuda raven itu menatap kakaknya dengan pandangan bertanya.

"Analisa Sasuke tidak salah dan pendapatmu Itachi'' Naruto menunjuk wajah Itachi dengan telunjuknya ''Juga masuk akal''.

"Kau jangan berbelit - belit, otakmu bisa berasap'' seru Itachi yang sebenarnya juga penasaran dengan maksud Naruto.

"Peluru'' jawab Naruto ''Kau ingat lubang peluru yang ada di gerbang, yang kau ceritakan itu. Aku yakin itu yang dimaksud cahaya menembus gerbang'' wajah Naruto semakin sumringah. Dia yakin sekali kalau pemikirannya benar kali ini.

Itachi dan Sasuke saling melirik, masing - masing berpikir dalam kepalanya. Apa yang dikatakan Naruto jelas masuk akal dan bisa menjawab kebingungan mereka sejak tadi.

Lubang di gerbang itu sudah ada sejak tahun 1800 an saat terjadi peperangan besar antara warga Jepang dan bangsa barat. Dan jika menurut perhitungan, lubang itu sudah ada saat masa restorasi Meiji jadi kemungkinan itu ada.

"Ayo cepat kita lihat. Masih ada waktu lima menit'' Naruto berlari menghampiri gerbang setelah lebih dulu melihat jam yang melingkar di tangannya.

Itachi dan Sasuke bergegas mengikuti Naruto yang sudah lebih dulu berlari menghampi gerbang. Gerbang itu dalam keadaan terbuka tentu saja, karena sekarang masih siang. Naruto mengambil topi dari tas untuk menutupi rambut pirangnya. Jaga - jaga saja jika petugas keamanan kemarin masih mengenalinya.

"Pemikiranmu mungkin benar, tapi masalahnya. Jatuhnya cahaya akan berbeda saat gerbang dibuka dan ditutup'' Itachi sedikit membungkuk saat melihat lubang bekas peluru yang pernah dia lihat sebelumnya.

"Tidak masalah. Jika benar cahaya itu melewati lubang peluru, kita bisa memeriksanya lagi nanti malam saat gerbang ditutup. Tidak mungkin kita memeriksa museum ini saat siang'' Sasuke ikut - ikutan membungkuk sembari melihat permukaan gerbang yang dilihat Itachi. Ada dua lubang peluru disana. Saling berdekatan jadi sepertinya jatuhnya cahaya tidak akan terlalu jauh perbedaannya, jadi bukan masalah besar.

"Sasuke, Itachi, menyingkir dari situ'' Naruto menarik pelan lengan Sasuke agar pemuda raven itu berdiri di sisi gerbang. Itachi yang mengerti maksud dari Naruto ikut menepi, tidak ingin menghalangi cahaya matahari siang yang menabrak gerbang dan menghasilkan bayangan teduh bangungan itu.

Tiga pasang mata itu terus mengamati apa yang terjadi dan sesuai dengan dugaan, ada cahaya yang lolos memasuki gerbang lewat lubang kecil disana. Tersenyum senang, Naruto menatap Sasuke yang mengerutkan dahi sedang Itachi melotot dengan wajah tolol saat cahaya itu benar - benar menembus gerbang.

"Jadi, kita masuk?'' Sasuke membalas cengiran lebar Naruto dengan senyuman.

"Tentu saja'' jawab Sasuke.

Naruto membenamkan topinya ke kepala, semakin menyembunyikan wajahnya. Dia yang paling gampang di kenali karena rambut pirangnya.

Ketiganya masuk dengan santai namun tetap hati - hati. Sesekali matanya melirik ke arah pos penjagaan yang memang di sediakan disana. Terlihat dua penjaga disana yang sedang menikmati makan siangnya. Tiga pemuda itu berjalan di belakang rombongan kecil turis asing yang kebetulan lewat di dekat mereka, namun segera memisahkan diri begitu sudah bisa melewati pos penjaga dengan aman.

"Lihat itu!'' Itachi menunjuk sebuah titik cahaya yang berada di dinding sebelah kanan museum. Titik yang sudah dipastikan berasal dari sinar matahari yang masuk melewati lubang di gerbang. Ketiga pemuda itu bergegas menghampiri. Meneliti dinding dimana jatuhnya cahaya. Hanya dinding biasa, tidak ada yang istimewa. Ketiganya saling pandang, apa mereka harus melubangi dinding? Bisa - bisa mereka ditangkap sebelum melakukan itu.

"Bagaimana?'' Itachi melempar tatapan bertanya. Raut kecewa tampak terlihat di wajahnya.

Naruto mengedikan bahu, tanda dia juga tidak tahu. Matanya menatap area dimana mereka berada. Ketiganya berdiri di sudut museum yang sedikit tertutupi dengan keberadaan beberapa pohon momiji yang ditanam berjajar. Tidak ada apapun selain sebuah patung dan batu yang berada di dekatnya.

"Mungkin seharusnya gerbangnya tertutup'' gumam Sasuke.

"Tapi tidak mungkin kita meminta penjaga untuk menutup gerbang hanya untuk membuktikan teori ini'' jawab Naruto.  

"Kita datang lagi saja nanti malam. Saat gerbang tertutup'' saran Itachi ''Kita bisa mengganti cahayanya dengan senter'' lanjutnya ''Lagipula, saat malam pasti akan lebih jelas dimana jatuhnya cahaya itu''.

"Bagaimana kita masuk?'' Tanya Sasuke.

"Itu sih gampang. Panjat saja temboknya''.

"Ide bagus'' Sasuke memutar bola matanya malas saat melihat Naruto dan Itachi saling menepukan tangan. Sepertinya keduanya senang sekali saat memikirkan akan memanjat tembok. Mungkin ini semacam nostalgia untuk Naruto dan Itachi. Mengenang masa - masa saat mereka membolos sekolah dulu.

"Jadi, kita tunggu sampai malam?'' Tanya Sasuke ketus, tidak suka dua pemuda yang lebih tua itu mengabaikan keberadaannya.

"Mau tidak mau. Yang penting kita sudah tahu apa yang bisa memberitahu kita dimana letak harta itu dikubur'' jawab Naruto sumringah. Terlalu senang memikirkan akhirnya mereka berada di titik akhir pencarian mereka setelah berpetualang hingga ke puncak gunung Fuji dan berakhir menyeberangi pulau dari Honshu ke Kyuushu.

"Oke. Kita tunggu sampai museum ini tutup dan dapatkan harta itu'' Itachi tak kalah senangnya. Wajahnya berseri - seri membayangkan apa yang akan mereka dapatkan nanti malam. Padahal hartanya saja belum di temukan, tapi Itachi sudah kepikiran akan di kemanakan kekayaannya nanti.

"Jangan berpikir aneh - aneh. Kau tidak ingat, kakek Naruto ingin harta itu di kembalikan pada pemerintah'' sahut Sasuke.

Tepukan keras di kepala Itachi membuatnya mengaduh sedangkan si tersangka, Sasuke malah memelototkan mata. Sasuke sudah bisa menduga apa yang sedang dipikirkan kakaknya.

-
-

Dari kejauhan seorang wanita berkaca mata hitam dan rambut yang diikat tinggi mengamati apa yang sedang dilakukan oleh ketiga pemuda yang sudah diikutinya sejak kemarin malam. Dua orang yang berpakaian hitam berada di belakangnya, berdiri dengan wajah sangar.

"Aku yakin mereka menemukan sesuatu disana'' gumam wanita itu pada dirinya sendiri. Dua pria yang ada di belakangnya hanya saling melirik sekilas mendengar gumaman dari majikannya.  

"Kalian berdua, terus awasi mereka dan jangan sampai kehilangan jejak'' perintah wanita itu tanpa menoleh pada orang anak buahnya. Untuk apa, keduanya pasti akan mematuhi semua ucapannya.

Dengan langkah anggun, wanita berkaca mata hitam itu melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. Dia harus segera menghubungi ayahnya tentang perkembangan yang terjadi.

Sisa waktu menunggu malam digunakan Naruto dan dua Uchiha untuk sekedar berjalan - jalan di sekitar museum. Mengamati lokasi agar nanti malam lebih mudah saat beraksi.
Sasuke mengamati tinggi tembok yang akan dilompatinya nanti malam. Bukan suatu masalah besar. Sasuke memang tidak pernah melompati tembok, tapi bukan berarti tidak bisa kan.

"Ini pasti akan menyenangkan'' Naruto terlihat paling antusias diantara mereka bertiga. Bisa dimaklumi karena mereka bisa sampai sejauh ini juga karena Naruto. Jika bukan karena pemuda pirang itu yang menemukan kembali kotak warisan milik kakeknya mereka pasti tidak akan sampai disini. Menikmati liburan yang begitu menyenangkan sekaligus menegangkan.

"Kelihatannya kau senang sekali. Sudah yakin akan mendapatkan harta itu?'' Sindir Sasuke dengan wajah meremehkan.

"Tentu saja'' jawab Naruto masih dengan cengiran lebar di wajahnya ''Kau sendiri bagaimana? Tidak senang?''.

"Aku?'' Sasuke mengerutkan dahi, dia sendiri bingung kenapa begitu tertarik untuk menemukan harta karun itu. Sejeujurnya Sasuke tidak berniat mencari harta itu, bisa dibilang Sasuke bahkan tidak peduli. Dia hanya senang saja saat harus pergi dengan Itachi dan si idiot Naruto. Diam - diam pemuda raven itu melirik ke samping dimana Naruto berjalan di sampingnya, lalu ke arah Itachi yang sedang duduk sambil mengipas - kipaskan tangan di bawah pohon momiji. Rasanya menyenangkan pergi dengan keduanya, satu senyuman terbentuk di bibir Sasuke tanpa sadar.

"Hey... kau berdiri di situ ya'' Sasuke kaget saat tiba - tiba Naruto menahan langkahnya, menyuruhnya berdiri diam.

"Aku ingin mengambil fotomu. Background nya terlihat indah'' Sasuke hanya mendengus melihat kelakuan Naruto yang menurutnya sangat kekanakan, tapi Sasuke tetap mengikuti instruksi Naruto untuk diam.

"Senyumlah...'' Naruto menjauh sedikit dari Sasuke. Mengeluarkan ponselnya dan mulai mengambil gambar Sasuke dengan latar belakang kastil Saga dan langit sore yang kemerahan. Perpaduan yang sempurna. Indah dan cantik.

Naruto tersenyum lebar melihat hasil fotonya. Sangat puas.

"Sekarang kita selfie'' Dengan santai Naruto merangkul bahu Sasuke, mengarahkan ponselnya dan tersenyum lebar pada kamera.

Sasuke menahan napas tanpa sadar saat merasakan lengan Naruto di bahunya dan pemuda pirang itu menariknya agar lebih dekat. Dari samping seperti ini Sasuke bisa melihat jelas garis wajah Naruto. Rahangnya yang tegas, cara bagaimana mata biru itu menyipit saat si pemilik tersenyum. Sasuke tidak sadar dia justru menatap Naruto dan bukannya kamera di depannya.

Dari bawah pohon Itachi hanya tersenyum - senyum sendiri melihat kelakuan teman dan adiknya itu. Harusnya Sasuke sadar kalau sejak dulu teman pirangnya itu tidak pernah main - main saat mengatakan suka padanya, tapi sudahlah, semua terserah Sasuke kan.

Itachi mengedikan bahu, memilih mengamati keadaan sekitar dari tempatnya duduk. Rasa haus membuat Itachi harus meninggalkan posisi nyamannya. Mata hitamnya menyipit saat lagi - lagi dia menangkap sebuah mobil hitam yang berhenti agak jauh dari tempatnya. Itachi bukannya tidak tahu kalau mereka diawasi, tapi selama orang itu hanya diam saja, Itachi akan pura - pura tidak tahu. Sejak tadi dia sedang berpikir bagaimana agar bisa menghindar dari penguntit itu. Itachi memandangi langit yang semakin berubah kemerahan, waktunya tidak lama lagi, dia harus segera mencari cara menghindar dari penguntit itu.

-
-

Itachi berjalan cepat meninggalkan Sasuke dan Naruto yang masih asyik berfoto. Biar saja mereka berkencan sebelum nanti malam beraksi. Tujuannya adalah sebuah toko serba ada yang ada di seberang jalan. Dia ingin membeli minuman sekaligus bertemu dengan seseorang yang sudah di hubunginya.

Seorang pelayan wanita menyambutnya saat dia masuk, Itachi langsung menuju ke deretan minuman dan mengambil beberapa botol air mineral dingin, untuk persediaan.

"Aku sudah mengatakan agar kalian pulang, kenapa masih juga keras kepala'' Itachi menolehkan kepalanya ke samping saat mendengar seseorang bicara padanya.

"Kami akan kembali besok. Malam ini kami harus melakukan sesuatu'' jawab Itachi pada pria berambut panjang yang hanya menghela napas panjang menghadapi salah satu dari tiga pemuda keras kepala ini.

"Kami hanya ingin membuktikan teori kami. Jika kami salah kali ini, kami janji akan kembali ke Tokyo dan melupakan soal harta karun itu'' Itachi menghadapkan tubuhnya agar menghadap pria itu.

"Lalu apa kau butuh bantuanku hingga menghubungiku?'' Tanyanya.

"Anak buah Hyuuga Hiashi terus mengikuti kami, jadi bisakah aku meminta bantuanmu untuk menyingkirkannya?'' Itachi sangat berharap pria yang juga adalah klan Hyuuga itu bersedia membantunya. Bagaiamanapun, tidak ada yang bisa dimintai bantuan sekarang.

Neji, pria itu memandangi Itachi dari atas hingga bawah, menimbang apakah akan membantu pemuda ini atau tidak. Meski sebenarnya Neji juga khawatir jika pamannya berbuat aneh - aneh pada anak - anak ini.

"Aku pegang janjimu. Ingat jika kau tidak berhasil menemukan apapun malam ini, kau dan dua temanmu harus kembali ke Tokyo. Berliburlah ke tempat yang menyenangkan dan tidak ada masalah'' saran Neji. Pria itu tersenyum tipis sembari meraih satu botol air mineral dan membawanya ke kasir.

Itachi menghela napas lega, dia harus bergerak cepat, Neji mungkin bisa menahan orang - orang yang mengikutinya, tapi pasti Hiashi akan mengirim lagi pengawalnya yang lain. Jadi semua harus sudah selesai sebelum Hiashi menyadari orang - orangnya tidak ada.

-
-

"Oke, kita lakukan sekarang'' Naruto mengepalkan tangannya, bersiap untuk petualangan mereka malam ini. Pemuda pirang itu menjadi yang pertama melompati tembok yang melindungi musem. Dengan lebih dulu memanjat ke pohon momiji yang tumbuh di dekat tembok, Naruto melompat dengan hati - hati dan mendarat di atas tembok, menunggu Sasuke yang menjadi orang kedua.

Itachi bertugas di luar gerbang untuk mengarahkan senter dari lubang di gerbang. Bagian ini yang paling berbahaya, karena kemungkinan untuk ketahuan petugas patroli sangat besar.

"Itu dia'' Naruto menunjuk cahaya yang berasal dari gerbang yang sengaja di arahkan Itachi dari luar.

Sasuke dan Naruto mengangguk, saling memberi isyarat untuk mendekati jatuhnya cahaya. Cahaya yang berasal dari senter Itachi mengarah pada sebuah patung Sachi di samping bangunan. Sachi  yang bentuknya sama persis dengan yang ada di gerbang hanya dengan ukuran yang lebih kecil. Cahaya itu tepat jatuh di wajah patung itu.

"Apa yang harus kita lakukan dengan patung ini?'' Tanya Sasuke. Pemuda itu berjongkok mengamati, mencari apa ada sesuatu yang mungkin bisa menjadi petunjuk.

"Mungkin patungnya harus di geser'' Naruto menyentuh bagian kepala dari patung. Berusaha mendorongnya, tidak bergerak sedikitpun. Meski kecil ternyata cukup berat juga.

"Aku bantu'' Sasuke mulai ikut mendorong patung itu agar bergeser, tapi bukannya bergerak, dua pemuda itu justru mendengar suara ribut dari arah luar. Celaka kalau sampai ada petugas datang dan menemukan mereka. Sudah pasti keduanya akan dianggap pencuri dan di tangkap.

"Ada orang. Bagaimana?'' Naruto menelan ludah. Dia juga tidak tahu apa yang harus di lakukan. Secepatnya mereka harus mencari tempat untuk sembunyi sebelum siapapun orang yang di luar menemukan mereka.

Tbc.

Satu chap lagi. Mudah -mudahan bisa selesai sebelum lebaran.

Continue Reading

You'll Also Like

220K 19.8K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
218K 18K 91
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
65.5K 3.3K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
1.5M 140K 72
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...