Philophobia ( Complete )

By Nonagincumerah

20.4K 1.1K 14

Jika di dunia ini Cinta adalah sebuah indikator kebahagiaan seseorang , tidak demikian dengan Giana. Giana P... More

Desember
Januari
Januari ( Dua )
Kesempatan
MARCH
Let's not fall in love
Sandiwara
Terima kasih ibu peri dave
Teman Bahagia
Di Atas Awan
The Gift
Sean & Giana
Rahasia Giana
Proposal (part 1)
Proposal (part 2)
Sorry ?
Second Change
Yes,i do

Bukan Sepatu Kaca

735 55 0
By Nonagincumerah

Giana duduk sambil memperhatikan Frederik yang sedang mejelaskan konsep rancangan gaun nya yang akan dikenakan untuk edisi imlek beauty. Pandangan giana sesekali tertuju pada handphoenya yang menampakkan sebuah aplikasi pemesanan tiket. Sesekali giana meneguk Americano nya dengan gusar,  tangannya mengetuk-ngetuk di atas iPad yang dari tadi menampilkan slide presentasi frederik.
Untung saja presentasi frederik hanya memakan waktu dua jam karena beauty dan frederik sudah beberapa kali bekerja sama jadi sudah tidak ada keraguan lagi untuk menandatangani persetujuan kerja sama mereka.

"Kalo lo kangen samperin dong abang sean lo itu nanti disana dia kecantol sama kembang desa lagi"dave menubruk lengan gia dengan sengaja sambil berlalu dengan tawa yang tidak henti terdengar sepanjang lorong kantor.

Giana langsung memesan tiket pesawat ke Semarang detik itu juga disaat hatinya sudah mantab ingin menemui sean dan menjelaskan pada lelaki itu mengenai perasaannya selama ini. Untung saja miss Clara dengan senang hati memberikannya izin untuk cuti karena giana menceritakan kalau neneknya sean sedang sakit. Dengan bekal secarik kertas yang diberikan dave yang memuat alamat nenek sean dengan lengkap,  giana memantapkan hatinya untuk memberikan sean kesempatan, bahkan kali ini giana yakin pria itu memiliki arti khusus di hidupnya dan penyangkalan giana selama ini hanya karena ketakutan dia untuk mencintai dan dicintai oleh sean.

Saat sudah menginjakkan kaki di Ahmad Yani International Airport,  giana langsung mencari kontak sean di phonebook nya dan dalam sekali panggilan sean menjawab dengan suara parau khas orang bangun tidur. 

"Kenapa sih telfon pagi-pagi"sean melihat handphone nya yang masih menunjukkan pukul 1 siang.
"Ini udah siang ya Mr. Olivier matahari udah diatas ubun-ubun bahkan"giana tersenyum pada supir taksi yang dia temui di depan bandara.
"Bisa gak sih lo Kasih gue waktu libur Miss Giana Putri Pertiwi"sean ngedumel sambil mengacak-acak rambutnya.
Giana masuk ke dalam taksi kemudian memberikan secarik kertas yang dia dapat dari dave itu ke supir taksi sang sopir langsung mengangguk.
"No,  sebagai tunangan dari giana Putri pertiwi nggak bisa nih bangun siang,  malas-malasan an,  lo lupa apa yang lo dan gue lakuim itu semua jadi konsumsi publik sean"giana masih berbicara dengan nada bossy.
"Bawel banget sih gi, nyesel gue nyalain handphone..  "Sean meletakkan handphone nya di nakas di dekat wastafel kemudian dia membasuh wajahnya.
"Oh jadi gini ya sifat asli lo, hobi ngedumel..  "Giana tersenyum sambil membayangkan ekspresi wajah sean yang sedang kesel.
"Bodo amat!  Gue berlaku apapun juga gak pernah dihargain sama lo,  lo aja anggap gue homo ngapain gue harus bersikap manis sama lo,  BYE "
Sambungan telfon terputus,  giana hanya bisa tersenyum mendengar pernyataan terakhir sean.

Taxi yang giana tumpangi memasuki sebuah rumah dengan halaman yang super luas untuk ukuran rumah di desa, bangunannya sangat kental dengan gaya bagunan zaman dulu tapi dipadukan dengan gaya modern, giana menatap kagum pada rumah didepannya ini,  dia membayangkan betapa hebat nya papah sean dulu bisa merancang rumah dengan sangat Indah, pantas saja sean begitu hebat buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya .

"Cari siapa toh non cantik"sebuah suara tiba-tiba muncul dari arah belakang punggung giana.
Giana berbalik mendapati dirinya sedang ditatap dari ujung kaki hingga ujung kepala oleh ibu-ibu yang giana tebak pasti ibu ini sudah berumur 70 tahun.
"Saya,  temannya sean bu,  sean nya ada? "Giana tersenyum ramah.
Perempuan itu tampak berfikir ."maksud non den vier? "
"Iya..  Oliver seandra "giana mengangguk.
"Oh sebentar ya saya panggilkan den vier,  ikut saya masuk aja non"
Giana mengikuti langkah ibu itu yang nampak lincah berjalan padahal dia mengenakan kain tradisional batik lengkap dengan kebaya nya.
"Duduk dulu aja non,  den vier biasanya jam segini belum bangun"
Giana duduk di sebuah kursi rotan yang dia perkiraan sudah berumur puluhan tahun .Tatapan giana tertuju pada foto keluarga sean,disana terlihat wajah sean yang masih sangat polos sambil memegang boneka teddy bear nya. Giana kagum melihat papah dan mamah sean yang sangat tampan dan cantik pantas saja anak mereka memiliki wajah yang sempurna.

"Itu waktu umur sean 5 tahun"
Giana nampak kaget melihat seseorang yang dia tebak pasti ini neneknya sean karena wajah mereka hampir mirip walaupun nenek sudah berumur .
"Maaf nek saya Giana"giana menyalami nenek sambil mencium punggung tangan wanita itu.
"Panggil eyang miranda aja sama kayak sean panggil eyang"
"Kamu betul tunangan cucu saya? Uhuk uhuk "nenek terbatuk hampir saja dia lupa kalau dia sedang akting sakit.
Giana tersenyum tidak bisa menjawab karena dia tidak bisa berbohong pada orang tua.
"Tunangan aku cantik kan eyang,  tapi awas galak"entah kapan persisnya sean tiba-tiba sudah duduk di samping giana.
"Kerja kamu apa toh ndok? "
"Saya kerja di salah satu majalah eyang"jawab giana mantab.
"Dia ini baru jadi wakil direktur loh eyang,  bukan cuma itu giana juga sangat amat pekerja keras,  pernah waktu itu sean nemenin gia sampai tengah malem dikantor" jawaban itu mengalir bebas dari mulut sean.
Giana menatap sean heran tapi giana bisa menebak kalau dave si mulut ember yang membocorkan apapun itu info tentang giana.
"Perempuan kerja keras Bagus sih tapi kapan kamu punya waktu uhuk uhuk untuk ngurus sean,  kapan toh kalian mau nikah eyang udah mau gendong cucu uhuk uhuk"eyang tampak memijat dadanya supaya akting sakitnya lebih meyakinkan.

"Tuh sayang,  kapan kita nikah? "Sean  tersenyum jahil sambil menowel nowel lengan giana.
"Nanti ya nek kami masih saling mengenal"jawab giana asal.
"Nikah tuh mboh jangan ditunda tunda ndak baik, nanti kalo kalian khilaf bisa jadi zina loh uhuk uhuk"
"Tuh dengerin apa kata eyang gi,  jangan sampe zina"sean kembali tersenyum.

Giana nggak tau harus menjawab apa pada setiap pertanyaan dan wejangan -wejangan yang nenek sean berikan untuknya,  sesekali giana mengangguk dan tersenyum sementara sean hanya diam-diam tertawa memperhatikan wajah giana yang sudah seperti terintimidasi.

"Assalamualaikum eyang "suara seorang wanita daru arah pintu membuat semua perhatian kini tertuju padanya.
Gadis itu cantik sangat cantik bahkan dengan jilbab sederhana yang dia gunakan menambah kesan santun pada gadis itu dan saat gadis itu tersenyum terlihat lesung pipinya di kedua pipi putih nya.
Giana menatap gadis tersebut dari atas hingga ujung kaki kemudian diam-diam giana membandingkan dirinya dengan gadis itu, giana merasa hari ini floral dress model Sabrina yang biasanya selalu menjadi kebanggaan giana sekarang seperti sebuah kesialan karena dia merasa salah kostum.
"Hai Aisyah "sean langsung menghampiri gadis itu dengan wajah berbinar.
Giana mendelikkan mata melihat bagaimana antusias nya sean bertemu gadis itu.
"Katanya Cinta sama gue,  baru liat cewek begitu aja udah berpaling,  dasar laki-laki gak bisa dipercaya"racau giana dalam hati.
"Masuk Aisyah,  nenek kangen sama kamu"nenek sean bahkan mengikuti sean memeluk gadis itu. Bahkan giana saja tidak dia peluk.
"Nenek apa kabar aku kangen"aishah memeluk nenek erat kemudian sekilas melirik ke giana.
"Kamu kenapa jarang kesini?  Mentang-mentang disini nggak ada mas mu sean "
What?!  Mas mu sean?!  Giana semakin melotot dengan pernyataan nenek barusan.
"Aku tau mas sean pulang, makanya aku kesini hehe"asiyah melirik sean sekilas kemudian tatapan nya teralih pada giana. "Ini pasti tunangan mas sean ya? "Asiyah menghampiri giana kemudian mengulurkan tangannya.
"Giana"
"Aisyah"

Merekapun kembali duduk di ruang tamu dengan Aisyah yang sekarang menggantikan posisi giana duduk di samping sean.

Sudah hampir 30 menit pembicaraan mereka hanya seputar masa kecil sean dan masa kecil aisyah yang bahkan giana tidak pernah tahu kalau sean pernah amnesia saat berumur 5 tahun. Giana merasa dia seperti 'penganggu' di tengah-tengah mereka bertiga. Bahkan sean orang yang biasanya paling care menolehpun tidak,  dia malah sibuk cekikikan sambil memakan chiki di tangannya persis seperti anak sd yang baru pulang sekolah.

"Gia kalau kamu mau istirahat biar mbok sum yang anter kamu"akhirnya nenek sean berbicara.
"Makasih eyang "giana melirik sean yang masih sibuk tertawa bareng Aisyah.
"Apa?  Mau nyuruh gue bawain koper- koper lo? "Sean mendongak menatap giana yang sedang berdiri di hadapannya.
"Kamu gak ada niat anter aku ke kamar,  sa..  Sayang? "Giana memberi penekanan pada kalimat terakhirnya sambil melirik ke Aisyah.
"Nggak! siapa suruh bawa barang banyak banget lo bukannya mau pindah ke rumah ini kan gi? "Sindir sean.
"Kok kamu ngomongnya gitu sih,  sa..  Sayang? "Seperti ada yang tertahan di tenggorokan giana setiap dia mengucapkan kalimat itu.

Sean tersenyum licik dia bangkit dari duduknya dan tanpa izin dia langsung menggenggam tangan giana . "Kamu udah kangen banget ya sama aku Sayang? "
Giana langsung tertawa sambil memukul - mukul lengan sean "haha kamu kali yang kangen,  dia suka begini emang Aisyah kalo manja nya lagi kumat"giana tersenyum pada Aisyah yang menatapnya dengan tatapan horor?

Sean dan giana memasuki sebuah kamar dengan furniture yang hampir semua didominasi oleh ukiran kayu jati. Sean yang akhirnya membawakan koper giana langsung melemparkan semua koper giana begitu mereka sampai di dalam kamar.

"Kenapa dibanting sih!! "Bentak giana sambil mendelikkan mata.
Sean tidak memperdulikan ocehan giana dia malah berjalan ke arah sofa kemudian merebahkan diri disana.
"Sean.. Lo kayaknya akrab banget sama Aisyah,  dia...  Pacar lo? "Giana berusaha berbicara dengan nada yang sedatar mungkin.
Sean langsung duduk sambil menatap giana dengan senyuman jahil.
"Kenapa ? Ada masalah?  Gak mungkin lo cemburu kan? "
" gue?  Hahaha lo kalo halu jangan siang-siang deh"
"Masa?  Terus tujuan lo kesini ngapain?  Nggak mungkin kan lo kesini mau ngaku perasaan lo ke gue,  kalo iya sorry gue udah gak ada rasa sama lo "
"Hahahhaa,  aduh aduh kayaknya lo cocok deh jadi tukang bikin skenario atau jadi penulis novel aja sekalian"giana berkacak pinggang.
"So,  tujuan lo apa kesini?  Lo kan super duper sibuk ibu wakil direktur? "Sean menatap tajam ke arah giana.
Giana berusaha mengalihkan pandangannya agar tidak bertemu dengan tatapan sean. " gue...  Gue...  Ah gue kesini mau liburan "
"Ck..  Lo emang gak pinter bohong gi"sean bangkit dari duduknya dan menghampiri giana kemudian mengelus Puncak kepala gadis itu. "Gue juga kangen sama lo"sean tersenyum membuat giana kehilangan kesadaran selama beberapa detik.

Malam hari semua orang berkumpul di meja makan,  eyang miranda bilang Aisyah khusus memasak nasi goreng nanas favourite sean.

"Gimana masakannya mas?  Masih enak kan? "Tanya aisyah pada sean yang sedang sibuk menikmati makanan favourite nya.
Sean mengacungkan dua jempol nya. "Masakan kamu dari dulu emang paling enak deh syah"puji sean.
"Mba giana pasti lebih sering masakin mas sean ya? "Aisyah melirik gia yang dari tadi hanya mengaduk-aduk nasi gorengnya.
Sean terbatuk-batuk "haha gia? Masak buat gue? Satu-satu nya yang dia bisa masak cuma wafel doang itu juga liat tutorial di youtube "
Giana refleks menginjak kaki sean sampai membuat sean mengaduh.
"Kenapa toh sean? "Eyang miranda sampai bangun dari duduknya setelah mendengar sean mengaduh.
"Nggak apa-apa kok eyang,  tadi kaki sean digigit semut kayaknya "sean mendelikkan mata menatap giana.
"Kamu kalo mau jadi istrinya sean harus jago masak loh gi,  sean ini doyan banget makan tapi yang eyang heran dia gak pernah bisa gemuk"
"Cacingan mungkin eyang"jawab giana asal.
"Hahhaa kayaknya sih gitu, dulu sean sama aisyah sering banget keluyuran ngumpet - ngumpet jajan sembarangan,  mungkin gara-gara itu kali sean jadi cacingan "eyang miranda terus bercerita tanpa melihat perubahan raut wajah giana yang sudah merah padam karena,  cemburu?

Malam harinya giana tidak bisa memejamkan matanya,  setiap ada masalah giana selalu terserang insomnia yang hebat. Giana hanya membolak balikkan badan nya sambil menatap jam yang sekarang menunjukkan pukul 01:00 . Sekelebat bayangan-bayangan tadi siang terfikirkan olehnya,  dia dan Aisyah betul - betul bagaikan surga dan neraka terlebih eyang miranda terlihat lebih menyukai asiyah dari pada giana. Tapi pernyataan sean tadi siang apa dia serius,  secepat itukah sean melupakan giana hanya karena giana sering mengabaikannya?

Giana memutar bola matanya jengah,  hampir seharian ini dia hanya jadi tukang foto untuk eyang miranda dan Aisyah,  mereka nampak asik dengan dunia mereka berdua, dan sean jangan tanyakan apa yang lelaki itu lakukan hari ini,  sedikitpun dia tidak perduli dengan perlakuan eyang miranda dan juga Aisyah pada giana. Eyang miranda mengajak giana,  sean dan Aisyah untuk menemaninya hang out ke tempat-tempat yang sedang hits di Semarang. Awalnya giana menolak dengan alasan takut eyang miranda jatuh sakit lagi tapi eyang bilang kalau jalan-jalan akan membuat dia lebih bahagia. Rasanya kaki giana akan patah mengingat kalau sejak tadi dia berjalan-jalan memutari kota Semarang dengan hells 7 centi miliknya. Giana memutuskan untuk beristirahat di pinggir jalan sambil menunggu Aisyah dan eyang miranda yang sedang pergi ke toilet sementara sean entah pergi kemana lelaki itu.

"Lama-lama bisa berkonde nih betis gue "giana berguman dalam hati sambil memijit kaki nya yang terasa nyeri.
"Makanya lain kali kalo jalan nggak usah sok cantik"sebuah suara membuat giana mendongak dan mendapati sean sedang tersenyum padanya.
Sean berjongkok kemudian mensejajarkan pandangan nya dan giana kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari dalam paper bag yang entah sejak kapan Dia bawa.

Giana menatap sean cukup lama sampai membuat pria yang sedang membetulkan tali sepatunya itu mendongak ke arahnya.
"Lo gak perlu nyiksa diri lo buat jadi cantik,  disini lo bisa jadi diri lo sendiri tanpa harus perduli dengan paparazi,  gue pengen lo ngerasa nyaman saat jalan sama gue"sean tersenyum lebar memamerkan deretan gigi putih nya dan lesung pipi yang selalu menjadi ciri khas nya.

"Sean,  jangan pernah lo lakuin ini ke perempuan manapun "giana bangkit dari duduknya kemudian berjalan meninggalkan sean yang masih bingung dengan ucapan giana barusan.

Continue Reading

You'll Also Like

26.1K 4.6K 20
Shinta tidak harus untuk Rama. Tapi di sini Shinta untuk Nakula. Namun, bagaimana kalau Rama menawarkan serta menjanjikan kebahagiaan untuk Shinta ya...
513 83 3
Kumpulan cerita pendek Season 2
1.3M 111K 26
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
26.6K 2.6K 13
[Selesai] "Di, walaupun kita menikah bukan karena cinta. Tapi aku janji untuk setia sama kamu sampai akhir hidup aku." --- 24 November 2021