Meant To Be

Door cakeftsos

213K 15.4K 1.1K

Saat Lacey Victoria Horan tepat berusia 18 tahun, ia sangat terkejut ketika mengetahui bahwa dirinya tengah m... Meer

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
A/N
Chapter 18
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
ATTENTION
Chapter 23
Chapter 24
Epilog
Q&A
Q&A (The Answer)
Honeymoon 18+ (Bonus Chapter)
I'M BACK

Chapter 19

5.9K 432 48
Door cakeftsos

Luke P.O.V

"Seems like 5 Seconds of Summer has a new friend to tag along! It also looks like member 5SOS Luke Hemmings has moved quite fast from his recent split with Taylor Swift."

Seorang pembawa acara berbicara ketika aku membaca headline news. Aku menghela nafas kemudian terduduk di sofa ruang keluarga sembari memijat kening. Yatuhan apalagi selanjutnya?

"Hei sayang, ada apa? Kau baik-baik saja?" tanya Lacey khawatir.

She looks over the tv and curses under her breathe as they start to show pictures of her. She walks and sits next to me. They go on to say how she's opening 1D's tour. How she has a kid and most importantly the caption 'Who's the Father?' when Jackie's pictures show up on the television and the one we took at the park.

"How the hell did they get that?" bisiknya pelan.

"Aku rasa mereka membuntuti kita saat kita pergi ke taman tadi," aku menutup kedua mataku perlahan ketika tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku melihat nama yang tertera di layar, ternyata itu Calum.

"Halo?"

"Halo, apa kau sudah melihat berita di--"

"Ya, aku baru saja melihat beritanya. Sungguh aku tidak tahu harus melakukan apa Cal. What will management thinking about this?" ucapku geram. Lacey diam-diam bangkit dari sofa lalu berjalan pergi menjauhiku.

"Tenang saja. Ash sudah berbicara kepada pihak manajemen. Mereka tidak keberatan tentang rumor kencan kalian berdua, yang mereka khawatirkan hanyalah tentang Jackie."

"But wait, what if the rumors aren't rumors?"

"Apa maksudmu?" dia terdengar bingung.

"We are dating, again."

"LUCAS AKHIRNYA!" teriaknya senang, "Dengar, kau tidak boleh menyia-nyiakannya lagi. Ini kesempatan kedua dan mungkin yang terakhir. Kau harus ingat wanita itu hatinya sangat amat rapuh dan sensitif, jika kau menyakiti untuk yang kedua kali, mungkin kau tidak akan pernah mendapatkan kesempatan lagi. Ingat pesanku."

"Ya ya ya aku tahu."

"Jangan aku tahu, aku tahu tapi kau malah mengulangi kesalahan yang sama. Liat saja apa yang akan kami lakukan jika kau menyakiti Lacey lagi," ancam Calum membuatku terkekeh pelan.

"Aku sangat mencintainya, mana mungkin aku melepaskannya begitu saja. Aku akan menjaganya, melindungi Lacey dan Jackie. Tenang saja," ucapku seraya kembali menghela nafas lalu melanjutkan, "Tapi Cal, aku masih memikirkan nasib Jackie. Aku takut manajemen malah menyuruhku untuk menjauhinya. Apa yang harus aku lakukan sekarang?"

"Untuk masalah itu kau tidak perlu khawatir, kita hanya perlu menjaganya bersama-sama. Kalau pun terjadi apa-apa, kita semua siap membantumu."

"Mhmm, baiklah kalau begitu. Terimakasih, kalian memang yang terbaik! I'll see you guys later, bye!" i hang up and sigh, thankful that i don't have to talk to management after all.

Setelah mematikan tv, aku memutuskan untuk pergi memberitahu Lacey apa yang dikatakan Calum tadi. Namun aku tidak tahu kemana dia pergi sekarang. Di dapur tidak ada tanda-tanda Lacey, di kamar Jackie pun dia tidak ada, bahkan di taman juga tidak ada.

Kemana kau Lacey?

Setelah aku mencari-cari ke semua penjuru rumah, aku mendengar sesuatu dari dalam kamar Lacey. Kedengarannya seperti suara isak tangis yang datang dari kamar mandi.

Aku berjalan ke arah kamar mandi lalu mengetuknya, beberapa kali ku ketuk tapi tidak ada jawaban. I place my hand on the cold knob and twist, ternyata tidak di kunci.

Aku menemukan sosok Lacey disana, dia duduk di lantai dengan keadaan shower yang menyala membasahi seluruh tubuhnya. Dia terlihat seperti sedang menangis dan kedinginan. Tanpa berpikir panjang lagi aku langsung pergi memeluknya dan menariknya ke dalam pelukanku.

"Hey, hey, what's wrong baby?" tanyaku sambil merapikan rambut rambut halus yang menutupi wajahnya. Dia hanya menggeleng pelan kemudian menangis lagi.

"Ssshh jangan menangis. It doesn't seems right. Tell me."

"Luke, i'm ruining you career. Fansmu pasti akan membenciku karena hal ini dan itu hanya akan membuat semuanya menjadi semakin buruk. Apalagi manajemen, ugh i can't even--" isak Lacey seraya bersandar di bahu ku.

"Hey, look at me. You're not ruining my career. Who cares about what they're think? You're mine and i'm yours. Got it?" ucapku seraya menatap kedua bola matanya dengan intens, "You'll be fine, we'll be fine. Trust me," aku tersenyum ke arahnya dan perlahan lahan isak tangis Lacey berubah menjadi senyuman. I kissed her and we head back to the living room.

Aku berjanji.
Apapun yang terjadi, selama Jackie dan Lacey bersamaku, kita semua akan baik baik saja.

Lacey P.O.V

1 minggu kemudian

You're mine and i'm yours. Got it?

Kata-kata itu selalu berputar di kepalaku selama beberapa hari terakhir. Entahlah, rasanya begitu hangat saat Luke mengucapkan kata kata itu. Not only did it calm me down but it cheered me up automatically.

Saat ini aku, Jackie, Luke, Michael, Calum dan Ashton sedang berada di mobil menuju ke rumah ibu Luke, Liz. Aku sangat gugup sekarang, mengingat bahwa ini adalah kali pertama aku berkunjung ke rumahnya setelah hampir 4 tahun aku pergi dan ini juga kali pertama aku membawa Jackie untuk bertemu dengan nenek kandungnya.

We don't have a show tonight so everyone decide to come with us. Our first show a couple days ago was success. It was kinda hard for me considering i have no original music of my own. So i just did a covers, and the arena was more than twice the size of what i expected. I was almost gonna chicken out but it had to be done and it was actually pretty fun. It was weird to see myself on tv and magazines but well, that's alright.

"We're here guys," sahut Ashton membuyarkan lamunanku. Dia langsung memarkirkan mobil yang kita tumpangi di depan rumah Luke.

"Kau siap?" Luke bertanya seraya memegang tangan kananku. My stomach feels weird and i'm nervous as heck, but i nod my head to Luke anyway. Kami semua akhirnya turun dari mobil, tak lupa aku membawa Jackie dan menuntunnya di sebelahku. Luke walks over and grabs my hand. We make our way to his mother and she runs to us when she sees us. Liz greets the other boys and tell them to head inside the house which they do after thanking her.

"Lacey? Oh my god! Bagaimana kabarmu?" tanyanya seraya memeluk dan mencium kedua pipiku.

"Aku baik-baik saja. Kau sendiri?" kataku sambil menyeringai.

"Lacey? Luke is a penguin? Is that you?!" Luke and i look up to see Jack, Luke's brother. Dia berjalan ke arah kami berdua kemudian dia langsung memelukku dengan erat. Aku dan Jack memang sudah dekat dari dulu sejak aku pertama kali berkencan dengan Luke. Faktanya, Jack adalah seniorku saat aku masih berada di bangku SMA. Kami berdua layaknya seorang kakak dan adik.

"Ini memang kami Jack. Omg we miss you so, so, so much!" ucapku lalu membalas pelukannya.

"Ew tapi aku tidak merindukannya Lace," cetus Luke.

"Kau cemburu Lacey merindukanku dan memelukku seperti ini? Oh c'mon dude!" tinju Jack tepat di perut Luke. Kami semua tertawa, namun Luke hanya bisa memanyunkan bibir dan memutar kedua bola matanya malas.

"Mom, Jack, sebenarnya ada seseorang yang ingin aku tunjukkan kepadamu. Kenalkan ini Jackie," ucap Luke seraya menggendong Jackie ke pangkuannya, dia hanya tersenyum malu-malu lalu melambaikan tangannya ke arah Liz dan Jack sebelum dia bersembunyi di leher jenjang milik Luke.

"Dia sangat pemalu. Sama seperti kau Lacey," kata Liz sambil terkekeh pelan.

"Tunggu, kenapa dia ada bersama kalian sekarang? Dia adikmu Lace? Atau keponakanmu?" tanya Jack. I awkwardly look at my feet, but Luke grabs my hand in a comforting way.

"Well Jack, dia adalah keponakanmu," jawab Luke sambil tersenyum kaku.

"What? You and Lacey had a baby?! And you never told me?" teriak ibunya tak percaya.

"I kinda recently just found out mom."

"Apa maksudmu Luke?"

"Waktu itu saat kami putus, aku tidak tahu kalau Lacey sedang dalam keadaan hamil. Dia tidak sempat memberitahuku tentang kehamilannya," jelas Luke.

"Ini salahku, sungguh. Aku tidak pernah menghubungi dia lagi setelah kami putus. Aku pikir, aku akan baik-baik saja tanpa dia. Tapi ternyata Jackie sangat membutuhkan Luke di dalam hidupnya. Don't be upset for not knowing. If you're mad at Luke than blame me," akhirnya aku berani mengatakan sesuatu. They all kinda stare at me and Luke hugs me.

"Maafkan aku," bisik Luke di telingaku, nyaris tak terdengar.

"Tidak, aku tidak marah. Aku hanya terkejut sayang. Maksudku, aku sudah menjadi seorang nenek sekarang," ucap Liz sambil tertawa kecil.

"Dan aku sudah menjadi seorang paman!" Jack terlihat bahagia dan aku hanya bisa tersenyum kecil mengetahui bahwa Jackie telah di terima di dalam keluarga Luke.

"Dad aku lapar," rengek Jackie sambil memandang Luke dengan wajah puppy facenya.

"Oh, let's get you inside. Hey Jackie, i'm your grandmother," Liz langsung mengambil Jackie dari pangkuan Luke. Jack starts to follow and so do i before Luke grabs my wrist.

"Ikut aku," ucapnya lalu Luke mulai berjalan ke arah halaman belakang.

"Ada apa sih?" ucapku setengah berteriak sebelum aku mulai mengejarnya. Dia membawaku melewati beberapa pohon dan akhirnya kita berdua sampai di sebuah padang rumput. I'm in wow as i look around.

"Ini sangat indah," gumamku.

"It's very relaxing but i thought it would be a nice place to talk to," he sits down and gestures for me to sit with him. I do and then lay back to stare the clouds.

"Apakah benar apa yang kau katakan tadi?" tanyanya saat berbaring di sampingku, aku berbalik ke arahnya dan menatapnya penasaran.

"Apa maksudmu?"

"Is it true? About you never made an effort to contact me?" aku berpikir sebentar lalu memberinya anggukan sederhana.

"Kenapa?" tanyanya lagi.

"Jujur saja, dulu aku tidak pernah berpikir untuk menghubungimu atau memberi tahu mu tentang kehamilanku. Aku terlalu sakit, terlalu benci dan kecewa. Selama berhari-hari aku terus menangis dan memikirkan bagaimana nasib anak yang berada di kandunganku saat itu. Apa kau tidak tahu bagaimana rasanya ditinggal secara tiba-tiba? Ditinggal saat kau masih sangat mencintai pasanganmu? Sungguh itu sangat menyakitkan Luke. Dan ya ditambah lagi waktu itu Austin dan Niall selalu berada disampingku. Jadi aku pikir kami akan baik-baik saja," aku menitikan sedikit air mata namun dengan cepat aku menghapusnya.

"Maafkan aku. I should've called you or something. But seriously, i never stopped thinking about you," ucap Luke seraya menatapku.

We kinda lay there looking at the clouds in complete silence. It's very relaxing. You can hear every sound around you. The birds chirping, the leaves dancing in the wind, even bunnies running in the distance and then i hear the boys calling both our names. We groan at the same time and then laugh. Dia membantuku berdiri lalu tanpa aba-aba dia langsung memelukku dengan erat.

"Don't worry, i'm never gonna leave you again and i'm never gonna go regardless. Everything inside of me, is living in your heartbeat. Even when all the lights are fading, even then if your hope was shaking, i'm here holding on Lace. I really do love you," ucapnya dengan penuh arti.

"I really do love you too," ucapku kemudian kami berdua berciuman.

Tak beberapa lama kemudian, "Whoa Mike sepertinya kita salah tempat," Calum datang dengan Michael berada di belakangnya. Kami langsung saja memisahkan diri lalu aku tertawa pelan.

"Hey Luke you got some lipstick on your lips," Michael points to Luke lips, "And now you got some on your cheek," we all laugh as he frantically tries to rub it off.

Kami semua kembali lagi ke dalam rumah, aku menemukan Jackie sedang makan sepiring penuh kue Red Velvet bersama dengan Ashton dan Jack di sofa. Sedangkan Liz berada di dapur untuk menyiapkan makan malam, tanpa berpikir panjang aku memutuskan untuk membantunya. The other guys head over to the living room as well.

"Perlu bantuan?"

"Ah ya, bisakah kau memotong wortel dan seledri untuk sup nya?" pinta Liz kepadaku dan aku hanya mengangguk-ngangguk perlahan kemudian langsung memotong wortel serta seledrinya.

"Lacey, to be honest, your daughter is so cute. She's mannered, quiet and most of all she's beautiful. Kau mendidiknya dengan sangat baik," ujar Liz memecah keheningan.

"Dia memang tidak terlalu banyak berbicara. Dia juga kadang menjadi sedikit pemalu jika bertemu dengan orang baru Mom," ucapku sambil tersenyum.

"Aku sungguh berterimakasih kau mau menerima Luke kembali. Kau tahu aku sangat senang Luke akhirnya menemukan wanita yang tepat, dan wanita itu adalah kau," Liz tersenyum kepadaku dan sesaat kemudian, bel dirumah ini berbunyi.

"Biar aku yang membuka pintunya," aku langsung berjalan ke depan kemudian membuka pintunya. Seorang wanita berparas cantik yang aku hindari selama ini sudah berdiri disana.

Dia adalah Aleisha Mcdonalds.

"Hey Lace! Kebetulan sekali kau ada disini," sapanya dengan ramah.

"O--oh, hai. Mau cari siapa?"

"Aku ingin menemui Luke, dia ada?"

"Ada. Silahkan masuk," aku menyuruh Aleisha yang notabene adalah mantan kekasih Luke itu untuk menunggu di ruang tamu.

Aku berjalan ke ruang keluarga untuk memberi tahu Luke, "Ada tamu untukmu."

"Siapa?" tanyanya bingung.

"Aleisha," ucapku diiringi senyum terpaksa. Ketika mendengar kata Aleisha wajah Luke seketika langsung berubah.

Ada apa dengannya?

"Mau apa dia kesini?"

"Tidak tahu, dia tidak memberitahuku. Kau temui dia dulu di ruang tamu, aku akan membuatkan minuman sebentar."

"Baiklah," ucapnya kemudian bangkit dari sofa.

10 menit kemudian

Aku sedang membawa nampan berisi kudapan ringan dan teh manis untuk Aleisha ketika mendengar suara desahan dari arah ruang tamu.

"Ini minuma--"

PRANG!

Aku menjatuhkan nampan yang aku pegang ketika aku melihat Luke dan Aleisha sedang berciuman dengan mesra di atas sofa.

Tidak terasa satu persatu air mataku mulai berjatuhan, aku terdiam ditempat layaknya seorang fans yang sedang melihat adegan panas aktor favoritnya. Yang membuatku menangis, Luke tidak menolak ataupun berusaha melepaskan ciuman Aleisha. Dia terlihat seperti menikmati setiap sentuhan yang dilakukan oleh Aleisha.

Yatuhan, wanita mana yang tidak cemburu dan merasa sakit hati ketika melihat lelaki yang dicintainya berciuman dengan mesra bersama mantan kekasihnya di depan mata kepalanya sendiri?

Rasanya sesak dan nyeri, sungguh.

Aku pikir kisah cintaku akan berjalan mulus-mulus saja seperti jalan tol.
Namun dugaanku ternyata salah, wanita yang dulu lama mengisi hari hari Luke malah datang kembali ke kehidupanku dan merusak segalanya.

Sebenarnya aku hanya takut.
Aku takut jika Luke akan berpaling dariku dan kembali lagi kepada mantan kekasihnya itu.

Bukannya aku bersikap posesif atau apa. Tapi aku dan Luke baru saja kembali bersama, aku tidak mau ada orang ketiga yang merusak kebahagiaanku. Aku tidak tahu harus bagaimana bila nyatanya Luke masih menyimpan rasa kepada Aleisha dan pergi meninggalkanku serta Jackie.

"Lacey?!" ucap Luke kaget.

"Lanjutkan saja. Aku akan pergi ke belakang," kataku diiringi dengan air mata yang tidak henti hentinya membanjiri pipiku, dengan langkah tergesa-gesa aku pergi ke taman belakang untuk menjernihkan pikiranku dan aku pun menangis sejadi jadinya disana. Tak berapa lama, aku mendengar suara derap langkah kaki mendekat dan ketika aku berbalik, ternyata itu Luke.

"Lacey."

"Mau apa kau kesini? Sudah selesai?" tanyaku sarkastik dengan air mata yang masih berjatuhan.

"Maafkan aku. Aku kehilangan kesadaran. Aku tidak bermak--"

"Kau mau bilang kau tidak bermaksud apa-apa? Kalau kau tidak bermaksud apa-apa, kenapa kau tidak menolak saat dia menciummu dengan mesra seperti tadi? Kenapa kau malah diam saja? Apa kau menikmatinya? Apa kau masih menyayanginya? Apa kau merindukannya? Atau jangan-jangan kau ingin kembali lagi kepadanya? Jawab aku Luke! Jawab!" teriakku kepadanya dan seketika tangisku kembali menjadi-jadi.

"Bukan itu maksudku--"

"Aku kira kau sudah berubah, aku kira kau tidak akan pernah menyakitiku lagi. Tapi nyatanya apa? Kau malah menyakitiku dengan berciuman dengannya di depan mata kepalaku sendiri! Kau tidak ada bedanya dengan Austin!" aku menangis sesegukan disana. Tak peduli jika mungkin Liz, Calum, Ashton, Michael ataupun anakku sendiri akan mendengar kami bertengkar hebat.

"Dengar Lacey aku minta--"

"Pergilah Luke. Aku sudah terbiasa sakit hati, terutama jika penyebabnya adalah kau. Tidak perlu basa-basi," ucapku sambil tersenyum getir kepadanya.

"Tapi--"

"Apa kau kira hatiku terbuat dari batu? Apa kau tidak pernah memikirkan perasaanku? Jika kau berada di posisiku melihat kekasih yang kau cintai berciuman dengan mantan kekasihnya bagaimana? APA KAU TIDAK TAHU HATIKU SANGAT SAKIT?!" emosiku semakin memuncak.

"Maka dari itu maafkan aku, aku berjanji akan menebus semuanya."

"Kau tidak pernah mengerti, tidak akan pernah. Dari dulu kau selalu bilang 'aku berjanji akan menebus semuanya', namun semua itu hanyalah omong kosong semata. Sudahlah kau terlalu banyak membuat janji, bahkan aku sampai lupa menghitung janji mana saja yang belum kau tepati. Begitu sering kau menyakitiku, tapi dengan mudahnya aku memaafkanmu berkali kali. Apa aku tidak penting dimatamu Luke? Apa kau kira aku hanyalah seorang gadis bodoh yang dengan mudahnya kau sakiti?"

"Dengarkan dulu. Sekarang biar aku yang berbicara dan kau jangan memotong," ucapnya tegas seraya memegang kedua bahuku kencang.

"Mau berbicara apalagi? Sudah jelas kau berciuman dengannya."

Jujur aku paling tidak suka dengan kata bertengkar. Ada rasa takut yang menjalar dalam diriku, aku takut jika Luke malah melakukan hal sama yang dilakukan Austin terhadapku beberapa minggu yang lalu.

"Lihat aku. Aku memang salah, jujur aku mengakui itu. Aku minta maaf. Aleisha akan pergi ke Amerika untuk waktu yang lama. Jadi itu hanyalah sekedar ciuman perpisahan. Maafkan aku Lace, sungguh. Aku tidak bermaksud menyakitimu."

"Hanyalah sekedar ciuman perpisahan kau bilang? Dimana-mana ciuman perpisahan tidak pernah ada yang semesra itu! Bahkan ciuman perpisahan antar mantan mungkin hanya sekedar ciuman pipi atau kening! Sungguh aku kecewa, kau telah menghancurkan semuanya. Kau menghancurkan kepercayaanku kepadamu Luke."

"Lacey kumohon aku sangat mencintaimu. Jangan tinggalkan aku untuk yang kedua kalinya. Aku mohon, aku mohon jangan tinggalkan aku," suara Luke tiba-tibe bergetar dan dari matanya keluar setetes air bening yang meluncur bebas di pipinya.

Apakah dia menangis?

"Aku butuh waktu sendiri untuk mempertimbangkan ucapan maafmu dan mempertimbangkan semuanya," ucapku diiringi dengan langkah kaki yang menjauh pergi.

Kau tau Luke?
Aku butuh waktu sendiri.
Aku harus menjernihkan pikiranku sebelum aku memutuskan, apakah aku akan bertahan dan memaafkanmu atau aku malah akan melepaskanmu pergi lagi dari kehidupanku.

***
23 - 01 - 2015

Heyho aku kembali dengan cerita yang abal ini! Makasih buat semua reader yang udah mau nungguin sampe cerita ini update setiap chapternya<3
Jangan lupa lirik mulmed ada Calum, Lacey sama Luke lagi selfie bareng.

Big love,
Ifa

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

98.5K 17.7K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
237K 35.4K 64
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
8.3M 515K 62
❗Wajib follow terlebih dahulu❗️ ²⁰²² Fiksi - Romansa [ 𝚆𝙰𝚁𝙽𝙸𝙽𝙶 +16 ] RANK #1-sabila #1-asher #1-devil #1-teenfiction #1-teenlit #1-polos #1...
455K 4.8K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...