UNSTOPPABLE | Vrene [COMPLETE]

By pinkynbl

51.9K 6K 759

"Cinta memang sulit untuk di prediksi, bak bunga di musim gugur, cinta-cinta itu berguguran lalu jatuh terhem... More

• CAST
•PROLOG
01 ㅡ The beginning
03 ㅡ Materials crack
04 ㅡ Mysterious
05 ㅡ Curious
06 ㅡ Understanding
07 ㅡ Despondent
08 ㅡ Treason
09 ㅡ Unbelieved
10 ㅡ Bad human
11 ㅡ Question
12 ㅡ Regret
13 ㅡ Escape
14 ㅡ Problem
15 ㅡ Crazy things
16 ㅡ Meeting point
17 ㅡ Sadness
18 ㅡ The reason for life
19 ㅡ A smile
20 ㅡ Expedition
21 ㅡ Accusation
22 ㅡ Suspiciousness
23 ㅡ Heroik
24 ㅡ Snowflake
25 ㅡ After sunrise
26 ㅡ Promise, promise [END]
EPILOG

02 ㅡ Princess

2.1K 250 13
By pinkynbl

Unstoppable
2280 word | part two

Mentari kembali bersinar menerangi indahnya hamparan bumi. Beberapa pekerja mulai berhamburan untuk sekedar mencari sesuap nasi ditengah kota metropolitan seperti Seoul. Bagi gadis bernama lengkap Bae Irene, Pagi ini tidak seperti pagi sebelumnya. Jika setiap pagi ia harus ditemani dengan teriakan memekikan dari para perawat rumah sakit, berbeda dengan saat ini. Pagi ini Irene dapat menghirup udara segar dengan suara burung-burung yang menyejukan telinga. Irene menggeliat pelan saat ia mendapati jarum jam mengarah pada angka 06.20 KST. Seperti hari-hari biasanya, Irene akan terbangun di angka tersebut. Meski dipaksakan, lamban laut dirinya terbiasa dengan waktu keterbangunan-nya itu.

"Irene-eonni, kau sudah bangun? Tae-oppa menyuruhmu untuk sarapan."Irene terkesiap saat sosok lain masuk kedalam kamar itu. "Aigo, itu kau rupanya. Kukira siapa, kau membuatku terkejut, Yerim-ie."

Gadis bernama Yerim itu hanya tertawa kecil lalu menghampiri Irene. "Eonni, aku akan pergi kesekolah. Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa bicara pada eomma karena Tae-oppa sudah pergi bekerja."

Irene menghela napas kecil. Sejujurnya ia malu pada dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia bangun dengan telat sementara pemilik rumah sudah bersiap-siap sebelum ia terbangun. Padahal jika dipikirkan, Irene sudah bangun sepagi ini.

"Ah, maafkan aku. Aku telat bangun," pekik Irene lalu membungkuk-an badannya pada Yerim

"Gwechanna-yo, Irene-eonni. Kami memakluminya," ujar Yerim lalu tertawa pelan.

"Memangnya kalian bangun pukul berapa?" Tanya Irene dengan pelan.

"Kami biasa terbangun dini hari, kurang lebih sekitar pukul 03.20 dan setelah itu kami bersiap-siap untuk melanjutkan aktivitas masing-masing," jelas Yerim seraya memasukan beberapa buku pelajaran kedalam tas gendongnya.

"Ibu mu juga?"

"Ibu-ku akan melakukan apapun untuk mendapat selembar uang. Jadi jika ada bahan untuk ibu kelola, ia tidak akan pergi kemana-mana," jelas Yerim. Sementara Irene, gadis itu hanya mengangguk lalu beranjak dari tempat tidurnya.

"Kau boleh menggunakan baju-ku," ucap Yerim seraya menyodorkan beberapa helai pakaian pada Irene. "Maafkan pakaianku jika tidak sesuai selera. Hanya itu yang kumiliki," lanjut Yerim seraya tertawa dan melambaikan tangannya pada Irene yang tercenung.

"Aku pergi, annyeong."

Irene lalu membalas lambaian tangan Yerim. Sejujurnya ia sangat bingung hari ini. Niatnya untuk ikut bersama Taehyung harus gagal karena ia terlambat bangun. Dengan keberanian yang tinggi, ia menyambar handuk lalu pergi kekamar mandi.

"Nyaman sekali. Hash, akhirnya aku terbebas dari para lelaki bejad itu. Lagipula, kenapa ayah tega sekali memasukanku kesana. Ck, membuatku pusing saja," ujar Irene bermonolog pada dirinya sendiri.

Setelah berkutat dengan alat-alat mandi, Irene memutuskan untuk keluar ruangan. Rumah ini tidak terlalu besar, cukup untuk empat sampai lima orang. Pintu kayu yang di geser membuat Irene rindu akan suasana Daegu yang menghenyapkan mata. "Aku sangat merindukan haraboejji," gumamnya pelan.

"Annyeong-ahjumma."

Irene menyapa sosok paruhbaya yang kini tengah memilih daun-daun kering di belakang rumah. Tangan lihainya berkutat dengan penuh keseriusan hingga daun-daun kering itu berubah menjadi tali halus yang siap untuk dijual.

"Kau sudah bangun?"

Wanita paruhbaya yang disebuat ahjumma itu hanya menggelengkan kepalanya lalu tersenyum kikuk pada Irene.

"Nde, maafkan aku. Tidak seharusnya aku seperti ini."

"Hei anak muda! Sebenarnya siapa dirimu? Kenapa kau bisa ikut dengan putraku? Jangan mencari masalah apapun dengan putraku, aku belum siap untuk kehilangannya," ujar wanita itu menatap Irene dengan tatapan tajamnya.

Irene terlihat kikuk mendapat tatapan tajam dari sang ibu. Beberapa kali Irene menelan ludahnya. Dengan keberanian yang tinggi, gadis itu berkata pada sang ibu. "Ahjumma, siapa namamu?"

Wanita yang dipanggil ahjumma itu hanya mengerlingkan matanya tanda tidak paham dengan arah pembicaraan Irene. Mengapa gadis ini masih terlihat baik-baik saja saat aku menatapnya dengan tatapan tidak suka. Pikir ibu Taehyung.

"Namaku Taehee. Memangnya kenapa?"

"Taehee? Wah, nama yang bagus." Irene bertepuk tangan dengan ceria lalu mencubit pipi milik Taehee.

"Kau ini, yang benar saja?!" Pekik Kim Taeheeㅡibu Taehyung dan Yerim.

"Hem, ahjumma. Taehyung berkata padaku bahwa dia memiliki dua adik perempuan. Tapi, sedari kemarin aku hanya melihat satu anak perempuan yaitu Yerim. Lalu kemana adik Taehyung yang satunya?"

Kim Taehee tampak menghentikan aktivitasnya lalu tertunduk sedih. Beberapa kali Taehee mendongak keatas untuk menahan buliran airmatanya yang sebentar lagi akan terjatuh.

"Yaa...ahjumma. Kau kenapa? Maafkan aku," ujar Irene seraya menyentuh tangan Kim Saera.

"Putri bungsuku sedang dirawat dirumah sakit. Dia mengidap penyakit stroke di usianya yang masih delapan belas tahun."

"Mianhaeyo, aku telah mengingatkanmu kepadanya. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk mengungkitnya."

Kim Taehee tampak tersenyum lalu melepas tangan Irene yang bertengger diatas tangannya. Dengan lembut, Taehee menatap Irene lalu mengusap rambutnya pelan.

"Kau gadis yang baik. Maafkan aku telah menatapmu dengan tatapan tidak suka. Bukan aku tidak mau menampungmu dirumah sederhana ku. Aku hanya bingung memikirkan biaya yang akan kukeluarkan jika beban rumahku bertambah. Finansialku harus berkurang saat ayah Taehyung meninggal."

Irene tampak terenyuh mendengar cerita yang Taehee ucapkan padanya. Irene merasa tidak enak hati saat secara gamblang ibu Taehyung mengutarakan kesulitannya. Disaat ia dapat menghabiskan uang dengan seenaknya, disini ada sebuah keluarga yang berjuang mati-matian hanya untuk benda bernama uang.

"Siapa nama putri bungsu-mu, Ahjumma?" Irene menatap iba pada pemilik nama Taehee itu.

"Namanya Kim Saeron. Dia adalah kembaran Yerim. Aku sangat sedih disaat Yerim dapat sekolah seperti anak-anak yang lain sementara Saeron hanya bisa terbaring lemah melawan penyakitnya," jelas ibu Taehyung.

"Aku yakin ini adalah sebuah cobaan untuk keluargamu," ucap Irene lalu terduduk disamping Taehee. "Ternyata masih ada orang yang sulit selain diriku. Aku selalu berpikir bahwa akulah orang yang paling menderita didunia ini. Tetapi ternyata, ada orang yang lebih dariku, namun mereka tidak pernah mengeluh," ucap Irene dalam hatinya.

"Ahjumma, bisakah aku melakukan sesuatu untuk menghasilkan uang? Aku ingin membantumu," pekik Irene dengan gembira.

"Aigoo, gadis manja seperti mu tidak mungkin dapat melakukan apa yang aku lakukan. Tangan halusmu tidak akan cocok untuk bergelut dengan dedaunan kering ini," ujar ibu Taehyung dengan tegas.

"Anniya! Aku bukan gadis manja. Aku adalah gadis yang hebat dan kuat. Bahkan aku dapat memakan puluhan obat dalam waktu bersamaan," ujar Irene dengan gembira. Rambutnya yang yang bergelombang menambah kecantikan gadis yang di bawa Taehyung ini.

"Yak! Untuk apa kau memakan puluhan obat!"

Ibu Taehyung tidak henti-hentinya memekik keras saat Irene tertawa terbahak-bahak melihat respon dirinya yang terkejut dengan tindakan gadis itu.

"Ayolah, Ahjumma. Aku bisa melakukan itu!" Irene lagu-lagi memohon pada ibu Taehyung untuk mengajari nya tatacara mengenyam daun-daun yang sudah kering itu.

"Baiklah, biar kuajari."

Dengan sabar, akhirnya Kim Taehee mengajarkan Irene dengan pola dasar yang sudah banyak diketahui orang. Dengan semangat yang menggebu pula, Irene mencoba hal baru yang diajarkan Taehee padanya.

"Aww! Tanganku berdarah!"

Irene memekik kencang saat dilihatnya kucuran darah mengalir dari jari telunjuknya yang tergores pisau. Melihat hal itu, Kim Taehee hanya menatap malas pada sosok gadis di hadapannya.

"Sudah kubilang, kau tidak ada bakat dalam mengerjakan hal ini. Sudahlah, kau beristirahat saja."

Taehee mengambil alih alat-alat yang sempat dipegang oleh Irene. Sementara Irene, gadis itu hanya cengingisan lalu berdiri dari tempat duduknya.

"Tapi, Ahjumma. Kau tetap memperbolehkan ku tinggal disini 'kan? Kumohon."

Taehee kembali menatap jengkel pada gadis ini. Dengan isyarat cepat, Taehee menganggukan kepalanya lalu menyuruh Joohyun untuk pergi sebelum emosinya kembali memuncak.

"Annyeong, Ahjumma."

Irene kembali ke tempatnya. Dengan perlahan, Joohyun berjalan-jalan disekitar pemukiman Kim Taehyung. Tidak terlalu buruk dan tidak terlalu mewah pula. Rumah Taehyung terlihat sejuk dan sederhana. Irene melangkah menuju halaman belakang, mata hazel itu menyipit tatkala ia melihat sebuah alat tinju yang tergeletak bersama dengan benda-benda lainnya.

"Wah, Taehyung menyukai olahraga tinju!" Pekiknya dengan semangat.

Ireme memainkan alat-alat itu. Sesekali ia memukul benda keras yang menggantung di hadapannya.

"Krekk..."

Irene memalingkan wajahnya lalu menatap seseorang yang baru saja datang. Irene tersenyum manis saat dilihatnya Taehyung yang sedang berdiri berkacak pinggang menatapnya.

"Kau sudah pulang," ujar Irene seraya melangkah mendekati Taehyung yang masih menatapnya dengan tatapan mematikan.

"Kenapa kau lancang, kau masuk kedalam arenaku tanpa meminta izin?"

Irene menggaruk pangkal kepalanya yang tidak gatal. Gadis itu hanya menampilkan deretan gigi putihnya tanpa berniat untuk mengucapkan sesuatu.

"Baru kutinggal sebentar kau sudah berani rupanya."

Taehyung berucap lalu meninggalkan Irene yang tengah terdiam dibelakangnya. Dengan pelan, Taehyung kembali menggeser pintu kayunya lalu masuk kedalam ruangan.

"Taehyung-ssi, aku minta maaf soal itu. Maksudku, aku tidak sengaja melihat benda-benda yang kau miliki," ujar Irene lalu berlari menyusul Taehyung kedalam ruangan.

"Lagipula, kenapa kau sudah pulang? Cepat sekali."

Gadis itu bergumam pelan saat Taehyung tidak menggubris perkataannya.

"Hei, memangnya kenapa? Kapanpun aku pulang, itu terserah padaku. Bukankah rumah ini adalah rumahku? Jadi, kapanpun aku bisa mendatanginya."

Irene hanya mempoutkan bibirnya dengan gemas. Gadis itu ingin sekali mematahkan leher Taehyung jika seandainya pria itu bukan pria yang menolongnya.

"Ya terserah kau saja."

Irene kembali membuntuti Taehyung dari belakang. Gadis itu dengan santainya turut duduk melihat Taehyung yang duduk di atas lantai.

"Kenapa kau mengikuti ku?" Taehyung menatap heran kepada gadis itu. Diam-diam Taehyung mengamati wajah sempurna milik Irene. Tidak dapat dipungkiri, Irene adalah gadis cantik dengan sejuta pesonanya. Gadis itu juga memiliki jiwa sosial yang tinggi sehingga ia dapat dengan mudah mengenal dan akrab dengan keluarganya. Tapi, mengapa orang - orang itu mengejar Joohyun seolah ingin menangkapnya. Apa jangan-jangan, dibalik wajah malaikatnya. Irene adalah seorang penjahat ulung? Pikir Taehyung.

"Aku mau ikut denganmu. Sehabis ini, kau akan pergi bekerja lagi 'kan?" Irene mengamati wajah Taehyung yang tampak sedang memperhatikannya.

"Kau yakin?" Taehyung bergumam seraya tersenyum meremehkan Irene.

"Heol, bagaimanapun aku harus bekerja agar aku dapat tinggal disini untuk waktu yang lama," ujar Irene. Gadis itu menaik-turunkan alisnya untuk meyakinkan Taehyung.

"Baiklah, kau ikut denganku."

Irene tertawa girang saat Taehyung mengizinkannya. Beberapa detik kemudian, sosok gadis dengan balutan seragam sekolah datang menghampiri mereka.

"Oppa-ya, kau sudah pulang?"

Gadis bernama lengkap Kim Yerim itu duduk dihadapan Taehyung lalu mengunyah beberapa camilan yang ia bawa.

"Nde, Lee-ahjussi menyuruhku untuk menutup toko karena anaknya sedang kecelakaan."

"Ye? Kau serius?!"

"Tentu saja Yerim, kau pikir aku berbohong," Pekik Taehyung lalu mengambil alih camilan yang Yerim pegang.

"Lalu bagaimana dengan kondisi Mark?"

Taehyung mengerlingkan matanya, dengan malas ia berujar. "Kau pikir putra Lee-ahjussi hanya Mark saja?" ucap Taehyung. "Bukan Mark yang kecelakaan, tapi Taeyong." Lanjutnya.

Yerim hanya mengangguk senang, setidaknya, teman sekaligus sahabat hidupnya itu tidak apa-apa.

"Irene-ssi, mengapa orang-orang itu mengejar mu? Apa kau punya salah pada mereka?" Taehyung kembali membuka suara bass-nya.

"Mereka suruhan ayahku, Tae. Aku tidak mau dipaksa untuk kembali ketempat itu."

"Tempat? Apa maksudmu? Apakah tempat yang kau maksud itu rumahmu?" Irene sedikit tersentak saat ia salah berucap. Namun dengan segera, gadis berambut gelombang itu menganggukan kepalanya.

"Kenapa kau tidak mau pulang kerumah? Bukankah rumah itu segalanya?"

"Kasusku berbeda dengan kasusmu. Aku sedang menghindari kejaran ayah."

"Kenapa kau menghindar dari ayahmu sendiri?"

"Dia diktaktor, aku sangat membencinya."

Taehyung tampak tercenung melihat sorot mata Irene yang mengatakan bahwa ia sangat membenci ayahnya. Taehyung tidak mengerti kenapa gadis ini sangat membenci ayahnya. Yang Taehyung tahu, ayah adalah sosok segalanya setelah ibu. Ayah akan melindungi putra-putri mereka bagaimanapun kondisinya.

"Taehyung-oppa juga!"

Taehyung tersadar dari lamunanya. Dengan cepat ia melihat kearah Yerim yang sedang meledeknya.

"Apa maksudmu!" Pekik Taehyung pada Yerim.

"Oppa juga membenci ayah 'kan? Oppa sangat membenci ayah karena ayah selalu menghalagi cita-cita oppa untuk menjadi petinju," gumam Yerim dengan polosnya.

"Yak, itu dulu! Sekarang aku sangat menyesal telah membenci ayah. Oleh sebab itu, aku memberitahu Irene agar ia tidak menyesal sepertiku karena telah membenci ayahnya sendiri." Yerim hanya mengangguk mendengar penuturan sang kakak. Sementara Irene, gadis itu hanya tertawa melihat perdebatan kecil antara kakak beradik itu.

"Kenapa kau tertawa!" Pekik Taehyung saat ia melihat Irene tertawa dengan keras.

"Kalian sangat lucu. Aku senang telah bertemu dan berkenalan dengan keluarga hangat seperti kalian. Semoga kalian bisa berteman baik denganku," ucap Irene seraya tersenyum manis pada kedua kakak beradik itu.

"Kuharap kau segera pergi!" ucap Taehyung dengan nada bergurau. Sementara Irene, gadis itu kembali tertawa karena gurauan Taehyung itu.

"Jadi kapan kita akan pergi?" Tanya Irene begitu suasana mulai sepi.

"Kalian mau kemana?!" pekik Yerim.

"Irene ingin ikut denganku ketempat kerja. Kau dirumah saja menemani ibu. Setelah bekerja, aku akan menjenguk Saeron di rumah sakit," Ujar Taehyung.

"Taehyung-ssi, benarkah kita akan bertemu dengan Saeron-ie?" ujar Irene saat gadis itu mendengar nama Saeron diucapkan.

"Memangnya kau mengenalnya?"

"Ibumu bercerita banyak tentang Kim Saeron, adik keduamu."

Taehyung hanya diam lalu mengiyakan perkataan Irene. Dengan perlahan, Taehyung berdiri dari tempat duduknya lalu menggapai penutup kepala khas seorang teknisi yang akan bekerja.

"Kenapa kau memakai tutup kepala itu" Irene bertanya saat Taehyung mulai memakai penutup kepala berwarna kuning itu.

"Ini untuk menghindari kecelakaan karena reruntuhan bangunan. Kau tidak akan tahu kapan kau akan celaka. Jadi, berhati-hatilah dengan memakai pelindung ini," ujar Taehyung lalu pergi meninggalkan Irene dan Yerim.

"Lalu bagaimana denganku?!" pekik Irene lalu mengejar Taehyung yang mulai beranjak.

"Ditempat kerjaku banyak, jadi kau bisa memakainya ketika kita sampai disana."

"Wah, kedengarannya sangat mengasyikan!" Sorak Irene dengan gembira.

"Bersiap-siaplah dengan bangunan-bangunan itu. Kau harus kuat mengangkut material bangunan!"

"Hei, aku kuat. Kenapa orang-orang selalu meremehkanku!"

"Karena kau terlihat seperti anak manja yang tidak pernah bekerja keras." Taehyung berujar dengan santai.

"Akan kubuktikan kalau aku bukanlah anak manja!"

"Ya, buktikan saja."

Taehyung berjalan mendahului Irene. Dengan cepat Irene menyusul Taehyung. Merekapun berjalan beriringan menuju tempat kerja yang dimaksud oleh Taehyung.

"Oppa-ya, Eonni-ya! Hati-hati dengan pekerjaan kalian. Aku menunggu kalian dirumah!"

Taehyung dan Irene hanya mengangguk lalu mengacungkan jempol mereka. Mereka kembali bertatapan, namun kali ini, Irene terlihat sinis kepada Taehyung karena pria itu telah menganggap remeh kemampuan fisiknya.

"Lihat saja, Taehyung! Aku akan membuktikannya padamu!" gumam Irene lalu berjalan mendahului Taehyung.

"Hei, kau salah jalan!"

Taehyung tertawa lalu meninggalkan Irene yang kelewat sok tahu. Dengan cepat Irene memekik saat melihat aksi Taehyung yang menyebalkan. Taehyung tertawa pelan saat mendengar dengusan kasar yang dilontarkan gadis dibelakangnya. Dengan segera, Irene menyusul Taehyung agar tidak tertinggal. "Kau menyebalkan!" pekik Irene seraya menepuk lengan Taehyung yang kekar. "Ayolah, putri manja," balas Taehyung. "Hei, aku bukan putri manja!" [,]

Unstoppable • 2018

New Cast
Ha Jiwon as Kim Taehee
Kim Siblings Mother
47 year old

Continue Reading

You'll Also Like

60.6K 7.7K 27
He loves her too much and it hurts her so much. [COMPLETED. Ending privated] 🌹purepleㅡ May 16, 2017.
74.6K 6.4K 100
Tokyo Noir Familia salah satu keluarga Mafia di kota TokyoVerse.Dipimpin oleh Rion Kenzo yang dipanggil dengan Papi dan Caine Chana yang selalu dipan...
166K 15.9K 57
gatau 🗿 nikmati saja.
4.6M 474K 91
Ngakak sampe ngik ngokk!!! Ceritanya hanya sebagai penghibur. Mengandung konsep diluar Nurul dan tak habis pikri. Bagaimana jadinya jika Felicia si g...